9 : Latihan Menembak

24 3 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sejak peristiwa penyerangan kemarin, Lexi meminta sekretaris Hanz untuk mengajarinya menembak. Tentu saja ini tanpa sepengetahuan orang-orang rumah.

Hari ini, Lexi kembali memulai latihannya. Meski siang semakin terik, tapi itu tidak menyurutkan semangat Lexi untuk terus berlatih. Keringat yang membanjiri keningnya sama sekali tidak mengurangi fokusnya. Jarinya terus menarik pelatuk pistol. Membidik target dengan tingkat akurasi yang semakin baik.

Lexi tahu, waktunya tidak banyak. Cepat atau lambat, Barra akan kembali mengibarkan bendera perang. Sebelum itu terjadi, Lexi harus memastikan dirinya memiliki persiapan yang cukup. Itu sebabnya selama empat hari ini ia berlatih dengan keras di bawah pengawasan sekretaris Hanz.

"Kemampuan anda meningkat pesat, Nona. Anda sungguh luar biasa untuk ukuran seorang remaja perempuan," puji sekretaris Hanz jujur kala melihat semua botol yang menjadi target hancur oleh tiga peluru yang ditembakkan Lexi dalam satu tarikan nafas . Ada semburat senyum tipis di wajahnya, tapi mungkin Lexi tidak menyadari itu.

Lexi melepas pelindung telinga dan menaruh pistolnya. "Yeah, itu mudah. Saya cukup membayangkan ini seperti bermain ketapel."

"Anda selalu berhasil melampaui ekspektasi saya, Nona."

"Benarkah?" Lexi tidak yakin apakah itu pujian atau hanya sekedar basa-basi belaka sebab sekretaris Hanz mengatakannya dengan wajah tanpa ekspresi. Gadis itu membuka tutup soft drink yang diberikan sekretaris Hanz dan menenggaknya hingga habis. Rasa segar segera mengaliri kerongkongannya yang kering.

"Kita sudahi latihan untuk hari ini," kata sekretaris Hanz mengakhiri sesi latihan.

Sekembalinya dari arena tembakan, Lexi dan sekretaris Hanz berpapasan dengan Arkan di ruang tengah. Ekspresi kedua pria itu sama-sama sulit dideskripsikan. Datar, seolah tak ada emosi di sana. Lexi merasa tertekan berada diantara mereka.

Mendadak seperti ada efek slow motion saat Arkan melewati samping tubuh sekretaris Hanz. Barulah saat tubuh keduanya terpaut jarak tiga langkah, Arkan menghentikan langkahnya.

"Aku dengar kalian diserang penguntit. Apakah kamu tidak curiga kalau mungkin saja pelakunya adalah salah satu dari orang yang ada di rumah ini?"

Sekretaris Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Lexi. Gadis itu melirik sang sekretaris. Ekspresinya tidak berubah sama sekali.

Pembawaannya yang tenang tapi mematikan menjadikan sekretaris Hanz lawan yang cukup sulit dijatuhkan. Lain dengan Barra yang memiliki kontrol emosi yang buruk. Mudah sekali membuat pria itu terprovokasi.

Revenge Of Alexi [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang