Prilla Lily Yahesa
-----------------------------Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tak akan datang kepadanya kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan, barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringan kan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta”
(HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Hibban).----------
"Morning, kakak hensem, Assalamualaikummm!"
Kusapa pria yang baru saja selangkah memasuki pintu mengalahkan sapaan security yang tiap hari paling pagi sudah berada dipintu depan menyapa karyawan.
"Kumsalam!!"
"Kak, jawaban salam itu harus lengkap sebab artinya--"
"Berisik!!"
"Tapi, kak--"
"Berulang kali saya katakan, disini jangan memanggil saya kakak!"
"Eh iya, maaf, lupa," aku nyengir sambil menutup mulut dengan telapak tangan seraya terus mensejajarkan langkah cepat pria disebelahku yang nampak tergesa.
Sama sekali aku tak merasa terganggu dan sungkan dengan penolakan keras dari pria yang sedari pintu masuk sudah terlihat cuek padaku meski aku dengan sengaja cari-cari perhatian.
"Nanti makan siang kita ketemu dikantin atau saya anterin ke--"
Pria itu melengos dan segera memasuki lift lalu sebelum aku berhasil menerobos, pintu lift tertutup dengan meninggalkan raut wajah dia yang terlihat puas karna berhasil menghindar dariku. Huhhh.
"Gak capek apa, tiap hari ngejar-ngejar dia kayak gitu, kayak ngejar langit?"
Tanpa menoleh, aku sudah tahu suara protes dari siapa yang sudah menyapaku.
"Memang dia Langit, Lo juga gak capek apa komentarin gue tiap hari?" Sahutku judes.
"Maksud gue kan ba--"
"Cukup!" Aku mengangkat tangan menahan kata-kata lanjutan yang akan meluncur dari sang komentator hidupku setiap hari itu.
"Lo gak akan ngerti perasaan gue, lo gak tau rasanya cinta sejati, lo gagal dalam percintaan, ditinggal laki lo jangan ngajak-ngajak gue gagal!" Semburku tak berperasaan. Rupanya tak bisa kesal dengan sidia, aku punya tempat untuk melampiaskan.
"Beb, lo gimana sih, justru harusnya lo belajar dong dari kisah gue, gak enak tau mencintai, lebih baik dicintai!" Tukasnya mulai lagi bahas-bahas mencintai dan dicintai setelah membahas mengejar-ngejar langit sambil menyebut nama panggilan kami 'Beb' alias Bebeb.
"Tapi sekarangkan gue sedang berikhtiar mengejar untuk membuat dia cinta sama seperti gue cinta sama dia, Beb!" Balasku tak peduli apa yang dikatakannya ada benarnya.
"Ikhtiar sih ikhtiar tapi lo juga harus tawakal, gak boleh maksa, cowok semakin dikejar, semakin dia lari!"
"Tapi gue gak bisa ngalihin dunia gue dari dia!"
"Cuman urusan dunia, mending lo kejar akhirat, pasti dunia dalam genggaman lo!"
Mulai deh ceramah. Sejak dia ditinggal suaminya (siapa suruh nikah muda!) dia jadi rajin ke pengajian, dia pernah bilang menenangkan kalau dapat siraman rohani dari ustadzah Aisyah. Tapi apa hubungannya denganku? Aku juga berhak berikhtiar mendapatkan si Langit yang setinggi langit itu bukan? Aku pasti bisa meruntuhkannya.
Aku Langit Indrata.
Gagah sekali bukan namanya? Aku punya nama kesayangan untuknya, ALI. Itu singkatan dari namanya."Kak ALI!"
"ALI?"
"Aku Langit Indrata!"
"Gue Langit, manager operasional dikantor ini, anak magang jangan lancang ubah-ubah nama orang menjadi nama asing yang gak dikenal disini!"
Setelah berkata dengan nada judes, dia pasti kabur dari hadapanku yang masih menatapnya dengan tatapan kagum luar biasa hingga ucap kasarnya selalu tidak pernah masuk kuping kiri keluar kuping kanan namun mental, alias gak masuk-masuk.
Mungkin bagi orang lain aku memalukan. Namun bagiku ini adalah Ikhtiar. Dan aku selalu meyakini bahwa setiap usaha pasti akan ada hasil. Tawakal, apa itu tawakal?
Aku begitu menginginkan pria itu. Dia teman sekolah Daniel kakakku. Aku kelas 6 SD saat melihatnya dirumah sedang berkumpul bersama Daniel dan teman-temannya yang lain.
Daniel tidak tahu kalau sejak itu aku jatuh cinta pada temannya. Aku mencari tahu tentangnya pun bukan pada Daniel. Namun hingga saat aku kuliah dan berhasil magang ditempat dimana Ali bekerja dia tidak tahu kalau aku adalah adik Daniel teman sekolahnya saat SMA. Aku memang tidak mau dia tahu dan menjadi baik hati karna aku adik Daniel. Danielpun tidak tahu kalau keberanianku jauh-jauh belajar dan meninggalkan rumah karna aku mengejar temannya itu. Apalagi kini Daniel jauh dinegeri orang, jadi aku bebas bergerak demi mengejar cinta duniaku. Tak peduli hidupku jadi berantakan dibuatnya. Seringkali tak fokus dengan pekerjaan yang ditugaskan kepada anak magang seperti aku karna sibuk mengejar-ngejar dia.
Baiklah, ikhtiarku akan selalu untuknya. Cinta pada pandangan pertamaku sekaligus cinta pertamaku. Meskipun seperti mengejar langit, aku akan terus berikhtiar mengejar cintanya.
Aku Langit Indrata.------------
Banjarmasin, 12 Maret 2024
01 Ramadhan 1445H
00.40 WitaHalo hai semua, Alhamdulilah ketemu lagi dibulan Ramadhan kali ini. Selamat menunaikan ibadah puasa ya, sehat-sehat semua 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhtiar Mengejar Langit
FanfictionBukan hanya tentang mengejar-ngejar cinta dunia. Cerita ini berisi tentang (QS. Asy-Syura : 20) Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu Ramadhan 1445H Ikhtiar Mengejar Langit Ketika Mengejar Akhirat, Duniapun dalam genggaman