"Setiap usaha pasti menjadi tuju yang nyata. Entah dia akan berakhir gagal ataupun menang. Tugas kita hanya berusaha, sisanya biar takdir yang menentukan."
-Reygan Bragaswara
***
Di kegelapan yang mulai surut, langit memperlihatkan lekuk-lekuknya yang misterius dengan perpaduan warna oranye dan ungu yang menakjubkan. Sinar fajar perlahan menyapa, merayap perlahan di balik cakrawala, menyingsingkan keindahan baru dalam tariannya yang lembut.
Di barat kota Malvecient yang letaknya hampir menyentuh hutan Beylendra, istana putra bungsu keluarga kerajaan Moure berdiri menjulang dengan megah menghadap pusat kota Malvecient dan menara tertingginya yaitu menara sihir.
Di belakang istana itu terdapat sebuah taman bunga yang di tumbuhi oleh bunga mawar merah yang sangat indah. Diujung taman itu terdapat hamparan rumput yang luas dan memiliki danau dengan air yang sangat jernih.
Angin pagi membawa aroma segar dari rerumputan yang masih basah embun, sementara gemuruh lembut dedaunan menari di tepi lapangan tempat Sang Pangeran yang akan berlatih bertarung.
Dengan sorot mata yang tajam dan cahaya fajar yang menerobos pepohonan, Rey mengangkat sarung pedang ukiran Phoenix yang berada di kamarnya menghadap pada sang mentari. Sarung pedang itu berkilau cantik dengan border berlian yang menghiasi sisi-sisinya karena terkena cahaya matahari.
Sangat indah dan juga megah. Mencerminkan bahwa sang pemilik merupakan keturunan bangsawan dengan gelar tinggi.
"Setelah meminta berkat pada Dewa Matahari, posisi badan kembali seperti semula dengan sarung pedang yang berada di sisi kanan." Giselle berucap sembari membolak-balikan buku yang terbuka di kursi panjang yang berada di tepi lapangan luas itu.
Tadi pagi, ah tepatnya tengah malam. Rey dan Giselle tidak tidur sama sekali, kedua makhluk beda generasi itu tengah menyusun rencana untuk memulai misi mereka.
Rey bersungguh-sungguh dengan ucapannya bahwa ia akan belajar teknik bertarung jarak dekat dan belajar menggunakan alat perang. Untuk itu, mereka kemudian mengendap-endap pergi ke perpustakaan Moure yang letaknya tidak jauh dari istana Argasier untuk mencari beberapa buku yang mempelajari tentang teknik dan gerakan dalam menggunakan alat perang.
Mengapa mengendap? Karena sihir untuk menyamarkan bau peri Giselle sudah mulai memudar, akan sangat berbahaya jika pihak istana tahu tentang keberadaannya. Peri malang itu bisa saja di bunuh detik itu juga.
Sebenarnya Rey bisa saja meminta untuk diajarkan langsung oleh Raymond yang merupakan Jenderal besar kerajaan Moure, namun setelah dipikir-pikir itu bukanlah pilihan yang tepat.
Biarkan saja mereka hanya tahu bahwa Pangeran Argasier adalah seseorang yang payah dalam bertarung, nanti jika sudah saatnya Rey akan membuktikan bahwa tubuh ini bisa bertarung layaknya ksatria di medan perang.
Lagipula, di kehidupan sebelumnya Rey seringkali ikut tawuran dan tongkat baseball adalah senjata andalannya. Bukan masalah besar jika tongkat baseball itu di ganti dengan pedang Indah ini.
"Posisi tubuh harus seimbang, kaki sedikit di tekuk dengan kaki yang berada di depan sedikit lebih maju dan," Giselle menjelaskan dengan sabar teknik dan gerakan dasar dalam menggunakan pedang yang langsung di terapkan oleh Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Terbit]
FantasyPLEASE BE WISE AS A NEW READER!! "The universe is sometimes unfair. But, fairness will happen someday. The moment they give in their live." -- HanySenandy Hiraeth, memiliki makna rasa kerinduan teramat dalam untuk pulang. Nostalgia sendu yang kini m...