d u a s e m b i l a n ♡ s t a l k e r

154 9 2
                                    

HALOHA (?)

APA KABAR KELEN SEMUA?
ENJOY YOUR WEEKEND!

HAPPY READING !

o∆o

A

syela bungkam. Gadis itu mendadak jadi manekin yang tak bersuara. Duduk dengan anggunnya di bangku tamu yang tersedia.

Gesture tubuhnya memang sangat tenang, tetapi debaran jantungnya tidak karuan. Telapak tangannya yang dingin saling bertautan.

“Sye, Mami sama Papi bakal pulang malem. Kamu sama Artha dulu, ya?” Shinta melirik pemuda di samping Anjani. “Artha kangen, kan, sama Sye?” tanyanya menggoda kedua muda-mudi itu.

Putra tunggal pemilik AW Corp itu tersenyum tipis. “Of course, Auntie! I really miss my girl,” jawabnya terang-terangan memandang Asyela.

Para orang tua terkekeh geli teringat masa-masa muda mereka. Kini giliran anak-anak mereka yang mengambil alih masa itu.

“Oh, Good! My girl, katanya.” Anjani menyenggol lengan suaminya. “Putra kita sudah dewasa,” katanya antusias dengan wajah yang sumringah.

Shinta yang dasarnya usil menggoda anak gadisnya. “Artha kalau mau ngajak Sye nge-date dulu, boleh loh,” godanya mengerlingkan mata. “Yang penting jangan pulang malam-malam, ya? Auntie titip Sye sama Artha,” lanjutnya yang ditanggapi senyum tipis dan anggukan kepala dari pemuda yang dipanggil Artha itu.

“Ya udah, ayo! Papi ke sana dulu, Nak.” Abraham dan Shinta berlalu setelah mengecup puncak kepala Asyela. Disusul Pram dan Anjani selaku pemilik acara, melanjutkan menyapa tamu-tamu yang lain.

Berbeda dengan para orang tua yang melihat Asyela seperti masih malu-malu. Putra tunggal Pram dan Anjani itu membaca raut wajah Asyela terkesan dingin.

“Mau cari tempat lain?” ajak pemuda itu tatkala Asyela berdiri dari bangkunya.

Tanpa menatap sang empu, Asyela menajawab ketus. “Aku mau sendiri.”

Asyela meninggalkan pemuda itu sendiri. Lupa dengan highheels yang dipakainya, Asyela melangkah cepat memasuki lift tanpa ragu. Namun, telapak tangan seseorang menghentikan lift yang akan tertutup.

“Pergi!” suruh Asyela dengan suara pelan yang terdengar geram.

Pemuda itu menggeleng tegas. “Kita perlu bicara.”

“Aku nggak mau ngomong sama kamu!”

Hei, I miss you,” ungkapnya meraih lengan Asyela, berniat mendekap gadis itu.

Namun, sentakan keras Asyela membuat tangan terbalut jas mahal itu terhempas.

Asyela melayangkan tatapan tajamnya. “Jangan sentuh aku!”

STALKER VS PROGRAMMER [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang