BAB 18

785 62 2
                                    

Happy reading ‼️

Cuaca yang mendung sangat serasi dengan suasana hati Lucifer yang dilanda murung. Muka masamnya yang menggelap disertai aura suram menguar membuat para murid enggan untuk berdekatan dengannya.

Tapi sayangnya, hal itu tak berlaku pada pemuda blonde yang bersifat jahil dan ceroboh.

Pemuda itu adalah Xion, iya! Ketua geng Cobra telah pindah ke sekolahnya Lucifer dan saat ini tengah merecokinya dengan berbagai macam pertanyaan yang merepotkan.

Itulah alasan utama tentang Lucifer yang dilanda kesal.

“Lucy! Kakak gua nanyain Lo Mulu, Lo kapan mau main ke rumah? Gua pusing dengerin tuh jelmaan setan yang ngerecok Mulu!” Keluhnya pada Lucifer yang saat ini meminum minumannya dengan wajah tertekuk

Karena jamkos, kebanyakan dari siswa-siswi memilih untuk pergi ke kantin guna mengisi perut yang sudah keroncongan. Begitupun dengan Lucifer yang sudah kelaparan sejak pagi tadi, sial sekali di tengah perjalanan, ia malah berpapasan dengan orang yang sangat dihindarinya, siapa lagi kalau bukan Xion?

Tak ada alasan khusus untuk itu, hanya saja individu bernama Xion begitu merepotkan untuk diladeni.

Diem!”

Mampus, Lucifer sudah mengeluarkan aura gelapnya. Maka satu-satunya jalan untuk selamat adalah kabur dan enyah dari pandangannya sejauh-jauhnya. Itulah yang dipikirkan oleh kedua lelaki yang telah menjadi teman bagi Xion, sebenarnya Xion dan salah satu dari mereka adalah sahabat pena. Sedangkan satunya lagi adalah kenalan yang sering menghadiri pertemuan perusahaan.

Disaat kedua temannya ketar-ketir, Xion si pemuda sableng malah cengengesan tidak jelas. Meski sebenarnya dalam hati ia juga merasakan perasaan was-was yang tinggi.

“Haha.. woles-woles, gua bakal diem kalo Lo jawab pertanyaan gua tadi, janji dah!” Ujarnya menyodorkan jari kelingking, mengajak untuk membuat janji kelinci

Lucifer menatapnya datar, dibelakangnya ada kedua teman Xion yang menatapnya penuh antisipasi.

“Ogah” Jawabnya singkat

Mendengar jawaban singkat yang dilombakan oleh Lucifer membuat kuping imajiner Xion lunglai dalam seketika. Pemuda blonde itu agaknya merasa kecewa, tapi Lucifer tidak mau repot-repot peduli. Menyusahkan saja.

“Yahh.. Lu mah gak asik, ah! Ayolah, mau ya? Masa lu gak rindu sama masa kecil kita, hm? Kasian Lo kakak gua kangen sama lo..” Tak menyerah, Xion masih terus mengoceh dengan kepala batunya

“Ogah, bego!” Setelah mengucapkan kalimat yang sedikit menyentil hati, Lucifer pergi begitu saja meninggalkan ketiganya yang terdiam sunyi

Dion melihat pada Xion yang tertunduk lesu, sedikit merasa kasihan, ia mengusap bahu pemuda itu lembut mencoba untuk memberikannya semangat.

“Sabar ya, lagian Lo malah temenan sama es batu, ya jelas Lo ditolak lah! Ngadi-ngadi aja kelakuan lu emang.” Desahnya frustasi

“Biarin! Yang penting dia bukan orang munafik, gua malah bersyukur dapet temen dingin tapi care! Gak yang cuma baik di depan doang tapi dibelakang transfer pahala!” ucap Xion sinis

Pak!

“Si kocak! Gua tau keles, tapi emangnya lu gak cape apa temenan sama batu berjalan? Kalo gua jadi Lo sih udah nyerah dari dulu gua mah!” Sahut Laksa dengan tampang bodohnya

Sontak Xion melayangkan tatapan sinis bak emak-emak tukang rumpi yang sekalinya nemu bahan gibah, kagak bakalan kelar sampe lebaran monyet. Mana ekspresinya iya banget lagi.

A Chaotic Destiny ⟨ ALTEORANSMIVERS ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang