Dunia ini ibarat panggung sandiwara, siapapun bisa menjadi pemeran utamanya. Kali ini, Lexi lah yang memerankan posisi itu. Seperti 'katanya', Lexi harus memainkan perannya dengan baik untuk membalas orang-orang jahat itu.
-
Start : 16 Februari 2024...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Lexi melirik tempat duduk Zyva yang satu barisan dengannya. Gadis itu tahu namanya dari Laxi-dia membaca nametag pada seragam Zyva. Sudah dua hari kursi itu kosong karena sang empu tidak berangkat sekolah. Selama dua hari itu, dirinya tercatat absen dua kali tanpa keterangan. Jika besok Zyva masih belum berangkat, maka dia akan mendapat surat peringatan.
Memikirkan itu, Lexi jadi tidak fokus selama pelajaran berlangsung. Padahal suara guru di depan kelas itu cukup keras dan lantang, tapi telinga gadis itu seolah kehilangan fungsinya. Yang terdengar hanyalah suara-suara di pikirannya.
Sepertinya Lexi harus menjenguk Zyva untuk melihat keadaannya. Dia akan meminta bantuan sekretaris Hanz untuk menemukan rumah Zyva.
Bel istirahat yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Lexi tidak segera beranjak seperti teman-temannya begitu guru keluar dari kelas. Gadis itu membuka ponsel dan mengetikkan sesuatu di sana.
Lexi : Pulang nanti, ayo jenguk Zyva
Balasan datang tidak lama kemudian.
Laxi : Emang dia kenapa?
Sepertinya Laxi memang sungguhan tidak tahu.
Lexi : Udah dua hari dia nggak berangkat sekolah
Jeda cukup lama sampai balasan kedua datang.
Laxi : Oke
Lexi mengetik lagi.
Lexi : Kita mampir dulu beli buah
Laxi tidak membalasnya lagi, hanya menanggapi dengan emot jempol.
Waktu pulang pun tiba. Seperti prediksinya, sekretaris Hanz berhasil menemukan rumah Zyva. Itu mudah saja. Cukup menanyakan kepada warga sekitar. Akan tetapi, Lexi terlalu malas untuk melakukan itu. Alhasil, dia menyuruh sekretaris Hanz.
Kadang kala Lexi merasa tidak enak karena terus menerus merepotkan sekretaris Hanz. Namun, pria itu bersikap biasa saja seolah itu bukan masalah besar baginya. Bahkan pria itu menyiapkan ganti baju untuk sepasang kakak beradik tersebut tanpa menunggu disuruh-karena Lexi sendiri melupakan itu.
Tak lupa Lexi mengucapkan terima kasih. Sekretaris Hanz masih belum terbiasa dengan itu. Rasanya aneh saja, karena yang ia tahu, Lexi bukan tipikal orang yang seperti itu.
Yeah, mungkin sekretaris Hanz belum begitu mengenal Lexi sebab mereka mulai berintaksi belum lama ini. Jadi, pria itu hanya menilai dari apa yang tampak di matanya. Tidak mengobservasi secara menyeluruh. Sehingga kesimpulan yang dia dapat belum tentu akurat.
Mereka mampir di toko buah-buahan. Setelah memilih buah apa saja yang sebaiknya dibawa, kakak beradik itu masuk ke dalam mobil lagi. Sebentar lagi mereka sampai di rumah Zyva. Setibanya di sana, keduanya bergegas mengetuk pintu.
Bukannya menjumpai sang pemilik rumah, Lexi dan adiknya justru mendengar suara keributan dari dalam. Lexi menempelkan telinga ke pintu dengan Laxi yang sibuk menerka apa yang sedang terjadi di dalam sana. Terdengar teriakan seorang wanita dan benda-benda berjatuhan seperti disibak dari meja. Berisik sekali.
Tak peduli perihal etika bertamu, Lexi segera memutar kenop pintu, tapi tidak terbuka karena dikunci dari dalam. Gadis itu mendadak panik, begitu juga dengan Laxi. Sementara sekretaris Hanz yang sedari tadi mengamati di kursi kemudi akhirnya turun dari mobil dan menghampiri dua remaja tersebut karena melihat mereka mengitari rumah seperti sedang mencari sesuatu.
Benar, mereka mencari pintu lain untuk bisa masuk ke dalam rumah tapi tidak menemukannya. Sekretaris Hanz pun meneliti jendela guna memastikan apakah dua remaja beda generasi itu dapat masuk lewat sana.
"Kayaknya nggak muat deh," komentar Laxi.
Terpaksa, sekretaris Hanz mendobrak pintu. Tidak mudah memang, tapi pintu akhirnya berhasil dibuka secara paksa meski itu mengakibatkan handle dan kunci pintu rusak. Beruntung jarak antar rumah cukup berjauhan sehingga tetangga tidak menyadari apa yang telah dia lakukan di rumah orang.
Ketiganya segera menghambur masuk. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati lantai berserakan penuh pecahan benda-benda mulai dari vas bunga, gelas dan masih banyak lagi. Hanya lantai ruang tamu yang bersih dari serpihan-serpihan itu.
Pandangan mereka lalu jatuh pada seorang wanita yang menjambak rambutnya sembari meraung keras. Wanita itu tampak seperti pasien ODGJ dengan penampilan berantakan. Mereka tidak memiliki waktu untuk mencerna apa yang sedang terjadi karena sekarang wanita itu berjalan ke arah mereka dengan mengacungkan gunting yang dia ambil di dekat kakinya. Matanya menatap ketiga tamunya nyalang.
"Siapa kalian?! Beraninya masuk ke rumahku tanpa permisi!" gertak wanita itu.
Lexi, sekretaris Hanz dan Laxi otomatis melangkah mundur. Wajah kakak beradik itu begitu tegang, tapi tidak dengan sekretaris Hanz. Di situasi seperti ini, pria itu tetap bisa bersikap tenang. Lexi kagum dengan pengendalian diri sekretaris ayahnya itu.
Lalu, seseorang yang tak lain adalah Zyva muncul dengan tergopoh-gopoh. Dia yang tadinya bersembunyi di kamar-itu mulai dia lakukan belum lama ini saat ibunya mengamuk agar tidak menjadi sasaran lagi. Namun, saat mendengar suara ibunya yang seperti sedang meneriaki seseorang, gadis itu lantas bergegas menghampiri sang ibu. Dia terkejut mendapati orang yang paling tidak ingin ditemuinya justru kini berada di rumahnya.
Dengan matanya, Lexi melihat Zyva mendekap ibunya dari belakang dengan erat. Sekuat tenaga menahan tubuh sang ibu agar tidak mendekat ke tempat Laxi dan dua anteknya berdiri. Tubuhnya sampai ikut terseret karena tenaga sang ibu mendadak bertambah dua kali lipat saat sedang kambuh begini.
Wajah kakak beradik itu seketika berubah pias-terutama Laxi-saat wanita itu berbalik dan mengarahkan gunting ke perut putrinya sendiri lantaran kesal karena terus dihalangi.
"Ma ..." Suara Zyva melemah seiring tubuhnya perlahan ambruk. Sebelum tubuhnya benar-benar menyentuh lantai, Laxi berhasil menahannya. Zyva jatuh tak sadarkan diri di pangkuan pemuda itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.