Ikhtiar15

749 153 31
                                    

"Project berikutnya dipegang kamu, nanti kamu dibantu anak magang baru, namanya Arini!"

Sejak ada Arini, Langit nampak sibuk dengannya. Sebentar-sebentar Langit memanggil anak itu, dan terlihat membantunya menyelesaikan tugas.

Prilla merasa bego sendiri karna bisa-bisanya beberapa waktu ini ia merasa Langit balik mencari perhatiannya. Berkali-kali menekankan kalau pembimbingnya adalah dia sepeninggal Nunu. Ia kira, Langit sedang sibuk balik mengejar-ngejarnya. Ternyata setelah ada yang baru, Ali juga bersikap sama, membantu, membimbing, memanggil keruangannya. Seketika Prilla merasa hampa. Memangnya tugas Manager menspecialkan yang baru? Kenapa tugas pembimbing tidak diserahkan kepada staf saja, kepada Reni yang sedang berjuang mencari muka demi promosi jabatan atau kenapa tidak dipercayakan kepadanya karna ia berpengalaman sudah pernah dibimbing Nunu bahkan menjadi tempat bertanya Radit karyawan yang lebih senior dari pada dirinya? Katanya dibantu Arini, bukan membantunya malah Langit membantu anak magang baru itu.

Kepalanya disibukkan oleh Langit yang sibuk 'mengurusi orang lain' eh 'pekerjaannya' sepanjang jalan diatas motor ojek online. Apakah ia cemburu? Sulit sekali menepis perasaan diabaikan itu karna terbiasa hanya dia yang dipanggil, dibimbing dan diarahkan saat belum ada anak magang baru.

Tadi sesaat sebelum ia memutuskan keluar kantor tanpa pemberitahuan karna waktu istirahat tiba, ia sempat memandang dari jauh ruangan Langit dimana terlihat didalamnya  ia sedang berbicara kepada Arini. Ia tak sempat mengalihkan pandangan saat Langit mengangkat wajah dan menoleh padanya. Namun segera ia memalingkan wajah lalu pura-pura fokus ke laptop  kemudian menutupnya. Dan kemudian dari sudut matanya Langit mengubah arah pandangnya kembali pada Arini tanpa ia bisa membaca apa yang ada dalam pikirannya. 

"Terima Kasih, pak!"

Turun dari motor didepan sebuah bank swasta paling efisien di tanah air, ia mengucapkan terima kasih lalu segera berlari kecil memasuki pintu masuk dan disambut security yang menanyakan maksud dan tujuannya datang kesana. Kemudian security itu melayaninya dengan baik, membawanya kedepan sebuah mesin yang akan mengaktifkan kembali internet bankingnya yang terblokir. Ia terpaksa kesana karna tidak bisa dilakukan secara online, gagal melulu saat di bagian meregistrasi photo diri.

------🎶🎶🎶-----

Abang AKU calling

Prilla mengeryit, kenapa ia menelpon? Prilly ingin mengabaikannya. Sebentar lagi juga ia kembali kekantor. Ia menggunakan waktu istirahat bukan memakai jam kerja. Ia bisa makan bekal sambil ada yang dikerjakan. Ia tidak sholat karna ia sedang haid, jadi tentu saja waktunya bisa cukup bila ia keluar sebentar.

------🎶🎶🎶------
Abang AKU calling

Gawainya berdendang kembali, memanggil-manggil seolah tak sabar minta diterima panggilannya.

Prilly tetap bergeming.
'Sibuk saja sana dengan yang baru!' Makinya dalam hati.

Dan ia merasa betapa naifnya dirinya. Setiap hari Ikhtiar Ali mendekatinya hanya ia abaikan. Ia berusaha biasa-biasa saja meski hatinya jedug-jedug. Sesungguhnya ia bagai es batu. Keras tapi mudah meleleh.

------🎶🎶🎶------
Abang AKU calling

Lagi-lagi dia memanggil. Bahkan nama yang ia save dikontaknya rasanya ingin Prilly ganti. Ia merasa kesal.

'Tidak bisa lihat yang baru langsung caper, dasar red flag. Bad boy!' Rutuknya dihati seraya membayangkan saat ia melihat Ali sedang bersama Arini.

Prilly teringat pada ucapan Daniel,  "Ngapain kamu caper sama dia, dia sama siapa juga PHP, lagi juga kamu masih kecil, gak usah mikirin kayak gituan, belajar yang bener, banyakin karya, naikin value kamu, pasti semua cowok yang baik ngejar kamu!"

--------🎶🎶🎶-------
Abang AKU calling

Ck. Mau ngapain sih? Paling juga nitip si Arini Arini itu! Batinnya marah. Eh tapi kalau penting bagaimana? Satu kali lagi panggilan ke 5 lho! Bisik hatinya lagi. Tidak sampai ke 5, ia sudah menerima panggilannya.

"Kamu dimana?"

Belum juga Halo Assalamualaikum, suara disebrang sana sudah menyambar kupingnya.

"Saya tadi ijin istirahat diluar, pak, sebab saya mau ke bank, sudah berapa minggu belum sempat betulin m-banking saya." Sahut Prilly datar.

"Ijin sama siapa? Kenapa gak bilang sama saya?" Cecarnya disebrang sana.

Tidak ijin sama siapa-siapa sih, cuma ia bilang sama Radit sebelum pergi.

"Bapakkan tadi sibuk sama orang lain, lagi pula saya kan ambil waktu istirahat, pak, bukan jam kerja."

"Tadi dianter sama siapa?" Langit tidak menanggapi sindiran Prilly tentamg sibuk dengan yang lain.

"Sa--."

"SAKA?"

Langit memotong ucap Prilla mendengar awal kata yang akan diucapkannya.

"Sama ojek online!" Sambung Prilla meski dipotong.

"Ojek? 'Bike'? Sepanas ini? Kenapa gak 'car'?" Cecar Langit terdengar mengkhawatirkan. Prilla mengeryit heran mendengar pertanyaan-pertanyaannya yang terdengar receh.

"Biar cepet sampai dong, pak, irit waktu juga." Jawabnya seadanya. Lagi pula benar kan, naik motor itu cepet sampai dan irit waktu.

"Tunggu disana, saya jemput!"

"E--ee, pak, gak per---"

Tutttttt.
Sambungan telpon terputus. Prilly memandang layarnya. Ngapain dijemput segala?

-------------
Banjarmasin, 26 Maret 2024
15 Ramadhan 1445H
18.15 wita

Selamat menanti berbuka puasa 🌷

Ikhtiar Mengejar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang