Ikhtiar07

801 154 33
                                    

Dia keluarga Mahatei? Mungkinkah dia--? Ali menggeleng. Bisa saja hanya nama keluarga sama tapi bukan orang yang sama. Orang yang dia maksud jauh berbeda dengan yang ia lihat saat ini. Ia menatapnya tak berkedip mencari kemiripan dari wajahnya yang tidak bisa ia temukan. Mungkinkah jauh berubah karna saat ini terawat, rambutnya pun lurus sebahu tidak panjang dan ombak dan pipinya tak lagi chubby.

"Lang, kamu belum jawab pertanyaan aku." Reni mengusik lamunnya pada bayang 'adik AKU'.

Pertanyaan apa? Oh tentang siapa pemilik hati ini. Ali membatin.

"Pemilik hatiku tentunya Allah," sahut Ali setelah beberapa detik terdiam.

Ya, hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati. Memangnya siapa lagi pemilik hati selain DIA? Kalaupun ada hati mahluk selainNya yang membuat dirinya tertawan itu hanya karena Allah yang menggerakkan hatinya.

"Jangan berdiplomasi." Tukas Reni tak puas.

"Bukannya benar, semua mahluk adalah ciptaan Allah dan Dia-lah yang Maha segalanya?" Jawab Ali lagi dengan nada pertanyaan.

"Kalau begitu Allah menitipkan hatimu pada siapa?" Tanya Reni tak sabar ingin Langit mengatakan seperti yang ia harapkan.

"Tidak ada yang tahu, hanya DIA!"

Penolakan secara halus. Kalau pintar sih harusnya tidak memaksakan untuk tahu lebih jauh pada yang  nampaknya tertutup. Raganya di depan Reni namun hatinya ditempat lain. Seorang pria memang bukan type terbuka dan langsung curhat apalagi kepada perempuan, dengan sesama lelaki saja tidak ada curhat diantara mereka.

Sekilas ia melihat kearah gadis yang ia ketahui bernama Prilla Lily Yahesa yang tadi mengaku ILY Mahatei menghampiri Nunu. Ia tentu juga mengenal Nunu, dia adalah staf dikantornya yang bergabung diperusahaan itu setahun yang lalu. Nunu juga pembimbing Prilla yang masuk sebagai anak magang dua bulan yang lalu. Meski baru dua bulan mereka nampak akrab dan kemana-mana nyaris selalu bersama.

"Lang, aku ingin tahu perasaanmu!" Usik Reni tak puas dengan jawabannya yang tidak jelas dengan membawa-bawa nama Allah.

Mimpi apa sampai harus menolak perempuan untuk kesekian kalinya? Hati Ali memang belum terbuka untuk siapapun yang ia temui saat ini. Mungkin buah dari betapa ia merasa bukan lelaki yang bisa dipercaya dan bisa diharapkan bahkan oleh karibnya sendiri.

Teringat Daniel Pratama Mahatei, ia jadi teringat kembali pada sosok kecil berisi yang selalu menyambutnya dengan ramai.

"Abang Aku, Abang Aku, nanti ii buat lagu untuk abang Aku, nanti dengerin ya--"

"Emang kenapa ii mau buat lagu untuk 'abang Aku'?"

"Abang Aku kan 'i love you'-nya ii!" Selorohnya polos membuat Ali menggigit bibir bawahnya sendiri merasa gemas.

"Idihh, anak kecil, sana-sana!!" Usir Daniel kala itu. Lagi-lagi ia baru keluar dan menghampiri karna baru selesai mandi.

"Canda anak kecil kenapa serius banget sih lu, kasian tauu!" Protes Ali saat melihat gadis kecil itu lari masuk kedalam rumah dengan wajah merah padam.

Ada pahit yang ia telan tapi bukan obat. Senyumnya pun samar mengingat betapa lucunya gadis itu. Gadis itu pula yang menyebabkan ia bertekad tidak akan membuka hati sebelum ia yakin bahwa ia siap tidak menyakiti.

"Lang!"

Lagi ia terjengit karna bukan punggung tangan yang disentuh namun telapak tangannya sudah mulai digenggam.

Melirik keatas panggung membuang resah lantaran ia merasa tak harus membuat perempuan kecewa dengan ucapannya, ia melerai genggaman tangan dingin itu lalu berdiri.

"Kenapa?"

"Sebentar!"

Dan begitulah kenapa Ali berada diatas stage menghampiri Saka. Menghindari Reni dan menjawab tanyanya dengan berkata sebelum memulai memetik gitar yang sudah dipangkuannya.

"Untuk seseorang yang lama tidak ada kabar, yang diam-diam memiliki hatiku, apakah dia sudah bertumbuh lebih baik daripada ada AKU? Yang AKU yakini jika sudah tertulis, pasti Tuhan pertemukan kembali.... Lewat Semesta!"

Syair menyentuh hati, ia membawakannyapun dengan sepenuh hati. Meski ia tak langsung menoleh dan memandang kearah dimana Prilly berada, Ali melihat Saka menghampiri gadis itu, memberikan ponselnya apalagi kalau bukan bertukar nomor telpon bahkan duduk didekatnya.
Rupanya Saka begitu terkesan pada gadis itu. Ada nyeri tapi bukan di lambung. Kalau di lambung tentu ada masalah dengan lambungnya. Ini rasanya didada, jantungnya.

'Apaan sih Lang, lu aja nolak dia caper sama lu, sedikitpun lu gak mandang dia, bahkan sebelah matapun gak!' Kutuk batinnya.

Jangankan memandang, bila ada sekelebat bayangan dia saja, Ali bersiap kabur. Ia jengah dengan perlakuannya yang diluar nalar. Mengejarnya dengan berbagai pertanyaan.

"Selamat pagi, emh pak Ali, ini saya buat bekal dari rumah dua buah, satu untuk saya, satu untuk bapak, kalau belum sarapan dimakan aja dulu pak pagi ini, nanti siang saya antarkan lagi makanan kesukaan bapak, ayam gorengkan, pak atau seafood?"

Dari panggilannya yang berbeda dengan orang lain saja sudah membuat Langit risih. Ali? Padahal namanya tidak ada Ali-Ali-nya sama sekali, tapi bisa-bisanya ia bilang singkatan dari A.ku L.angit I.ndrata. Agak lain memang. Lagipula bisa-bisanya dia tahu kesukaannya ayam goreng atau seefood?

"🎶 Wahai insan yang di sana
Mungkin saja ini kau dengar
Melewati semesta ini
Aku sampaikan

Begitu ingin berbagi batin
Mendengarkan hasrat di jiwa
Oh, Tuhan, pertemukan aku
Sebelum hatinya beku--🎶"

"Enak bener suara anda bang, main gitarnya juga mahir, buat saya terpukau jadi mau belajar," Saka menghampirinya yang telah menyelesaikan "Lewat Semesta" yang dipopulerkan kembali oleh Yogie Nandes terutama diplatform joged-joged.

"Terima Kasih, sudah lama gak main juga kok!"

"Nanti balik lagi nongkrong sini bang, main lagi, terima kasih!" Ucap Saka sebelum Ali berbalik meninggalkan stage.

Sementara langkah Ali nampak berat mendekati meja dimana Reni berada. Apalagi sekilas ia sudah tak lagi melihat Prilly ditempat dimana ia ditinggalkan Saka menghampirinya.

"Kita bisa pulang sekarang?" Dudukpun belum, ia sudah mengajak Reni meninggalkan cafe. Rasanya hatinya sudah tidak bisa lagi dipaksakan untuk berada ditempat yang bukan inginnya.

"Kok cepet?"

"Kalau kamu masih pingin disini, gak papa aku balik duluan?"

"Lang?"

"Apakah kamu belum cukup mengerti jawaban aku atas pertanyaanmu?"

---------
Banjarmasin, 18 Maret 2024
07 Ramadhan 1445H
04.32 wita

Hai!
Terima Kasih sudah membaca ya! Senang banget masih ada kalian yang membaca dan menunggu lanjutannya. In Sya Allah, jumpa lagi besok...

Ikhtiar Mengejar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang