Ikhtiar03

854 156 13
                                    

Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

-------

Dia menyeret kakinya tergesa-gesa.

"Haduhh, telattt!"

Bias surya menyapa lensa seolah menembus kelopaknya yang masih tertutup dan kemudian terlonjak bangun. Mimpi apa dia semalam sampai tidur keenakan dan tak terusik dengan alarm yang selalu ia pasang di pukul 05.15?

Bukan mimpi. Tapi pesta semalam membuat akhirnya ia tak dapat tidur hingga pukul 3 dini hari.

"Astaga, kakak, baju kita couplelan deh lihat!"

Dia berputar didepan pria itu, menunjukkan dress berwarna Lilac yang matching sekali dengan kaos oblong polos yang dibalut kemeja dengan kancing terbuka yang dikenakannya.

Aku Langit Indrata, Ali, sebenarnya terlihat menunduk memindai pakaian yang dikenakannya. 

"Ck, jangan berlebihan!"

Namun, akhirnya Langit melengos lalu siap menjauh membuat Prilla Lily Yahesa, Prilly, tergesa mengikuti langkahnya.

"Itu namanya jodoh, gak ada yang kebetulan, daun jatuh aja atas ijin Allah, kak!" Cerocosnya sambil terus berusaha mensejajarkan langkah dengan pria itu.

"Mending lu diem deh, gak usah capek-capek nyari perhatian!"

Suaranya yang memang lebih keras atau memang mereka sudah menarik perhatian orang-orang yang hadir dipesta itu saat melangkah bersama, tepatnya Prilly yang nampak berusaha sejajar hingga terlihat setengah berlari.

Pesta yang dibuat untuk memperingati hari jadi perusahaan dan memberikan penghargaan kepada karyawan dan karyawati teladan, bahkan mengumumkan dengan bangga secara resmi beberapa karyawan yang naik jabatan seperti Ali, dari Supervisor menjadi Manager.

"Tapi -- tapi-- !"

Prilly nampak jengah kini karna suasana yang tadinya sedikit riuh menjadi lengang sebab mereka yang ada ditempat itu sedang menoleh pada mereka. 

"Hati gue sudah sold out!"

Kecewa, Pasti. Sedih, iya. Malu, sedikit. Apalagi ketika seorang perempuan dipaksa MOVE ON dengan cara yang menyakitkan seperti itu. Ditolak mentah-mentah didepan umum.  MENGEJAR-ngejar bagai ingin meraih LANGIT yang sulit dijangkau.

"Tolong jangan ganggu lagi!"

Bagi Ali sendiri ia sudah tak tahan dengan sikap Prilly yang semakin hari semakin berlebihan saja. Ia sudah berusaha menolak dengan cara halus, judes dan pada akhirnya kasar itu sudah melalui proses yang teramat panjang. Kalau ia tidak menghargai perempuan, sejak dulu ia sudah kasar padanya. Hanya saja selama ini ia masih sadar kalau dirinya pun terlahir dari seorang perempuan.

"Lo sudah ditolak, jangan malu-maluin jadi cewek!"

Seseorang menarik Ali dan memeluk lengannya. Ali tidak menolak saat diseret menjauh tanpa menoleh lagi.

Tinggallah Prilly terpaku ditempatnya. Semua menatapnya dengan pandangan beragam. Mungkin ada yang kasian, barangkali juga ada yang sinis. Sebab setelahnya berisik memekakkan telinganya, diantara sesak yang melanda.

Seseorang merangkulnya kemudian menyeretnya menjauh kemudian berhenti disudut ruangan hingga mereka agak terasing. 

"Masih belum capek, beb?"

Ia tidak menunduk, namun tatapnya kosong kedepan tanpa bisa memandang karibnya.

"Gue bisa ngerasain apa yang lo rasain beb, gue juga pernah bucin, tapi setelah gue maksain diri buat move on, gue sekarang ngerasa gue bego banget kenapa sampe sebucin itu dulu!"

Nunu mengusap lagi bahu Prilly.

"Lo gak bisa lihat kuping lo kalau gak lihat dicermin bukan, Pril? Anggap gue cermin, gue kasih lihat apa yang gak bisa lo lihat!"

Prilly menghela nafasnya. Ia kehabisan kata. Selera berpestanya jadi hilang. Didepan banyak orang ia ditolak. Bukan dipermalukan, toh selama ini ia mengejar Langit tanpa tau malu. Ia diseret perempuan lain didepan matanya bahkan perempuan itu sempat-sempatnya merendahkan dirinya dan Ali hanya diam.

"Baiklah, mulai sekarang, gak akan diriku yang bagaikan bunga Lily ini, layu gak berkembang. Gue gak akan lagi membuang energi gue untuk yang gak pernah ngehargain IKHTIAR gue! Gue harus fokus ngejar impian gue selain dia, gue harus deket-deket Allah biar tenang gak ada lagi Langit yang setinggi langit itu!!" Tekad gadis itu kuat.

Meski begitu ia tetap tak dapat tidur memikirkan perasaannya yang tertinggal setelah 9 tahun berlalu. Melewati sekolah menengah pertama 3 tahun, melalui putih abu 3 tahun, kuliah ditahun ke3 lalu bisa magang ditempat kerjanya. Benar-benar waktu yang tidak singkat.

Ia tidak bodoh, ia hanya ingin memilih.

"Aku baik, aku cantik, aku kaya,  aku dari keluarga baik-baik, aku punya nilai, seharusnya gadis bervalue seperti aku dikejar-kejar, bukan mengejar-ngejar!"

----------

Banjarmasin, 14 Maret 2024
03 Ramadhan 1445H

Ikhtiar Mengejar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang