Chapter 5 Penyerangan dari Pembunuh Pasar Gelap I

73 12 0
                                    

Chapter 5

Penyerangan Pembunuh dari Pasar Gelap I

Setelah cukup lama mengamati pelajaran Miss Claudia yang membahas cara membentuk pertahanan dari elemen sihir dan kelemahannya, kantuk luar biasa mulai menyelimuti Raia. Ia hampir tak percaya betapa membosankannya sekolah ini, padahal dulu ia membayangkan akan sangat menyenangkan.

Raia tetap berusaha mengikuti penjelasan Miss Claudia, dengan tangan kiri menompang kepalanya yang terasa semakin berat. Sesekali kelopak matanya menutup sesaat. Berbeda dengan Aron, teman sebangkunya. Sejak awal pelajaran, anak itu sudah terlelap lebih dulu dan entah bagaimana Miss Claudia tidak menyadarinya.

Waktu terus berlalu, dan kantuk Raia pun semakin menjadi-jadi. Namun tak lama kemudian, lonceng istirahat berbunyi, menandakan waktu bagi para murid untuk beristirahat sejenak. Miss Claudia mulai merapikan tumpukan kertas di mejanya, tentu saja menjadi momentum bagi murid laki-laki untuk mencuri kesempatan mendekatinya.

Raia menghembuskan napas lega, entah mengapa kantuknya seketika menghilang. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal, lalu bangkit berdiri.

Pandangannya beralih pada Aron yang masih pulas. Karena hanya anak itu yang bisa dianggap temannya, Raia berniat membangunkannya untuk mengajaknya berkeliling sekolah.

"Hei, bangun. Sekarang sudah waktunya pulang sekolah," Raia berbohong, berusaha memancing Aron agar segera terbangun dari tidur lelapnya.

"Huh...apa sekarang sudah waktunya pulang?" Aron menyahut setengah sadar. Ia bangkit berdiri dan meraih blazernya, kemudian berjalan melewati Raia.

Raia menarik kerah belakang blazer Aron sambil tersenyum tipis. "Tentu saja belum. Ayo kita berkeliling sekolah, aku ingin tahu apa saja yang ada di sini," ujarnya seraya melangkah menuju pintu keluar kelas.

"Ah, sial kau. Aku sedang bermimpi mandi dengan bidadari dan kau mengacaukannya," gerutu Aron dengan nada kesal. 

"Tenang saja, nanti kau akan mendapatkan bidadari sungguhan," balas Raia, hatinya kini merasa lebih tenang dan nyaman. Menikmati kehidupan seperti ini dahulu tak pernah dibayangkannya.

Aron dan Raia berjalan beriringan. Raia memasukkan kedua tangannya di saku celana, sementara Aron memasukkan tangan kanan di sakunya dengan blazer merah tersampir di lengan kiri.

Dari sisi kanan, tampak sesosok pria yang melintasi mereka dengan langkah terseok-seok. Punggungnya sedikit membungkuk seakan menahan beban berat di pundak. Rambut ikalnya yang berantakan mencuat ke segala arah, memberi kesan kusut masai. 

Wajah pria berusia 30 tahunan itu tampak sangat lesu dan lelah. Lingkaran hitam menghitam di bawah kedua matanya, membuat sorot matanya menyiratkan kantuk yang amat teramat sangat. Bibirnya sedikit terbuka seperti menahan kuapan yang akan keluar kapan saja.

Pria itu adalah salah satu guru di Akademi Sihir Aredia. Namun, penampilannya saat ini sangat kontras dengan kredibilitasnya sebagai seorang pengajar. Rambut dan pakaiannya berantakan, jakun di lehernya naik-turun seperti orang sehabis berlari maraton.

"Siapa itu?" tanya Raia pada Aron, merasa ada yang aneh dengan orang yang baru saja lewat di hadapan mereka.

"Ah, itu Tuan Alistair Wistingley, guru di bidang perafalan mantra sihir. Dia berasal dari keluarga peneliti terbaik di Kerajaan Aredia. Namun, di antara anggota keluarganya, dialah yang paling berbeda. Banyak orang menganggap remeh ramuan yang dibuatnya dan terkadang tidak dihargai. Tapi aku tahu, ramuan buatan Tuan Alistair sangatlah efisien, salah satunya untuk penyembuhan," jelas Aron panjang lebar. Penampilannya yang menyedihkan itu mungkin disebabkan penelitiannya tentang ramuan yang membuatnya kurang istirahat.

AstrydiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang