Ikhtiar09

783 167 40
                                    

"Mbak sori, aku gak bawa uang cash, m-banking aku keblokir, bentaran boleh gak aku ke atm, aku gak ngutang kok?"

"Sudah dibayar!"

"Hah? Siapa yang bayar?"

"Itu!"

Prilly menoleh cepat, dan ia hanya melihat punggung seseorang yang menjauh.

"Kok bengong?" Nunu mendekat dan bertanya.

"Bentar!"

Prilly berjalan cepat meninggalkan Nunu yang ikut mengejar langkahnya.

Hari ini terpaksa ia pergi kekantin karna tidak sempat membuat sarapan sedangkan ia tidak ikut berlangganan cateringan seperti beberapa karyawan yang lain. Nunu pun hanya menemani sambil membawa jatah cateringnya.

"Pak, kenapa saya dibayarin? Sebentar uangnya saya ambilkan diatm, saya boleh ijin keluar gak?"

"Gak!"

"Kenapa, pak?"

"Ya karna gak saya ijinin keluar."

"Tapi nanti tetap akan saya bayar kalau sudah ada uangnya."

"Gak usah."

"Gak mau!"

"Ck. Kepala batu."

Ali berbalik melangkah cepat meninggalkan Prilly. 

"Memangnya kenapa bapak harus bayarin saya?"

"Kenapa juga harus ada alasan? Kamu kasih bekal tanpa diminta saya sudah utang berapa kalau harus bayar?"

"Tapi kan gak pernah bapak makan, bapak tetep keluar nyari makan tu, tempat bekalnya ada di pantry sudah bersih," usik Prilly.

Langit terdiam sejenak lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju lift. Kantin terletak di lantai dasar, berada diarea belakang ditempatkan ditempat khusus, sementara ruangan mereka dilantai 2.

'Sotoy amat, keluar mencari makan, keluar ya karna urusan pekerjaan, kalau banyak pekerjaan dikantor malah lupa makan,' batinnya.

Langit teringat awalnya memang bekalnya ia berikan pada OB, namun suatu hari ia disibukkan dengan pekerjaan hingga lupa kalau perutnya belum diisi dan berbunyi, satu-satunya makanan yang ada adalah bekal dari Prilly, dari pada keroncongan berakibat perih, ia mencoba bekal yang dibawakan Prilly. Tadinya ia berniat hanya sesendok, tapi begitu ia mencoba kenapa terasa enak lalu dalam sekejap tanpa sisa. Bayangkan, dua bulan hari kerja dikurang tanggal merah dan hari libur sabtu dan minggu, bekal selalu ada diatas mejanya atau diantar langsung kedepan hidungnya dengan berbagai alasan, terutama menyerahkan dokumen agar bisa masuk kedalam ruangan dan menemuinya.

Tadi karna justru tidak ada bekal seperti biasa ia teringat dengan kebiasaan itu. Beberapa menit sebelum jam istirahat ia sengaja keluar ruangan siapa tahu melihatnya Prilly baru ingat sebab ia tadi datang tidak lebih pagi dari biasanya. Namun melihat ia lewat saja Prilly tidak respon, hanya sibuk dengan laptopnya. Sampai ia kembali dari toilet, meski pura-pura tetap saja ia masuk toilet, sekalian saja buang air beneran. Ia melihat Prilly dan Nunu bersama-sama ke kantin. Nunu yang pamit pas berpapasan, ia hanya mengangguk saja mencari sapa Prilly tapi tidak ia temukan. Gadis itu mengangguk saat Nunu pamit tanpa terjadi kontak mata yang Ali harap. Sungguh berbeda dari yang lalu. Hari ini Ali tidak melihat Prilly seperti sebelumnya.

Akhirnya ia membiarkan Prilly menggunakan lift dan turun bersama yang lain sementara ia setelahnya. Sebenarnya dikantin, semua karyawan bisa menggunakan barcode ditanda pengenalnya dan akan ada tagihan dislip gaji yang dikirim melalui email, namun karna Prilly masih anak magang, dia belum mendapatkan pengenal berbarcode. Jadi ia hanya bisa bayar cash atau melalui internet banking dan menggunakan barcode pembayaran bank.

"Pakai ke blok segala sih internet banking gue gara-gara lupa password 3x jadi harus ke bank untuk mengaktifkannya kembali," Rutuk Prilly.

Ia sudah mencoba berpegang teguh pada komitmen, gak ada keperluan gak akan menyapa Langit. Ia menghindari berpapasan juga kalau perlu. Mana project yang ia pegang berkaitan langsung dengan Ali, meskipun harusnya biasanya pembimbingnya Nunu yang lapor sesuai perintah dia atau Reni ketua project itu namun tidak ada yang bisa membantah jika pak manager itu minta anak magang yang menghadap.

"Si Reni cari perkara melulu lagi, doyan nyiksa apa-apa disalahin." Dumel Prilly yang harus berkali-kali mengubah bahan presentasinya.

"Nanti selesaikan draf presentasi ini, besok pagi sudah harus selesai karna akan dipresentasikan!"

Hari sudah sore dia minta harus selesai segera.

"Project ini sangat special, jika berhasil kamu akan lolos dari magang menjadi karyawan, jika tidak berhasil berbahaya buat kamu!" Ancam Reni.

"Tapi bu, ini sudah hampir jam pulang, mau lembur sampai jam berapa?"

"Sampai SELESAI!"

Al hasil, sudah hampir Magrib ia masih juga belum menyelesaikannya.

"Pril, gue mau banget setia kawan dan dampingi lo sampe selesai, tapi Iman minta gue ketemu pengacara kasus yang gue cerita kemarin sebelum ketemu penyidik besok, gimana dong?"

Dan akhirnya tadi tepat jam waktunya pulang, Nunu pergi duluan. Ia tak mungkin egois menahannya disana hanya untuk kepentingannya meski ia perlu bimbingan. Satu persatu orang-orang melewatinya untuk pulang, namun ia tetap fokus didepan layar laptop. Sesekali ia mengusap wajahnya, dan memandang layar karna ada yang ia tak mengerti.

"Aduhh, gimana ini?" Prilly mulai uring-uringan. Ia menumpukan siku diatas meja lalu meremas kepala dengan kedua tangannya. Pelipisnya benar-benar terasa berdenyut.

"Belum pulang?"

Jantungnya bagai mau copot mendengar suara yang tak ia sangka dan sejenak ia lupa keberadaannya.

"Ada yang diselesaikan, pak!" Datarnya menyembunyikan detak yang tiba-tiba.

Ia mengutuk dirinya sendiri kenapa perasaannya tak bisa berubah meskipun ia sudah berusaha menjaga image, cuek, dan biasa-biasa saja didepan Langit.

"Menyelesaikan apa? Bukannya hasil survey sudah selesai?"

Langit mengeryit lalu justru menengok kelayar laptop didepan Prilla.

"Presentasi? Bukankah tugasnya Reni? Lagipula kalau memang kamu yang ngerjain harusnya didampingi Nunu, kemana mereka?"

"Bu Reni bilang, project ini menentukan status saya diperusahaan ini, pak, kalau Nunu dia ada keperluan pribadi, karna tugas ini mendadak dia terpaksa harus menyelesaikan urusannya," jelas Prilly.

"Yang ini masukin data hasil survei, buka data, copy, paste, grafiknya disini, tidak usah lengkap, nanti kalau presentasi baru dijelaskan selengkapnya!"

Prilla terpaku sejenak, pikirannya antara menyimak penjelasannya dan speechless. Ia menahan nafasnya mencium aroma tubuh yang masih menebar wangi meski sudah bercampur keringat karna posisi Ali yang menunduk lalu tangannya  bergerak diatas mouse dan tuts menyelesaikan bagian-bagian yang tadi membuat Prilly kesulitan bukannya menanggapi jawabannya tentang Reni dan Nunu.

Dia tidak tahu, Ali memperhatikannya sejak jam bersiap untuk pulang.
Tadinya ia juga ragu mendekati, namun melihat wajah Prilly yang kusut, antara kebingungan dan putus asa apalagi senja mulai beranjak, karyawan lainpun sudah tak nampak, ia tak tahan untuk tidak mendekatinya.

"Sudah!" Ucap Ali seraya meluruskan punggungnya. Prilly menatap layar lalu mendongak menatap Ali.

"Te--terima kasih!" Gagapnya menghindari tatap yang membuat aliran darahnya begitu cepat.

"Pulang!"

Itu perintah, ajakan atau pamit? Lagi-lagi otak Prilly delay sejenak sebelum kemudian cepat-cepat  menyimpan file dan menonaktifkan laptopnya.

"Yaa Allah, waktu dikejar-kejar dia kabur, gak diharepin malah dia muncul menggoda iman, kuatkan hamba ya Allah!"

-------------------------
Banjarmasin, 20 Maret 2024
09 Ramadhan 1445H
12.53 wita

Kesiangan banget ya, tapi gak apa yang penting setiap hari update. Terima Kasih, selamat hari ke 9 Ramadhan 🙏

Ikhtiar Mengejar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang