Dunia ini ibarat panggung sandiwara, siapapun bisa menjadi pemeran utamanya. Kali ini, Lexi lah yang memerankan posisi itu. Seperti 'katanya', Lexi harus memainkan perannya dengan baik untuk membalas orang-orang jahat itu.
-
Start : 16 Februari 2024...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
"Dasar anak pembawa sial! Gara-gara kalian istriku mati! Kenapa nggak kalian saja yang mati, hah?!"
Seorang pria memukuli punggung kedua putranya tanpa ampun menggunakan rotan. Sebisa mungkin anak kembar berusia sembilan tahun itu menahan tangisnya kendati rasa sakit menjalar di seluruh tubuh. Sebab, jika mereka menangis, maka sang ayah akan memukulnya lebih keras.
Puas melampiaskan amarahnya karena kalah taruhan, pria itu melempar rotan sembarang dan melangkah berdentum meninggalkan kamar kecil yang sudah mirip kapal pecah akibat amukannya.
Sepeninggal sang ayah, kedua saudara kembar siam bernama Ravi dan Reva saling berangkulan. Tangis mereka meledak.
Entah sejak kapan sang ayah, satu-satunya orang tua yang mereka miliki, mulai melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya sendiri. Pria itu jarang di rumah. Pergi pagi, pulang pagi. Membiarkan anak-anaknya tak terurus. Bahkan, untuk mengisi perut pun mereka hanya mengandalkan belas kasih tetangga karena uang tak seberapa hasil penjualan kayu bakar dan botol-botol plastik yang mereka kumpulkan selalu dirampas oleh sang ayah.
"Sini uangnya! Anak-anak nggak boleh nyimpan uang banyak-banyak!" Itu yang sering dikatakan sang ayah tiap merebut paksa uang hasil jerih payah anak-anaknya.
Pria itu sering pulang dalam keadaan mabuk dan setiap kembali ke rumah dia selalu memukuli anak-anaknya. Apalagi jika dia mengetahui kalau uang yang mereka dapat lebih sedikit dari hari sebelumnya.
"Apaan cuma dapet segini! Makanya jangan males-malesan kerja!" sentak sang ayah pada kedua anaknya seraya mendorong kening mereka dengan telunjuknya pada suatu waktu.
Terhitung beberapa kali pria itu melakukan percobaan pembunuhan terhadap anaknya seperti mencekik dan menenggelamkan kepala mereka ke dalam air di gentong.
"Mati! Mati! Cepatlah mati!" seru sang ayah dengan menekankan kepala anak-anaknya agar semakin masuk ke dalam air. Mereka nyaris mati jika saja tidak ada tetangga yang menolongnya.
Saat masih bayi, pria itu juga pernah menghanyutkan anaknya ke sungai yang kemudian ditemukan oleh warga desa sebelah dan akhirnya kembali pada pria itu.
"Sialan! Kenapa kalian masih selamat sih?!" raung si ayah sesaat setelah warga yang mengantarkan kedua bayinya pulang.
Rupanya, si pria belum menyerah. Memasuki usia balita, dia membawa pergi kedua anaknya dengan dalih mengajak jalan-jalan lalu meninggalkannya begitu saja di pinggir jalan raya. Kebetulan sekali, tak lama setelah mereka ditinggalkan oleh ayah mereka sendiri, sebuah pick up yang dikendarai tetangga mereka berhenti dan mengantarkan mereka kembali ke rumah.
"Ya tuhan, kalian. Ayo kita pulang! Paman yang akan antar kalian dengan selamat sampai rumah." Pria dengan cambang tipis yang menyebut dirinya paman itu lantas menggendong Ravi dan Reva lalu mendudukkan mereka di samping kursi kemudi.