BAB 24

716 58 2
                                    

Happy reading ‼️

Phantom adalah sebuah organisasi gelap yang didirikan oleh Eduardo dan diberikan kepemilikannya pada salah satu cucunya, yaitu Lucifer. Kenapa? Karena dia merasakan adanya potensi dari cucu bodohnya itu, makanya Eduardo menjadikannya sebagai bawahan sekaligus peliharaan.

Phantom adalah tempat seperti Guild yang akan memberikan informasi tentang banyak hal. Selain itu juga bergerak di bidang narkoba serta penjualan senjata ilegal, Phantom memberikan banyak keuntungan sekaligus mendapatkan pundi-pundi Dollar yang menumpuk bak gunung. Tentu informasi ini membuat Eduardo sangat-sangat senang, memang instingnya tidak pernah meleset.

Tak hanya itu, Phantom juga sebagai tempat pelelangan ilegal. Banyak perwakilan dari mancanegara yang mendatangi markas cabang Phantom hanya untuk mengikuti acara pelelangan, wajar saja karena barang yang dilelang adalah yang terbaik dan dipastikan tak akan mengecewakan.

Bukan hanya Phantom melainkan Codeblue juga demikian. Organisasi ini didirikan oleh Eduardo juga dan diberikan pada cucunya yang masih berada di sekolah dasar, siapa lagi jika bukan si lagu tidur?

Lullaby tak bodoh, dia gadis yang jenius bahkan melampaui cucu perempuannya yang lain, yaitu Freya. Maka dari itu, Eduardo tak lagi menaruh keragu-raguan untuk menyerahkan kepemilikan Codeblue pada Lullaby.

Codeblue menaungi pekerjaan kotor yang serupa dengan Phantom, hanya saja Lullaby mengoperasikan organisasi ini dengan lebih kasar dan lebih kejam lagi. Codeblue menyediakan sebuah pertunjukan sirkus, dengan mempertontonkan pertarungan antar kriminal yang melarikan diri untuk saling menjatuhkan satu sama lain.

Eduardo hanya membiarkannya karena pemasukan finansial yang tinggi sudah membuatnya sangat puas. Bagaimanapun juga, cucu bungsunya itu memang memiliki selera unik yang berbeda.

Hal ini pula yang mendasari alasan kenapa Lucifer bisa sangat akur dengan Lullaby, keduanya sangat mengerti tentang bisnis dan sering menjalin hubungan kerjasama. Bahkan juga tak jarang untuk membunuh tikus bersama-sama, memberikan penyiksaan sebelum dimakamkan.

Lucifer menghembuskan nafas lelah, sekarang alurnya telah berubah total bahkan sangat berlawanan arah dengan plot kisahnya. Ini merepotkan sebenarnya, tapi dia bisa apa jika takdir hidupnya saja begini?

“Aish... Dahlah, daripada pusing mikirin begituan mending gua ngebo.” mengucapkan itu, Lucifer bergegas menaiki ranjang seraya berbaring hendak bersiap menuju alam mimpi

Setidaknya sebelum gedoran di pintu masuk mengusik ketenangannya.

“Tck, siapa sih ah?! Gatau apa gua lagi capek?! Mau tidur aja susah banget ajg!”

Dengan kasar ia membuka pintu, mukanya masam karena kesal. Namun, niatannya yang ingin marah telah lenyap seketika saat ia menunduk. Rupanya itu adalah adik kecilnya, Lullaby yang menatapnya dengan tatapan polos.

“Apa?”

Tampak gadis kecil itu menggeleng pelan, ia menunjukkan buku cerita yang dibawanya pada Lucifer. Meminta untuk membacakan sebuah dongeng untuknya. Sikapnya yang tak biasa ini membuat Lucifer menaikan alisnya heran, kesambet apa jelmaan setan satu ini?

“Lo pengen gua bacain dongeng? Really?!”

“Iya, ih! Udah ayo, Lula udah ngantuk!” gadis kecil itu langsung masuk begitu saja setelah mengatakan itu

Dengan sangat amat terpaksa, Lucifer mengiyakan permintaan adik bungsunya yang abnormal. Menutup pintu lalu beranjak menuju ranjangnya, mengambil buku dongeng seraya membacanya dengan perlahan dan penuh rasa malas. Disisi lain, Lullaby tak sama sekali tidak peduli, dia telah terlelap dengan tenang menuju alam mimpi, meninggalkan Lucifer yang misuh-misuh tanpa henti.

Menaruh buku pada nakas seraya mematikan lampu, menyisakan lampu tidur yang menyala redup.

***

Pagi harinya, sebagian keluarga Maheswara telah berangkat mengurusi kesibukan masing-masing. Sama halnya dengan Lucifer yang saat ini tengah mengendarai kuda besinya dengan santai, biarlah ia terlambat sekolah, toh dia sudah pintar kok.

Meski sempat terjadi perdebatan kecil dengan Eduardo tadi pagi, tapi semuanya telah terkendali dengan menjadikan Lullaby sebagai tumbal.

Singkatnya, Lucifer pun tiba di sekolahnya. Dia memarkirkan sepeda motornya di tempat parkir dengan rapi, membuka helmnya suraya merapikan tatanan rambutnya yang agak berantakan. Dia sudah potong rambut btw, soalnya rambutnya udah panjang kek cewek. Bikin gerah juga kalau rambutnya panjang mah.

Nah, dia jadi tambah ganteng kalau potong rambut begini. Kesan manly nya keluar gituloh, gak lagi keliatan cantik kayak awal-awal.

Dirasa udah rapi, Lucifer jalan pelan ke arah koridor sekolah. Dia mau langsung ke kelasnya aja, soalnya bentar lagi pelajaran pertama bakalan dimulai.

“Wassup bro! Anjay, makin pendek aja gua liat.” ucap seorang pemuda berambut blonde tampan padanya

Lucifer sama sekali tidak memberikan jawaban padanya, tapi tatapannya itu sinis banget kayak ibu-ibu tukang gibah online. Kesel dia tuh, paginya yang cerah masa langsung rusak gara-gara ni kebo atu. Nyebelin banget, mentang-mentang jangkung jadi ngeledek orang seenak pantatnya, dikira dia kagak tersinggung apa ya?

Melihat tatapan bombastis dari Lucifer, bukannya takut Xion malah cekikikan kayak orang sawan. Entah kenapa dia merasa kalau teman kecilnya itu tambah imut, mirip kucing liar kata dia mah.

Emang gak waras ini lakik.

Kedua teman Xion yang ngintil di belakang mah diem aja udah. Takut mereka kalau ngomong, ada Lucifer soalnya. Oh ya, mereka tuh belum di kasih tau nama ya? Maap lupa, yang rambut merah itu namanya Joshua Eclaire A, terus yang rambutnya kayak Kaiser itu Michael Frenzy Kavindra.

Ekhem, bentar-bentar. Oke, balik ke setelan pabrik.

Lucifer merasa telinganya panas karena celotehan orang di sampingnya ini. Tanpa kata, dia langsung melengos pergi begitu saja. Meninggalkan Xion yang tersenyum maklum, temannya itu memang tidak berubah.

“Bre, dia sifatnya emang gitu kah?” tanya Michael penasaran

Xion menaikan alisnya heran, lantas membalas tanya.
“Loh? Bukannya kalian satu sekolah sama dia, ya? Kok malah nanya gua? Harusnya udah tau dari awal dong, gimana sih?”

Joshua menggelengkan kepalanya.
“Kami emang satu sekolahan, tapi kami nggak dekat sama sekali. Kami cuma tahu kalau dia tuh manja sama abangnya dan tempramen banget sama orang-orang. Jadinya kami nanya, soalnya dia gak kayak orang-orang bilang.”

Mendengar itu Xion mendengus sebal, “Kalian ini terlalu percaya sama ghibah sih, rumor gak jelas kok di percayai. Musyrik itu woy, tobat sia teh!” ucapnya sambil menggeplak kepala keduanya

Michael meringis sakit, pukulan Xion itu gak main-main Meski gak pake tenaga berlebih.

“Bukannya gitu, tapi kami segan aja kalo harus deket-deket sama dia. Lagian anaknya juga begitu, kami pernah pas-pasan dan dia tuh judes banget, gua kan jadi pengen nampol.”
Jelas Michael yang diangguki oleh Joshua

Xion mengangguk paham, dia tahu tabiat teman kecilnya itu. Dari tampang si emang manis plus kayak orang bener, tapi yang bikin elus dada itu kelakuannya yang astagfirullah.

Tapi Xion seneng, karena temennya itu gak pernah berubah sedari kecil. Tetep gemesin kayak anak kucing.

Tbece...

Maaf yaww, cuma dua doang oke? Tadinya mau up tiga tapi author nya ngantuk. Jadi besok lagi ya, bubay👋👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Chaotic Destiny ⟨ ALTEORANSMIVERS ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang