Dunia ini ibarat panggung sandiwara, siapapun bisa menjadi pemeran utamanya. Kali ini, Lexi lah yang memerankan posisi itu. Seperti 'katanya', Lexi harus memainkan perannya dengan baik untuk membalas orang-orang jahat itu.
-
Start : 16 Februari 2024...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Dia ngajak ketemu di alun-alun kota sore nanti, katanya mau nanya soal gelang.
Gadis itu membaca pesan di layar ponselnya dalam hati, lalu mengetik balasan.
Biarin gue yang nemuin dia kali ini.
Baru lima detik gadis itu menekan tombol send, pesan balasan datang.
Lo pasti kangen ya, sama dia?
Membaca pesan itu, si gadis menundukkan pandangan dan tersenyum getir.
Tentu saja gadis itu merindukan sosok yang tak pernah dia temui lagi hampir 10 tahun lamanya. Seperti apa rupanya sekarang, apakah sosok itu lebih tinggi beberapa senti darinya dan yang terpenting, masihkah sosok itu ingat dirinya?
Padahal seharusnya, pertanyaan-pertanyaan itu tak membayangi pikirannya lagi karena orang yang si gadis rindukan berada di dekatnya. Hanya saja, karena suatu kondisi, dia baru bisa menemui orang yang selama ini ia rindukan sekarang.
Meraih hoodie kesayangannya dan mengenakannya tanpa melepas kaosnya, gadis itu melepas jedai dan sedikit merapikan rambutnya. Setelah memastikan surai panjangnya tertutup sempurna, barulah ia meluncur ke alun-alun kota menggunakan ojek online.
Sesampainya di lokasi, gadis itu menyapu pandangan ke sekitar. Anak-anak dan para orang tua yang didominasi kaum ibu-ibu mulai memadati alun-alun kota tersebut. Ada berbagai macam stand yang menjual makanan ringan sampai makanan berat, tentunya dengan bervariasi harga.
Pandangannya kemudian jatuh pada punggung seseorang yang duduk di salah satu kursi kayu.
Itu pasti dia.
Detik itu juga, sosok yang si gadis perhatikan menoleh. Dia tersenyum menyadari bahwa seseorang yang sejak tadi ditunggunya akhirnya muncul.
"Kak Lexi!"
Lexi dengan hoodie hitamnya seketika membeku. Panggilan itu, sudah lama tak didengar, panggilan yang selalu dia rindukan, kini dia mendengarnya lagi dari orang yang sama. Rindu yang selama ini mengendap di dadanya meledak bebarengan dengan air matanya yang perlahan jatuh.
Senyum di wajah Laxi memudar tatkala melihat air mata menuruni pipi Lexi. Kenapa kakaknya tiba-tiba menangis?
Sebelum Laxi sempat menyuarakan pertanyaan di benaknya, Lexi sudah menyeka air matanya lebih dulu dan mendudukkan diri di sisi kirinya. Mereka kini bertukar pandangan selama sekian detik sampai akhirnya Laxi memutus kontak mata itu untuk mengambil sesuatu di saku celananya. Hal itu tak luput dari perhatian sang hawa.
"Apa gelang ini punyamu, Kak?"
Lexi mengerjap. Gelang tali yang disodorkan Laxi berada persis di depan wajahnya.
"Ini ..." Lexi mengambil gelang itu dan memperhatikannya lamat-lamat. Saat itu juga, benaknya dibanjiri oleh ingatan masa lalu. Pada akhirnya, gadis itu mengangguk.