21 : Rasa Penasaran Raffan

21 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dinginnya AC menyentuh kulitnya begitu kakinya menapaki lantai minimarket. Gadis dengan hoodie hitam yang membungkus tubuhnya membawa langkahnya menuju rak bagian makanan ringan. Tangannya terulur untuk mengambil beberapa snack kesukaannya. Tepat saat itulah, matanya bersitatap dengan sepasang manik sekelam malam dari celah rak.

Selama sekian detik, pandangan mereka saling beradu sampai kemudian gadis itu membalik tubuhnya. Dia mendengar si pemuda menggumamkan namanya.

Cepat-cepat dirinya mengayunkan kaki menjauh dari sana. Mengutuk semesta karena selalu mempertemukannya dengan pemuda itu di saat yang tidak tepat. Syukurlah dia memasang tudung hoodienya sehingga surainya yang panjang tertutup dengan baik. Akan tetapi, pemuda itu sudah melihat wajahnya. Mengingat itu, hatinya jadi gusar.

Gadis itu menunggu gilirannya untuk melakukan pembayaran di kasir dengan tidak sabar. Matanya terus bergerak gelisah karena sekarang pemuda itu berdiri sejajar dengannya-mengantri untuk menghitung total belanjaannya. Di tangan kanan pemuda itu terdapat keranjang belanja yang memuat berbagai jenis makanan ringan lengkap dengan minumannya.

Tanpa menoleh, gadis itu tahu dia sedang diperhatikan.

"Silahkan taruh belanjaannya jika tidak ada tambahan lagi, Kak."

Suara kasir itu menariknya kembali ke alam sadar. Gara-gara pemuda itu, dia jadi melamun.

Gadis itu pun meletakan snack yang sudah diambil tadi untuk dicek harganya dengan mesin penghitung otomatis.

"Totalnya tujuh belas ribu lima ratus, Kak-ada uang pas?"

Gadis itu menggeleng. Dalam hati ia merutuki kebodohannya karena hanya membawa uang selembar seratus ribuan.

"Kalau begitu, silahkan Kakak ambil barang lain agar genap lima puluh ribu," kata kasir tersebut seraya menunjuk rak kue-kue basah dengan kelima jarinya.

"Nggak perlu. Saya yang akan bayar belanjaannya."

Si gadis terperangah mendengar itu. Menahan umpatan di ujung lidah terutama saat si pemuda diam-diam tersenyum penuh arti padanya. Pasti pemuda itu sengaja melakukan ini agar dirinya tak bisa kabur. Sebab, setelah itu, tangannya segera ditarik keluar.

Dirasa sudah cukup jauh, pemuda itu baru melepas tangannya.

"Sorry. Gue nggak bermaksud nyakiti Lo. Kalo nggak gini, lo pasti kabur kan?" terka Raffan. Ya, pemuda yang selalu muncul tanpa gadis itu pikirkan tidak lain adalah Raffan Nalendra.

Gadis itu diam tak menanggapi. Dia tak banyak berekspresi, tapi jauh di lubuk hatinya dia merasa resah. Tak seharusnya dia duduk di sini mengobrol dengan pemuda itu. Ini salah, karena semakin banyak mereka berinteraksi, lambat laun putra tunggal Arkan itu akan menyadari kejanggalan dari dirinya.

Revenge Of Alexi [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang