BAB 11

1.2K 124 3
                                    

Happy reading ‼️

Pagi hari telah tiba, matahari mulai memperlihatkan sinarnya dengan malu-malu. Cahaya dari sinar matahari sampai menembus gorden dari kamar bernuansa hijau alam.

Seorang pemuda menggeliatkan tubuhnya kala terkena sorotan dari sinar mentari pagi. Tubuhnya yang tergulung selimut ia putarkan ke arah lain, berusaha menghindari paparan sinar matahari.

Pemuda itu kembali terlelap dalam tidurnya, setidaknya sebelum gedoran di pintunya membuatnya terlihat kaget.

DUG! DUG! DUG!

BRUAKH!!!

Pintu kayu ber-cat putih gading terpelanting begitu saja sebagai akibat dari tendangan seseorang yang tampak murka.

Pemuda yang tadinya terlelap spontan terbangun linglung dengan jantung yang berdegup kencang.

“XION ANAK ANJ! CEPETAN BANGUN UDAH SIANG!!!” Teriakan membahana menggema di ruangan itu, membuat Xion segera terbangun dan pergi ke kamar mandi dengan tergopoh-gopoh

Sedangkan untuk sosok yang marah, ia tampak mencoba untuk menetralkan amarahnya setelahnya dia melenggang pergi menuju dapur.

Setelah 15 menit berlalu, Xion kini telah memakai seragam sekolahnya yang tampak berantakan, bagaimana tidak?

Seragamnya dikeluarkan, kancing yang dibuka bahkan dasi pun hanya disampirkan di lehernya. Jangan lupakan juga rambutnya yang acak-acakan.

Xion menyemprotkan parfum beraroma susu ke badannya, setelah dirasa cukup, ia kemudian turun ke bawah menghampiri sang kakak yang tengah menata sarapannya di ruang makan.

“Pagi kakak iblisku tercinta!!” Sapa Xion ceria

Suaranya yang cempreng membuat kakaknya mendengus sebal, kakak dari Xion menatapnya sembari berkacak pinggang. Matanya melotot garang.

“Ini anak! Lo tuh niat sekolah apa kagak sih? Liat nih baju kagak ada rapi-rapi nya lagi, tuh juga dasi apaan digantung begitu? Lu kira jemuran apa? Sini lu!” Omel kakaknya

Xion sendiri membalas omelan kakak perempuannya dengan cengengesan, namun tak ayal ia tetap menuruti perintah kakaknya.

Kakak Xion, Isabella, memasangkan dasinya dengan telaten tak lupa kurva merah mudanya yang terus mengeluarkan omelan yang membuat telinga panas.

“Nah udah, yok sarapan terus berangkat sekolah kakak anter, GAUSAH NGEBANTAH!” Ujar Isabella diakhiri dengan teriakan kala melihat raut wajah adiknya yang hendak menyuarakan protes

Tanpa sadar Xion meneguk ludahnya kasar, kakak perempuannya benar-benar mengerikan jika sedang marah. Apalagi sekarang kakaknya sedang datang bulan, uih mengerikan~

Kemudian kedua saudara itu memulai acara sarapan dengan khidmat dan tenang tanpa adanya percakapan yang tercipta.

Jika kalian bertanya, apakah Xion hanya tinggal berdua saja dengan Isabella? Maka jawabannya adalah, iya!

Orangtuanya telah meninggal sejak 10 tahun yang lalu dikarenakan kecelakaan lalu lintas, akibatnya Mansion megah peninggalan orangtuanya hanya diisi oleh mereka berdua saja, para maid dan bodyguard juga sebenarnya ada hanya saja rasanya tetap sangat sepi.

Namun meskipun begitu, Xion sudah merasa lebih dari cukup hanya dengan adanya kakaknya, Isabella. Meskipun Xion terkenal berandal dan kejam tapi pemuda itu akan sangat menurut pada kakaknya, karena Isabella adalah dunianya. Jika Xion kehilangannya maka hidupnya takkan ada artinya lagi.

A Chaotic Destiny ⟨ ALTEORANSMIVERS ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang