Ikhtiar24

690 149 12
                                    

"Benar juga ya, kapan aku ngenalin kamu sebagai i love younya aku ke mami papi, terutama gak backstreet dari bang Daniel!"

Pulang dari rumah mama Langit  bukan hanya menyenangkan karna disambut baik, namun juga ada yang membuat Prilla kepikiran. Mau dibawa kemana hubungan mereka jika hanya mereka berdua yang tahu dan tanpa ada rencana untuk mengungkapkannya kepada keluarganya.

'Kamu dikenalin sama keluarganya itu sudah merupakan langkah maju dari dia lho, Ii!' Bisik batinnya.

'Tapi kalau dia belum berani untuk terbuka dan mengakui, artinya apa?' Tanya sisi hati Prilla yang lain.

Katanya pada mamanya sudah merasa layak tapi kenapa belum berani menemui keluarganya?
Sebelum ini ia mengejar bukan tanpa alasan dan tanpa latar belakang namun Allah sepertinya mengembalikan dirinya kepada kodrat perempuan secara sosial. Kodrat menunggu, kodrat dikejar bukan mengejar. Apakah ia hanya harus menanti? Bukankah kalau kita berkaca dari kisah nabi Adam dan Siti Hawa mereka itu saling mencari bukan saling menanti?

"Kamu mau segera, dengan segala resikonya?" Ali balik bertanya dibalik kemudinya.

"Memangnya kamu gak mau ambil resiko?" Prilly juga balik bertanya.

"Maksud aku tuh hal kayak gini gak bisa hanya melalui telpon atau video call bahkan surat sekalipun, kita harus bersabar sampai Daniel pulang dan mami papi kamu siap menerima kita," jelas Ali lagi.

Benar juga sih. Lagi pula Ali juga saat ini masih disibukkan dengan tugas sebagai manager yang baru diangkat. Dan jabatan supervisor yang ditinggalkannya pun akan berpindah keorang lain dan ia harus mengestapet tugasnya pada  penggantinya.

"Gak usah dipikirkan, kamu fokus saja kerja, aku bisa menunggu sampai kita sudah siap." Ujar Prilla akhirnya.

Ali yang fokus ke jalan namun sesekali menoleh padanya mengusap kepala Prilly dengan sebelah tangannya.

"Terima Kasih mengerti," ucapnya dijawab anggukan dan senyum menenangkan.

Roda mobil melaju menggilas aspal, membawa harapan dijalan yang mulus meski ada kerikil.

"Terima kasih juga sudah nemenin aku ke mama hari ini, terima kasih udah buat mama seneng, nanti kalau sudah pada saatnya aku juga bakal nyenengin mami kamu!"

-----

------🎶🎶🎶-----

Prilla melihat layar gawai yang ia letakkan disisi diatas nakas sebelum ia masuk kekamar mandi.

Mamiku sayang

"Mami!"

Prilly segera menerima panggilan itu. Dengan handuk yang masih melilit tubuh dan kepalanya. Antusias karna tetiba kangen banget sama maminya setelah ketemu calon mama mertua. 🤭

"Assalamualaikum, mamiku sayang!" Salamnya sangat manja khas putri kecil maminya.
Maminya sampai menggeleng tanpa terlihat putrinya yang manja tapi maksa mandiri.

"Waalaikumussalam, sayang mami!"

"Baru ii pikirkan mami langsung menelpon," ungkapnya surprise.

"Kenapa, kangen? Sama dong!" Terdengar tawa maminya diujung kalimatnya.

"Mami dirumah-kan? Kayaknya ii mau pulang deh mam besok minggu!"

"Kenapa gak pulang tadi sih kan bisa nginep juga, lumayan dua hari, nanti kerja hari senin dari sini aja!"

"Tadi diajak teman kerumah orangtuanya, mami!"

"Teman?"

"Heee...." Prila menggaruk kepalanya yang masih handukan.

"Akhirnya sudah punya pacar ya? Siapa? Saka penyanyi cafe sekaligus penyiar tv itu?"

Prilla mengeryit mendengar tanya maminya. Kok maminya tau sama Saka? Padahal ia tak pernah menceritakan tentang pria itu meskipun Saka memberikan sinyal tertarik dan ingin dekat dengan dirinya.

"Kok Saka? Mami tahu dari mana tentang Saka?"

"Syukurlah kalau sudah move on!"

Tak menjawab tanyanya malah mami bersyukur.
Hah. Apa lagi ini? Batin Prilla berbisik. Mami malah menduganya dengan Saka padahal ia tak pernah cerita apa-apa ke mami soal perasaannya pada siapapun.

"Maksudnya gimana nih, mam? Perasaan ii gak pernah cerita apa-apa tentang siapa-siapa deh." Protesnya.

"Kemarin mami ketemu Nunu!" Jelas mami membuat mulut membentuk huruf O.

'Oh Nunuuu!'

"Nunu ada masalah apa sih i, kok kurusan banget sekarang, wajahnya pucat kayak lesu gitu, mami kira dia sedang ngidam, tapi mami gak berani nanyain, cuma nanyain ii aja?"

"Nunu kan udah gak kerja mam, jadi ii udah gak tau tentang dia, dimana mami ketemu? Jauh amat dia bisa nyampe kesana ya!" Jelas Prilla lagi.

"Katanya dia sudah pindah kedaerah Prona. Ikut suami yang pindah kerja juga."

"Ooh." Sekali lagi Prilla ber oh ria.

Ternyata Nunu pindah ke Spelatan di daerah dekat kediaman maminya, dimana antara kediaman mami dan kediamannya saat ini berjarak 2jam.

"Nunu sempat ceritain keadaan ii dikantor, ii naksir manager ya tapi ditolak, dan Nunu bantu dekatin ii sama si SAKA biar ii cepat move on, ayo burulah pulang mami mau dengar cerita ii, bawain juga si dia ya, kenalin sama mami!"

Si Nunu benar-benar bikin Prilla geleng-geleng kepala. Sudah tidak ada lagi dikantor, masih sok tahu bagaimana keadaannya. Lalu cepu pula cerita sama maminya padahal ia tak pernah menceritakan. Maminya bukan tidak perhatian, ia cukup dekat dengan mami namun memang untuk urusan perasaan ia tidak pernah cerita secara gamblang. Ia pernah bilang suka seseorang tapi mami tidak tahu siapa dan bagaimana selanjutnya. Ia tidak pernah cerita secara langsung tentang Langit, Danielpun setiap kali menegurnya didepan mami, mami tidak pernah menginterogasinya. Berkomunikasi dengan Mami  lebih banyak bercerita tentang bagaimana situasi kampus, situasi kerja dan situasi pergaulannya. Mami sempat kenal dengan Nunu saat mami mengunjunginya dan Nunu numpang tinggal dengannya.

Nunu. Apa kabar anak itu? Sudah pindah tempat, kata mami kurusan, semoga dia lebih baik dan masalah suaminya sudah selesai meskipun sebenarnya harusnya tidak semudah itu.

"Dapat salam dari Nunu, katanya ii sekarang gak pernah balas wa-nya!"

Teringat terakhir Nunu mengirimkan pesan melalui wa.

Gue minta maaf ya Pril kalau kata-kata gue nyinggung lo

Namun memang tidak sempat ia jawab sebab saat Nunu chatt dia sedang sibuk, setelah itu chattnya tenggelam.

Beberapa waktu Nunu chatt bertanya, bisakah ia menelponnya. Prilly juga tidak menjawab, sedang bekerja tidak sempat menjawab. Atau memang sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. Kemudian Nunu mengirim pesan lagi.

Lo gak mau lagi temenan sama gue? Gue cuma mau cerita, sepertinya gue salah memilih menemaninya disaat susah kayak gini, sebab feeling gue dia masih sama si Ovi, dia bilang sih bertemu cuma membicarakan soal gugatan suaminya Ovi tapi gue curiga dia masih berhubungan.

Lalu Prilly pikir apa yang harus dia jawab kalau sudah begitu? Sebagai yang belum berumah tangga dan sudah pernah memberikan masukan tapi diindahkan malah balik menyerangnya perihal personal yang tidak harus Nunu katakan, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Pesannya memang ia baca saja tapi tidak ia jawab. Mungkin ia salah kenapa tidak menjawab apapun meski sekedar kalimat 'aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, Nu.' Sebab ia sendiripun sedang disibukkan dengan kasak-kusuk dikantor yang belum clear dan harus ia hadapi sampai dengan saat ini.

"Besok mami tunggu ya sayang, diajak juga dong 'temen'nya?"

--------
Banjarmasin, 04 April 2024
24 Ramadhan 1445H
18.53 wita

Selamat berbuka puasa 🙏

Ikhtiar Mengejar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang