6. Kabar Buruk

20 6 0
                                    

"Kamu hanya bisa putus asa ketika kamu tidak lagi memiliki nafas, selain karena hal itu kamu harus tetap berjuang."

-Reygan Bragaswara

***

Malam yang seharusnya damai dan tentram kini terganti oleh seruan beberapa prajurit kerajaan dan sang Jenderal besar.

Raymond mengerahkan seluruh prajurit militernya untuk mencari mata-mata yang di lihatnya tadi bersama Alshar di sebuah menara sihir.

Seluruh masyarakat yang berada di kota Malvecient keluar dari kediamannya masing-masing. Beberapa masyarakat yang mengusai sihir Rouduks atau juga di sebuat sihir pengikat/pelindung membantu dengan membangun benteng tak kasat mata yang tidak bisa di tembus oleh sembarang orang, ini berguna agar sang mata-mata tidak kabur.

Benteng itu di bangun di sekeliling menara sihir, tempat terakhir Raymond melihat si penyelinap. Para prajurit militer kemudian masuk dan memeriksa segala sudut yang berada di menara sihir tersebut.

Tiba-tiba saja segerombolan gagak hitam datang yang entah berasal dari mana, mereka menyerang dengan menjatuhkan kerikil ke masyarakat kota yang berada di bawahnya. Suara memekakkan dari sekelompok gagak itu memecah malam, seluruh masyarakat kota lari berhamburan melindungi diri ke kediamannya masing-masing.

Raymond meringis tatkala pelipis kanannya terkena kerikil dan mengeluarkan darah segar, ia berdecak. Apa maksudnya semua ini?

Seorang prajurit terlihat berlari keluar dari menara sihir menuju sang Jenderal. Segerombolan gagak hitam tadi sudah menghilang setelah membuat kekacauan di kota Malvecient.

"Maaf, Jenderal. Kami tidak menemukan siapapun dan tidak terlihat hal yang mencurigakan di dalam menara sihir." lapor sang prajurit.

Raymond mengangguk. Sepertinya kali ini penyusup itu sangat pandai. "Ketatkan penjagaan istana dan kerahkan beberapa prajurit ke perbatasan kota, aku bisa merasakan energi kuat dan asing di sekitar area itu." titah Raymond.

"Siap, Jenderal besar!" Prajurit itu berlalu setelah memberikan penghormatan kepada sang jenderal.

Raymond berbalik lalu berjalan kembali menuju istana, ia tak sengaja menendang sebuah kerikil yang di bawa oleh gagak hitam tadi dengan kaki panjangnya.

Pria jangkung itu kemudian menunduk mengambil salah satu kerikil hitam yang memiliki bentuk sedikit berkilau dan agak berat.

Ketika memperhatikan dengan seksama kerikil tajam itu, tiba-tiba,

Woshh!!

Kerikil hitam itu menghilang seperti debu dan tidak meninggalkan bekas apapun di tangannya. Saat Raymond melihat sekeliling, kerikil hitam itu perlahan menghilang semuanya.

"Sial, ini sihir!"

***

"Mulai sekarang bantu aku untuk menemukan kebenaran dari pembunuhan kakakku, emm Giselle?"

Giselle bangkit dari acara guling-guling tidak karuannya, ia kemudian terbang kembali menghadap sang tuan.

"Tentu, pangeran. Itulah salah satu alasanku berada di sini." Giselle tersenyum manis yang hanya di balas tatapan datar oleh Rey.

Wajah Giselle sangat imut dan juga mungil, persis wajah anak kecil yang masih berusia 6-7 bulan. Tentu struktur wajah seperti itu bukanlah tipe Rey sama sekali, ia menyukai wanita yang dewasa dan berpengalaman.

HIRAETH [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang