Dunia ini ibarat panggung sandiwara, siapapun bisa menjadi pemeran utamanya. Kali ini, Lexi lah yang memerankan posisi itu. Seperti 'katanya', Lexi harus memainkan perannya dengan baik untuk membalas orang-orang jahat itu.
-
Start : 16 Februari 2024...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Hanz tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan kritis. Dua tahun menjalani home schooling, dia bisa mengejar kertertinggalannya. Sekarang, dia setara dengan anak kelas tiga smp.
"Saya rasa sudah saatnya kamu merasakan bangku sekolah. Dua tahun belajar di rumah pasti sangat membosankan. Bagaimana kalau kamu masuk ke sekolahnya Barra?" tawar tuan presdir yang tak lain adalah ayah Barra pada suatu pagi saat sarapan. Bulan depan sudah memasuki tahun ajaran baru. Jadi, pria itu menawari Hanz untuk melanjutkan pendidikan di SMA yang sama dengan putranya.
"Terima kasih atas tawarannya, Tuan. Tapi, saya merasa tidak pantas berada di sekolah yang sama dengan Tuan Muda," tolak Hanz sopan. Walaupun tuan presdir memperlakukannya layaknya keluarga, Hanz tetaplah seorang bawahan. Mereka dari kalangan yang berbeda dan fakta itu tak berubah sampai kapanpun.
"Tak perlu merasa sungkan begitu, Hanz." Barra bersuara, mengabaikan kedua adiknya yang menatap sinis dari kursi mereka. "Aku merasa sangat senang kalau kamu menemani tahun terakhirku di sekolah."
Respon positif Barra mengundang senyum tuan presdir. "Bulan depan sudah masuk tahun ajaran baru. Saya bisa langsung daftarkan kamu."
Dari caranya pria itu tersenyum, Hanz tahu ini akan sedikit sulit. "Tidak perlu-
"Saya tidak menerima penolakan apapun, Hanz," nada tegas itu mengisyaratkan Hanz bahwa dia tidak diperkenankan protes.
Atas alasan itulah pada akhirnya Hanz menyetujui. Usia Hanz dan Barra yang hanya terpaut dua tahun membuat mereka mudah akrab sejak pertama kali bertemu. Sama halnya tuan presdir, Barra langsung menyukai Hanz di pertemuan pertama mereka.
Sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarga Dityatama-karena dua adiknya adalah perempuan, Barra sangat senang mendapatkan seorang teman. Terlebih Hanz yang cerdas cepat menangkap apapun yang Barra ajarkan padanya. Kehadiran Hanz juga banyak membantu serta menutupi kekurangan Barra terutama di bidang akademik.Tidak jarang Hanz membantu Barra menyelesaikan tugas sekolahnya.
Saat Barra masih smp, Hanz membantunya menerjemahkan drama shakespeare yang dijadikan pentas tunggal pada acara festival sekolah dalam bahasa jawa. Hanz juga andil dalam mengerjakan tugas mata pelajaran bahasa sanskerta milik Barra setelah setengah tahun dia menjadi anak SMA. Bahkan, Hanz menjelaskan soal kebenaran dibalik cerita Ken Arok dan Ken Dedes, kisah cinta segitiga antara Rahwana, Sinta dan Rahma serta sosok sebenarnya Gadjah Mada yang diagung-agungkan. Yang tak pernah ditulis di buku sejarah manapun.
Setelah semua itu, Barra beranggapan bahwa hidup Hanz terlalu serius. Sehingga pada suatu waktu ketika Hanz menemani Barra belajar untuk persiapan ujian kelulusan, Barra bertanya, "Aku tidak pernah melihatmu dekat atau tertarik dengan perempuan. Kamu masih normal kan?"
Hanz tahu sekali apa yang dimaksud Barra. "Tentu saja, Tuan Muda. Tapi untuk saat ini saya memang tidak berniat untuk dekat dengan perempuan manapun. Saya cuma ingin fokus belajar," jawab Hanz kritis.