#JUARA I "BEST PROMOTION" MAC - PROSPEC MEDIA, 2024
"Ze, kalau aku suka sama kamu, gimana?"
Niatnya mau nembak gebetan, tetapi malah dapat balasan surat undangan. Empat tahun memendam cinta pada sahabat sendiri, ternyata kisah asmara Cahaya Januari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa kita tak terlalu cepat untuk memulai ikatan yang lebih serius? Namun, melihat kesungguhanmu, keraguanku sedikit demi sedikit terurai."
***
SEPERTINYA CACA AKAN menobatkan bahwa jadi manten adalah profesi paling sibuk dan merepotkan. Meski tak ikut sibuk membantu persiapan hari-H, tetap saja Caca tak nyaman karena jadi pusat perhatian. Dikit-dikit dia mendengar kata selamat, dikit-dikit dia mendapat godaan, dikit-dikit dikasih wejangan.
Caca menghela napas. Ini sudah H-2 dari tanggal akad yang ditentukan. Panggung sudah didirikan, setiap sudut rumah dihias sedemikian rupa, makanan dan idangan sudah 90% selesai, serta tentu tak lupa pada keluarga besar yang terus berdatangan.
"Tapi bagus lah, Van, mantumu pelaut. Pelaut banyak uang, tapi hati-hati, banyak juga ceweknya," celetuk wanita berdaster yang punya postur gemuk di sofa ujung.
"Gaklah, aku percaya sama Adit, pun Caca sama ayahnya," sangkal Vanda yakin seratus persen.
Saat ini mereka tengah berkumpul di teras samping, tengah beristirahat setelah menyelesaikan beberapa olahan makanan. Cuaca cukup cerah meski sudah hampir pukul empat. Langit tampak biru bersih dengan gumpalan awan putih keabu-abuan di beberap titik, memberi aba-aba bahwa mungkin saja sewaktu-waktu hujan mengguyur Bandung.
"CAHAYA JANUARI, LAKI LO DATENG, WOI!"
"Astagfirullah, ya Gustiii, ya Rabbi!"
"Neng Veraaa!"
"Allahu, astagfirullah."
Sontak saja emak-emak di sana kaget berjamaah lantaran Vera tiba-tiba muncul lalu teriak sekencang mungkin. Akibatnya, sekarang wanita yang hanya pakai sweter krem dengan celana hitam di atas lutut itu dapat pelototan dari beragam arah.
Vera menyengir kaku. "Hehehe, maaf bikin kaget," sesalnya sungguh-sungguh. Namun, sepasang matanya itu segera beralih pada Caca yang menatapnya dengan wajah kesal. "Sini! Buru!" Dia berbisik tetapi cukup kencang sehingga masih bisa didengar yang lain.
"Ada apa?" Vanda tampak kepo sampai-sampai setengah mengangkat tubuhnya yang tengah duduk santai di dekat tembok untuk merapat pada Vera.
Lagi-lagi Vera cuma nyengir-sekarang justru bikin yang lain ikutan kepo. "Itu, Ma, Adit ke sini."
"HAAAA?"
Emak-emak serempak jadi tim paduan suara.
"Serius kamu, Ver?" Caca langsung berdiri, matanya memelotot.