Ikhtiar06

766 150 20
                                    

ILY Mahatei.
Entah kenapa terbersit nama kecil itu yang Prilly perkenalkan. Tidak ada maksud apa-apa, justru sepertinya ia menggunakan nama itu karna terdengar samar dari nama KTP-nya, Prilla Lily Yahesa. Lagipula ia memang ingin berada divibes 9 tahun yang lalu. Sebagai anak SD yang menyukai seorang pria teman kakaknya yang duduk dibangku SMA. Mengingat masa-masa dimana melihat dia dari jauh saja menggenjreng gitar ia sudah berbunga-bunga.

"Kita bikin romantis 🎶 yang paling romantis 🎶."

Jujur saja saat ditatap SAKA ia membayangkan 'Abang Aku' yang menatapnya. Bagaimana sih rasanya romantisan dengan orang yang benar-benar kita sayang? Pasti sangat dalam cara natapnya. Dulu ia pernah merasakan tatap itu saat berinteraksi dengannya. Saat 'Abang Aku' menyanyikan lagu Back At One seolah sedang bernyanyi untuknya.

Prilly menggeleng mengingat ia sebetulnya belum bisa move on. Ditolak bukannya benci, malah rasanya semakin menjadi.

"Abang Aku," lirihnya dengan senyum pahit teringat Langitnya makin tinggi bagaimana ia mengetuk pintunya?

Kembali ketempat dimana Nunu dan mantan suaminya berada, Prilly melihat mereka nampak tegang. Sebenarnya dia agak sungkan mendekat tapi mau bagaimana lagi?

"Hepi banget-kan lu," todong Nunu padahal ia sudah berusaha untuk menahan diri tidak terlihat demikian.

Pada dasarnya ia hepi bisa bermain gitar lagi dan bernyanyi. Hitung-hitung healingnya untuk menjaga kewarasan daripada kepikiran yang tidak ingin dipikirkan meski justru tadi itu sangat dejavu. Back At One, sungguh mengingatkannya pada Langit yang dekat dimata tapi jauh dihati.

"Biasa ajaaa," sahutnya akhirnya. Terlebih, apa yang dibawakannya tadi jauh sekali vibesnya dari mood yang saat ini sedang melandanya, bahkan Nunu dan suaminya Iman.

"Aku balik duluan!" Mantan suami Nunu berdiri dan akan beranjak dari meja dimana mereka berada.

"Ok!" Sahut Nunu dingin, namun begitu Iman pergi ia menatap punggungnya hingga menghilang.

"Sori tadi gue tinggal biar lo enak ngobrolnya." Ujar Prilly mengalihkan suasana.

"Iya, ngerti kok, sori dia tadi buat lo sungkan," sahut Nunu tak enak.

"Gak papa, lo aja yang kerajinan ajak gue," tukas Prilly, tujuannya biar Nunu merasa nyaman bukannya gak enak cuma gara-gara sikap mantannya itu.

"Guekan juga pingin lo healing,  keluar dari kamar, keluar dari rumah, lihat dunia luar, biar dunia lo bukan hanya seputar rumah dan kantor dan seputar dia-dia doang!" Jelas Nunu mengungkapkan apa yang ada dipikirannya tentang bagaimana ia ingin Prilly terhibur.

"Iyaa, iyaa, gue gak akan gila kok, kewarasan gue tetap terjaga, beb," tegas Prilly meyakinkan Nunu kalau dia sebenarnya baik-baik saja. Tidak ada yang harus dikhawatirkan.

"Terima Kasih kan lo sama gue, malam ini 'kita bikin romantis', uhuy!!" Goda Nunu menurun naikkan alisnya.

"Apaan, biasa ajaa!"

"Saka cakep ihh, fansnya banyak loh, rata-rata pengunjung cewek pada nongkrong disini cuman buat lihat dia loh,"

"Jadi lo nyuruh gue bersaing dengan banyak penggemarnya gitu? Ogahh!"

"Iih kok ogah? Dia kelihatan tertarik sama lo, beb, penggemar akan kalah sama yang disukainya, percaya deh," paksa Nunu.

"Dih, lo maksa banget sih gue harus move on cepet-cepet, santai aja kali, beb, lo aja belum tentu move on cepet dari si Sadis!" Ucap Prilly agak tak senang dengan cara Nunu memaksanya untuk move on dan bahagia. Padahal dia sendiri gak bisa move on dan sedang tidak bahagia.

Ikhtiar Mengejar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang