5 : Makam Tanpa Nisan

53 6 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Matahari berada di puncak tertinggi ketika angkot yang kelebihan muatan itu berhenti di lampu merah. Para penumpang mulai mengeluh serta mengipasi wajah lantaran lampu traffic light tidak kunjung berganti hijau sementara suhu di dalam angkot semakin meningkat padahal kaca jendela sudah dibuka.

Diantara para penumpang, ada seorang gadis dengan hoodie hitam yang lebih memilih menyumpal telinganya menggunakan earphone daripada mendengarkan keluhan para penumpang yang didominasi ibu-ibu.

Kendati demikian, gadis itu tidak bisa menampik hawa panas yang menjalari tubuhnya sebab ia mengenakan bahan yang cukup tebal. Lagu All To Well milik Taylor Swift mengalun lembut di telinganya. Ketika ia mengalihkan tatapan ke luar jendela, manik legamnya langsung beradu dengan sepasang netra gelap milik seorang pemuda di dalam mobil yang berada persis di sebelah angkot yang dinaikinya. Keduanya saling mengunci pandangan selama beberapa detik sampai akhirnya sang hawa memutus kontak mata lebih dulu.

Shit!

Kenapa dia harus bertemu Raffan di situasi seperti ini?

Gadis itu sontak menundukkan pandangan sembari menarik tudung hoodienya sedikit ke depan. Ia harap pemuda itu tidak mengenalinya dengan penampilan setertutup ini. Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri kalau hatinya sedikit resah sebab ia tidak mengenakan masker. Sudah pasti laki-laki itu melihat wajahnya.

"Semoga dia nggak sadar kalo ini gue," gumamnya penuh harap.

Beruntung, detik berikutnya lampu berubah hijau dan sang sopir segera tancap gas. Entah karena pria setengah abad itu tidak mau terjebak macet atau muak mendengar keluhan para ibu-ibu dan ingin segera menurunkan mereka sesuai tujuan.

Gadis itu memilih turun di pinggir jalan cukup jauh dari titik tujuannya. Itu ia lakukan agar orang-orang di dalam angkot tidak bertanya padanya. Pasalnya, tempat yang akan ia tuju adalah komplek pemakaman yang tidak terurus. Mungkin sudah ditinggalkan dari beberapa tahun.

"Pak, kiri," seru si gadis dengan suara keras seraya mengetuk-ketuk jarinya ke jendela.

Angkot pun berhenti di titik yang gadis itu minta, lalu melaju kembali setelah sang sopir menerima bayaran.

Gadis dengan hoodie hitam itu kemudian mengayunkan kakinya masuk ke area makam. Ilalang dan rumput liar yang tumbuh di atas permukaan tanah yang ia pijak cukup menghalangi jalannya. Suara dedaunan kering dan ranting patah yang tidak sengaja terinjak menjadi satu-satunya pengisi keheningan di tempat itu. Siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir dia adalah orang gila yang mau datang ke pemakaman tua seorang diri. Meski hari masih siang, itu tidak mengurangi kadar kesuraman di sana sebab cahaya matahari terhalang oleh rimbunnya pepohanan besar yang tumbuh.

Langkahnya kemudian berhenti pada salah satu makam yang terletak paling ujung. Tidak, gundukan tanah tanpa nisan itu lebih mirip kuburan kucing daripada makam manusia. Satu-satunya penanda hanyalah sebongkah batu yang bagian ujungnya sedikit runcing.

Revenge Of Alexi [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang