BAB 23

425 49 1
                                    

Happy reading ‼️

Saat ini Lucifer, Lullaby dan juga kakek tua Eduardo tengah berada di ruang keluarga. Hanya terisi mereka bertiga saja, sebab yang lainnya sudah diusir lebih dulu. Jujur saja, Lucifer merasa bingung karena kejadian ini tidak pernah terjadi dalam novelnya. Meski begitu, ia akan tetap mencerna dan mengikuti arus.

Eduardo mengeluarkan batuk palsu. “Selama memantau Phantom, saya menemukan banyak kejanggalan. Begitu pula dengan Codeblue, sebenarnya apa yang kalian lakukan selama saya tak ada? Kalian tidak menyalahgunakan kekuasaan hanya untuk hal-hal tak penting, bukan?”

Eduardo berbicara menggunakan bahasa formal seperti halnya Tuan dan bawahan. Memang tua bangka itu menganggap Lucifer dan juga Lullaby sebagai bawahannya, tak lebih dan tak pernah menganggap sebagai cucu. Meskipun di mata publik mereka berdua diakui langsung sebagai cucu kesayangan olehnya, namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu.

Maheswara bukanlah keluarga besar yang biasa-biasa saja, banyak rahasia didalamnya. Yang lebih baik tidak diketahui oleh siapapun, semakin sedikit yang kau tau maka hidupmu akan terjamin aman.

Pada dasarnya Maheswara tidak hanya bergerak di bidang dasar saja, malahan juga memegang penuh perusahaan dalam bidang narkoba bahkan senjata ilegal. Tentu saja ada pihak gelap yang membantu, intinya Maheswara itu bagaikan tali penjerat yang akan sangat sulit untuk dilepaskan. Sekali kamu masuk, maka ucapkan selamat tinggal pada masa lalu mu.

Lucifer berdecak, laki-laki itu kesal lantaran kepalanya kembali berdenyut nyeri.

“Kau tau sendiri aku sibuk, lagipun Phantom takkan mudah runtuh hanya karena tikus kecil. Arlo akan mengurusnya nanti, dia orang suruhan mu bukan?” Lucifer bicara dengan acuh tak acuh, sama sekali tidak peduli tatapan tajam yang dilayangkan oleh Eduardo padanya

Meskipun aura tekanan yang kuat dapat ia rasakan, itu semua tak akan berguna baginya. Dia bukanlah CEO perusahaan biasa, hal-hal seperti ini adalah normal untuknya. Begitupun dengan gadis kecil di sampingnya, dia sama sekali tidak terpengaruh malah dengan santainya membuka bungkus permen, baginya menghadapi Eduardo hanyalah seperti menonton pertunjukan sirkus.

Jika bukan karena orang dibelakangnya maka pria tua itu susah sejak lama mereka singkirkan.

Keunikan keduanya pula yang membuat Eduardo tertarik untuk merekrutnya, meskipun harus merelakan harga dirinya yang melonjak turun.

“Hah... Bagaimana denganmu, Lula?” Eduardo mengalihkan pertanyaannya pada gadis kecil yang terduduk santai itu

Tanpa melirik, Lula menjawab ringan.
“semuanya terkendali, bukan seperti aku tak bisa untuk membasmi kacung tak berguna itu. Sebaliknya, ku sarankan untuk 'mendidik' kembali putra mu itu, bukannya perusahaan yang ia pegang mengalami masalah?”

Lucifer mengangguk menyetujui ucapan adik bungsunya.
“Aku setuju, akan sangat memalukan jika nama Maheswara tercemar hanya karena kesalahannya. Itu juga karena mu yang terlalu memanjakannya, menggelikan sekali.” balasnya tersenyum smirk

Alis pria tua itu mengerut menahan kesal, tentu saja dirinya merasa emosi kala direndahkan oleh orang yang bahkan usianya masih sangat muda. Kalian tau seberapa menjengkelkannya, 'kan?

“Kalian ini semakin pandai bermain kata, ha? Jangan menjadi tidak tahu diri, kalian telah aku pelihara dengan sangat baik. Apa kalian berniat untuk menggigit sebagai balasan?” meskipun emosi, tapi Eduardo masih memiliki otak untuk tidak meluapkannya

Bagaimanapun juga, keduanya adalah aset berharganya. Jika jatuh ke tangan musuh maka kejayaan Maheswara akan runtuh saat itu juga. Dia jelas tidak rela jika Maheswara yang telah dia bangun dengan susah payah malah berakhir runtuh begitu saja.

Point pentingnya, Maheswara itu tak pernah merasa cukup. Mereka selalu menginginkan lebih, itu seperti babi ternak yang lucu.

“Ayolah, kau pikir kami ini kacang lupa kulit? Lagipun jika mau, kami sudah sedari dulu pergi dari keluarga menjijikan mu ini. Aku pun yakin mendiang istrimu akan sangat setuju.” Ucapannya itu membawa kerutan lebih dalam pada keningnya, Eduardo tidak pernah suka bila istrinya di sangkut pautkan untuk hal-hal kotor semacam ini

“Ingatlah batasan mu, bocah! Jangan membawa nama istriku, dia wanita baik-baik!” peringatnya keras

Lucifer memutar bola matanya malas, rasanya sia-sia jika terus-terusan meladeni ucapan pria tua yang gila akan segala-galanya ini.

“Betapa malangnya nenekku itu, harus menikah dengan pria tua jelmaan iblis sepertimu. Dia bahkan tidak tahu tentang kematian adiknya yang disebabkan oleh mu.” kali ini Lullaby menimpali, permennya telah habis sejak beberapa menit yang lalu, itu membuatnya kesal

“Kau jangan ikut-ikutan seperti bajingan ini, lagipula itu kisah masa lalu. Tak perlu diungkit kembali, tidak ada penting-pentingnya.” sanggahnya ringan

“Nyatanya dirimu lah yang membuat ku begini, dasar bodoh.” Lullaby berucap santai, dia bahkan berani mengatai Eduardo dengan sebutan itu

“Sialan, jangan melewati batas dan berhenti membuat darahku naik. Kalian berdua monster kecil yang nakal!”

Lucifer menghela nafas jengah, pria tua satu ini terlalu mendramatisir keadaan menurutnya.

“Akui saja kalau kau itu bodoh, otakmu bahkan lebih kecil dari otak udang.”

Nasi sialmu pak tua, kau diremehkan oleh cucumu sendiri. Betapa malangnya.

“Sialan!”

***
Sedangkan di kediaman keluarga Greber, tak seperti hari-hari biasanya yang tegang. Keadaan saat ini cukup santai karena satu dua hal. Bahkan saat ini Dylan tengah bersantai di gazebo bersama dengan kakak kembarnya, Freon.

Mereka berdua meminum teh ditemani cemilan lezat, mereka tampak seperti saudara sungguhan jika seperti ini. Sebenarnya, keduanya tidak pernah menaruh keseriusan saat bertengkar, mereka terbiasa bermain-main seperti itu. Tak yang mempermasalahkannya, toh keduanya juga sama-sama nyaman jadi ya sudahlah.

“Apa tujuan mu mendekatinya? Kau tahukan bahwa keluarga kita dengan keluarganya saling bermusuhan?” Freon memulai perbincangan diantara keduanya, memecah keheningan yang berlangsung panjang

Dylan melirik tanpa menaruh minat, dengan ogah-ogahan ia menjawab tanya kakaknya.

“Tidak ada alasan khusus, hanya ingin menjalin relasi saja, tak lebih.”

Pernyataan itu tentu mengundang tatapan curiga dari Freon, laki-laki itu tak pernah bisa menebak jalan pikiran saudaranya itu. Mereka memang kembar namun ikatan batin antar keduanya sangat lemah, seperti diputuskan paksa. Keduanya saling berdekatan, tapi terasa sangat jauh.

Itu aneh, bahkan sangat-sangat aneh.

“Hah... Lo tau 'kan keluarga mereka itu penuh kebusukan, mereka licik dan egois. Omong kosong kalo lu bilang mau jalin relasi, secara memang gak mungkin terjadi.” dia berkata tanpa beban, seperti Keluarganya tidak begitu saja

Dylan bahkan memberikan tatapan penuh penghinaan pada kakak kembarnya itu.

“Lo itu bicarain keluarga sendiri, ya? Maheswara dan Greber itu sama aja, sama-sama brengsek dan kotor. Gak pernah ada kebenaran dari tindak-tanduk keluarga masing-masing, bukan? Jangan ngerasa sok suci, jijik banget gua dengernya.” sinisnya membeberkan kejelasan, membuat Freon diam karena tertampar fakta

“Iya, gua tau itu. Bukan maksud sok suci tapi cuma antisipasi. Meskipun keluarga kita lebih buruk tapi Maheswara malah lebih lagi, mereka itu penuh keserakahan dan berbahaya. Lo sendiri tau gimana kisah masa lalu.” ucap Freon datar, meskipun demikian terdapat nada penuh kecemasan dalam suaranya

Kekhawatiran kakaknya yang berlebihan ini membuat Dylan tak bisa lagi berkata-kata. Entah lah apa yang terjadi dimasa lalu, baginya itu terlalu abu-abu.

Tbece...

Awikwok begete ini bab

A Chaotic Destiny ⟨ ALTEORANSMIVERS ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang