Dunia ini ibarat panggung sandiwara, siapapun bisa menjadi pemeran utamanya. Kali ini, Lexi lah yang memerankan posisi itu. Seperti 'katanya', Lexi harus memainkan perannya dengan baik untuk membalas orang-orang jahat itu.
-
Start : 16 Februari 2024...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
"Saya sudah dapat informasinya, Tuan," lapor Ten dari sebrang telepon.
"Cepat ke ruangan saya!" perintah Barra dengan nada menuntut.
"Baik, Tuan."
Panggilan pun berakhir. Barra sedikit melempar ponselnya ke meja dan menjatuhkan bobotnya ke kursi putar.
"Apa katanya?"
Suara Carissa membuat Barra memutar kursinya menghadap sang istri.
"Dia sudah dapat informasi soal pengendara ninja merah," terang Barra.
Carissa manggut-manggut mengerti. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Ini saya, Tuan."
"Masuk," titah Barra.
Pintu terbuka perlahan menampakkan sosok Ten dengan setelan khas seorang bodyguard. Pria itu mengangguk sopan kepada Carissa sebagai bentuk sapaan yang hanya dibalas dengan wajah datar oleh wanita itu.
"Beritahu kami apa yang sudah kamu temukan," kata Barra mempersilahkan Ten untuk bicara sedang Carissa yang duduk di sofa memasang telinganya baik-baik.
"Setelah saya telusuri plat nomornya, rupanya motor itu bukan milik orang itu," jelas Ten memaparkan satu persatu informasi yang dia dapat.
"Maksudmu, dia meminjam dari seseorang? Siapa?"
Itu Carissa yang bertanya.
Ten mengangguk. "Benar, Nyonya. Saya segera mendatangi pemiliknya dan menanyakan perihal siapa yang meminjam motornya pada hari itu, tapi dia tidak memberikan keterangan spesifik selain jenis kelaminnya perempuan. Seorang remaja SMA."
Mendengar penjelasan Ten, Barra dan Carissa tidak bisa menyumbunyikan ekspresi terkejutnya. Mereka saling melempar pandangan seolah-olah sedang berbicara melalui tatapan mata.
Bagaimana mungkin seorang pelajar-apalagi perempuan-mengendarai motor sambil membawa pistol? Dari mana dia mendapatkan senjata itu? Jelas sekali dia bukan remaja biasa. Sayangnya, Ten tidak melihat wajahnya karena tertutup helm fullface. Akan tetapi, setidaknya pria itu berhasil melukai lengan kiri pengendara tersebut.
"Apa kamu yakin dia benar-benar remaja SMA, bukan intel atau agen rahasia yang sedang menyamar?" tanya Barra. Dia dan istrinya kembali memusatkan perhatian pada Ten dengan sorot penuh tanya.