"Ketika kita bersama, masalah yang sebesar dunia dan isinya akan bisa kita lalui."
-Giselle Rushart Theodore
***
Erren dan Emily menghampiri Juan yang tengah mengawasi pekerjaan bawahannya untuk membereskan kekacauan yang terjadi di belakang penginapan. Keduanya saling berpandangan dan Erren menganggukkan kepalanya menyakinkan agar Emily berbicara kepada sang ayah.
"Ayah, aku ingin berbicara denganmu." panggil Emily dengan menautkan kedua tangannya.
Juan menoleh, sedikit mengernyitkan dahinya melihat wajah serius dari Emily. "Baiklah. Ayo ke ruangan ayah,"
Keduanya mengikuti langkah sang kepala keluarga yang mengarah ke suatu ruangan yang letaknya tepat di bawah tangga. Mereka kemudian masuk dan Juan menutup pintu dengan rapat agar tidak ada yang bisa mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan dengan ayah?" tanya Juan setelah mendudukkan dirinya di kursi yang memiliki alas lembut itu.
"Ayah tahu 'kan jika Pangeran Argasier adalah Pangeran dari kerajaan yang menentang keturunan sepertiku? Aku merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk kita." kata Emily sembari menatap iris mata hitam pekat milik sang ayah.
"Maksudmu?"
"Iya, ayah. Aku mempunyai rencana untuk itu. Ayah mau 'kan membantuku?" tanya Emily dengan mata berbinar.
Juan menghela napas, sebenarnya ia sedikit khawatir tentang keadaan putrinya nanti jika sudah berurusan dengan Pangeran Argasier. "Tapi ayah tidak ingin kau terluka." ucapnya sedih.
"Kau tenang saja. Sihirku akan selalu melindungi putrimu dari mara bahaya." sahut Erren tersenyum bangga.
"Baiklah jika memang kalian sudah menyiapkan semuanya, aku akan ikut membantu semampuku." kata Juan. "Kalau begitu apa rencananya?"
Erren dan Emily berpandangan dan saling melempar senyum kemudian mereka mulai menceritakan rencananya. Juan dengan sabar mendengarkan rencana Emily dan Erren sesekali mengeluarkan pendapatnya jika terdapat sesuatu yang membuat Emily dalam bahaya.
"Baiklah. Jadi aku hanya akan membuat Emily ikut bersama rombongan Pangeran Argasier, 'kan?" tanya Juan menyimpulkan.
Sepasang ibu-anak itu mengangguk antusias. Emily mengibaskan rambut cokelatnya dan tersenyum membalas tatapan Erren. "Mari kita gunakan wajah manisku ini." kata Emily sembari terkekeh.
***
"Kau sudah menyiapkan semuanya 'kan, Alaric?" tanya Argasier menghampiri Alaric yang tengah menyiapkan kuda mereka. Setelah membicarakan tentang seluk-beluk hutan Snogues tadi malam dengan Emily akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat lebih pagi karena aktivitas tumbuhan di sana masih belum normal.
Kata Emily, mereka lebih aktif di malam hari dibandingkan pada siang harinya. Sedikit tidak masuk akal memang karena tumbuhan biasanya beraktivitas untuk menyerap segala nutrisi pada siang hari bukan pada malam hari. Namun keanehannya sudah tidak membuat Argasier terkejut lagi, dunia tempatnya sekarang saja sudah aneh.
"Sudah, Pangeran." jawab Alaric dengan mengelus kepala kuda yang berada di dekatnya.
"Ah, iya aku suka dengan kuda putih ini. Dia sangat kuat dan kokoh." kata Argasier dengan ikut mengelus punggung kuda yang sama.
Alaric bingung. Bukankah kuda putih ini adalah Argus? Kudanya Pangeran?
Walaupun bingung, Alaric tidak berniat untuk menanyakannya kepada Argasier. Pemuda itu beralih mengambil wadah berisi air kotor di dekat kaki sang kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Terbit]
FantasyPLEASE BE WISE AS A NEW READER!! "The universe is sometimes unfair. But, fairness will happen someday. The moment they give in their live." -- HanySenandy Hiraeth, memiliki makna rasa kerinduan teramat dalam untuk pulang. Nostalgia sendu yang kini m...