BAB 7

1.6K 170 1
                                    

Happy reading ‼️

BRAKK!!

PRANG!!

KREAK! DUAGH!! BUAGH!

BRUAK!!

CRANG!!

BAM!!!

Suara bedebum jatuh mengakhiri rentetan suara-suara nyaring lainnya yang benar-benar menganggu. Ruangan VVIP yang tadinya rapi dan bersih kini terlihat sangat berantakan dengan pecahan kaca di mana-mana.

Lucifer terengah-engah sebagai akibat dari pertarungannya dengan Xion, Leader Cobra.

Darah segar mengucur dari pelipisnya bahkan luka kecil semacam robekan tipis tampak kentara di kulit putihnya. Sudut bibirnya bahkan mengeluarkan sedikit noda darah disertai luka lebam yang berubah menjadi ungu.

Keadaan Xion pun tak kalah kacaunya, rambut blonde nya yang bersinar kini berantakan dengan noda darah dan basah akibat guyuran Wine. Xion bahkan berpikir jika tangan kanannya telah patah diakibatkan oleh cengkraman tangan Lucifer yang begitu kuat, bekas kuku jari bahkan tercetak jelas dalam kulit eksotisnya.

Keduanya saling melemparkan tatapan tajam, nafas keduanya memburu seiringan dengan debaran jantung yang agak terburu-buru.

“Hah... Heh, kau lumayan juga untuk ukuran anak muda sepertimu! Aku terkesan akan kegigihan mu dalam upaya menumbangkan diriku, tapi sayang sekali.., kau sepertinya harus memendam keinginan itu untuk selamanya!”

Lucifer lagi-lagi mengeluarkan ucapan bernada ejekan kepada Xion yang notebene memiliki sumbu amarah yang cukup pendek. Hanya dengan sedikit provokasi kecil seperti yang dilakukan oleh Lucifer saja sudah membuat dadanya kembang-kempis dilahap amarah.

BUAGH!!

Dengan gerakan cepat, Xion menerjang hendak memberikan pukulan telak pada solar plexus¹. Beruntungnya, Lucifer dapat menangkis serangan kecil tersebut dengan santai.

Wajar saja, gerakan cepat yang dilakukan oleh Xion malah terlihat sangat lambat seperti siput di matanya. Kenyataan ini membuat pertanyaannya terjawab, bahwa alasan mengapa Lucifer dapat mengatasi sekian banyak musuh seorang diri adalah karena penglihatannya yang tajam. Lucifer ( asli ) sendiri dapat meniru gerakan lawannya hanya dengan sekali lihat, tapi dengan masuknya jiwa Varenzaa, membuat teknik tiruannya tampak sempurna adalah perkara mudah baginya.

Xion mengeratkan rahangnya, ia kembali melayangkan pukulan demi pukulan yang keseluruhannya dapat ditangkis dengan mudahnya oleh Lucifer. Merasa geram dengan tinjunya yang terus-menerus meleset, Xion dengan gegabah membanting meja kaca ke arah Lucifer berdiri.

BRAK!! PRANGG!!

BRUAKK!! SREETSS!!

Gerakan reflek yang dimiliki Lucifer cukup bagus sehingga memudahkannya untuk segera menghindar, meski tak ayal dirinya tetap terkena goresan dari beberapa pecahan kaca.

Lucifer bergumam pelan sembari menyentuh lembut pipinya yang terasa panas, rupanya pecahan kaca menempel cukup dalam, menyebabkan darah semakin menetes jatuh. Kendati begitupun, tak satupun ringisan ataupun erangan kesakitan yang keluar dari belah bibirnya. Lucifer malah berdiri dengan muka poker nya yang minta di tonjok.

“Cih, dasar bocah sembrono!”

Lucifer maju menerjang Xion yang hanya berdiri terpaku, tentu saja ia takkan menyia-nyiakan kesempatan di depan mata, bagaimanapun menumbangkan Monster adalah hal yang sangat merepotkan.

A Chaotic Destiny ⟨ ALTEORANSMIVERS ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang