"Di dunia ini, hanya ada dua kemungkinan yang kamu dapat ketika kamu bertemu dengan seseorang. Yang pertama adalah teman dan yang kedua adalah musuh."
-HIRAETH
***
“AKU Giselle, Pangeran! Buka selimut itu dan lihat aku! Kau seperti seseorang yang baru terbangun setelah puluhan tahun.”Perlahan, Rey menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Namun Ia tidak melihat siapapun.
“Di samping kanan atas, Pangeran!”
Seruan itu membuat Rey menoleh ke atas samping kanannya. Pria itu melotot menatap mahluk yang sekarang tengah menyengir menatapnya. Makhluk kecil yang menyerupai kupu-kupu namun memiliki tubuh seperti manusia.
“MAKHLUK APA KAU?!”
Teriakan itu sukses mengundang beberapa penjaga yang berada di depan pintu kamar. Mendengar derap langkah yang makin mendekat, mahkluk kecil itu panik dan bergegas mencari tempat persembunyian yang aman.
Sedangkan Rey dengan mata biru lautnya, masih terpaku pada tempat hilangnya mahkluk aneh itu. Mulutnya sedikit menganga karena keterkejutan yang luar biasa.
“Pangeran, Pangeran, apakah anda baik-baik saja?”
Pertanyaan itu membuat Rey tersadar dari keterkejutannya. Sekarang ia bingung dan aneh pada komplotan orang berpakaian rapi yang berbaris tepat di depannya.“Apa-apaan semua ini!” bentak Rey yang kini menatap tajam pada mereka hingga bergetar ketakutan.
“Maafkan kami, Pangeran. Maafkan karena kami lalai dalam tugas.” Seorang yang berpakaian seperti prajurit itu berlutut dan diikuti oleh yang lainnya.
Rey hanya bisa memijit pelipisnya yang masih berdenyut sakit, sembari membatin. Sebenarnya dia di mana?
Rey bingung dan takut. Ia bisa saja melawan satu geng motor sendirian, tetapi bangun di tempat asing dengan orang-orang aneh dan juga mahkluk yang di luar logika itu berbeda cerita.
Rey kembali menoleh ke tempat persembunyian makhluk itu. Bulu kuduknya seketika berdiri ketika objek itu mengintip di sela-sela tempatnya bersembunyi. Rey pun mengambil sebuah cangkir di meja dekat tempat tidur, kemudian melemparnya ke arah si makhluk menyeramkan itu.
“Sialan! Kalian pasti sedang memberiku prank, ‘kan? Cepat akhiri ini semua! Kalian tidak tahu siapa aku? Aku adalah Reygan Bragaswara, putra tunggal konglomerat Ayyan Bragadipta!” seru Rey melampiaskan seluruh kekesalannya.
Para prajurit itu saling berpandangan. Salah satu dari mereka kemudian berkata.
“Pangeran sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Tinggalkan kamar ini dan melapor pada Jenderal dan Perdana menteri.”
Mereka kemudian mengangguk bersama dan berlalu meninggalkan Rey dengan wajah putihnya yang sudah merah padam. Di balik kemarahan Rey, tersembunyi sebuah ketakutan akan tempat ia berada sekarang. Tentu saja makhluk itu dapat mencium rasa takut dalam tubuh Rey, ia bergegas keluar dari tempat persembunyiannya.
Rey masih termenung. Pemuda itu berpikir bahwa sekarang tengah diculik lalu disiksa secara mental dengan membangun rasa takut dan bingung dalam dirinya. Beberapa kali Rey mendapat ancaman dan bahkan sebuah teror, tetapi untuk penculikan kali ini baru sekali. Rey bersumpah akan membunuh siapa saja yang sudah menculiknya.
“Pangeran, kau baik-baik saja, ‘kan? Pangeran, jawab aku.” Giselle menatap prihatin dengan keadaan tuannya sekarang. Apakah ini karena sihir itu?
“Pangeran, aku minta maaf karena telah melakukan kesalahan. Tapi aku tidak bisa membiarkan Pangeran pergi begitu saja, apalagi karenaku. Aku tidak ingin,” kata Giselle menunduk, merasa bersalah karena sekarang tuannya dalam kondisi seperti ini akibat ulahnya.
Rey menoleh dan menatap tajam sosok kecil itu.
“Siapa kau? Dan makhluk seperti apa dirimu? Apakah kau diciptakan menggunakan AI?”“AI itu apa, Pangeran? Apakah sejenis sihir pemanggil jiwa?” Giselle balik bertanya. Makhluk itu bahkan mengepakkan sayap kecilnya pertanda antusias akan sesuatu.
“Apa maksudmu? Jawab dulu pertanyaanku!”
Rey sedikit mundur ketika makhluk itu terbang ke arahnya. Giselle memanyunkan bibirnya, tetapi tetap menjawab pertanyaan dari sang tuan.“Aku adalah peri, Pangeran. Peri tercantik yang ada di Kerajaan Moure ini,” kata Giselle sembari memutar tubuhnya dan menciptakan Kilauan indah dari sayapnya. Namun, Rey tidak memedulikan itu. Peri dan kerajaan Moure? Oh tentu, itu hanya bualan belaka.
“T-tunggu, apa! Jangan berbohong padaku! Tidak ada peri dan Kerajaan Moure yang seperti kau katakan.”
Rey melepaskan pegangannya pada selimut motif Phoenix di tangannya. Sepertinya Rey sudah tidak takut dengan makhluk aneh yang bernama Giselle itu.
“Dan aku bukanlah pangeran. Walaupun aku memiliki darah biru, tapi itu tidak mengharuskanmu memanggilku dengan sebutan ‘Pangeran’!” lanjut Rey.
“Pangeran, apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti. Kau adalah pangeran bungsu, Argasier Moure Devajackson, pangeran dari kerajaan Moure. Kerajaan ini adalah tempat tinggal, Pangeran,” ucap Giselle mendekat.
“Aku ada di sini untuk membantu Pangeran mengusut kasus pembunuhan putra mahkota yang tak lain dan tak bukan adalah kakak pangeran, Arthur Moure Devajackson. Pangeran tidak lupa, ‘kan?”
Rey seolah mengingat sesuatu, tetapi sakit kepalanya yang terjadi sukses menghambatnya. Jika tadi hanya hitam putih yang dilihat, sekarang Rey benar-benar melihat sebuah ingatan yang bukan miliknya. Potongan ingatan itu seperti panah tajam yang menancap di kepalanya.
Giselle ingin membantu, tetapi terhalang karena perisai tak kasat mata yang jika disentuh akan menghasilkan petir biru. Peri kecil itu terlempar karena kekuatan magis yang menyelimuti tubuh Rey. Giselle terkejut karena sihir itu bukanlah sihir alami dari tubuh Rey.
Rey meringis karena rasa sakit yang semakin menjadi, dan potongan ingatan yang seperti sudah masuk secara paksa ke kepalanya.
“AAAAAAAAAA SAKIT, HENTIKAN!”
Giselle tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin mendekat, tetapi melihat perisai magis yang menyelimuti seluruh tubuh Rey berhasil membuatnya mengurungkan niat. Lama-kelamaan perisai itu semakin besar. Bahkan hampir menyelimuti seluruh ruangan hingga membuat Gisella tersudut.
“Gawat! Bila terus seperti ini, tak akan ada yang selamat.”
Bersambung
_o0o_
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Terbit]
FantasyPLEASE BE WISE AS A NEW READER!! "The universe is sometimes unfair. But, fairness will happen someday. The moment they give in their live." -- HanySenandy Hiraeth, memiliki makna rasa kerinduan teramat dalam untuk pulang. Nostalgia sendu yang kini m...