PROLOG

312 20 5
                                    

Dahulu kala, tersiar kabar tentang seorang penyihir muda bernama Raia Astrydia yang memiliki kekuatan di luar nalar manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahulu kala, tersiar kabar tentang seorang penyihir muda bernama Raia Astrydia yang memiliki kekuatan di luar nalar manusia. Asal-usulnya diselimuti misteri, entah ia manusia atau makhluk astral. Namun, satu hal yang pasti, kekuatannya melampaui penyihir manapun yang pernah ada.

Konon, dengan keangkuhan yang tak terbantahkan, Raia membuka paksa portal antara dunia atas dan dunia bawah, sebuah tempat yang dihuni oleh makhluk-makhluk superior nan garang. Dengan sihir bintangnya, ribuan cahaya bertaburan menghiasi langit kelam dunia bawah yang sebelumnya hanya diterangi oleh sinar rembulan yang samar.

Raia lantas menyerang salah satu kerajaan dan meluluhlantakkan segalanya. Ia bagaikan melukis semesta pada kanvas hitam yang kosong, menggoreskan ribuan bintang di angkasa gelap dunia bawah.

Tak seorang pun mengetahui tujuan di balik serangan Raia terhadap dunia bawah. Banyak spekulasi bermunculan, bahwa ia menghancurkan segalanya hanya demi kesenangan semata.

Seorang pria menyaksikan langsung kekuatan Raia Astrydia, seolah-olah ia melihat alam semesta dengan mata telanjang. Pria itu berperawakan kekar, dengan jenggot cokelat pendek dan rambut hitam lurus ke belakang. Matanya berwarna oranye, dan ia mengenakan kacamata berbentuk kotak. Dia adalah Palmus, seorang penyihir dari Kerajaan Aredia pada masa itu, yang mengikuti Raia karena penasaran akan kekuatannya.

Pertanyaan yang menggelitik banyak orang hingga kini adalah, ke manakah Raia Astrydia pergi setelah peristiwa itu? Apakah ia telah mati atau terperangkap di dunia bawah?

Semenjak terpikir akan hal itu, Palmus menulis sebuah buku khusus tentang Raia Astrydia, menggambarkan kekuatan seorang penyihir yang mengungguli semua penyihir manusia di dunia.

Namun, seiring berjalannya waktu, buku itu terlupakan, dan legenda tentang penyihir muda yang luar biasa kuat itu pun memudar. Di akhir buku, Palmus, sang penulis, berpendapat bahwa Raia Astrydia pasti akan kembali ke dunia ini.

∆∆∆

Seorang pemuda tampan berusia sekitar 20 tahunan muncul dari sebuah portal yang aneh. Lingkaran hitam tanpa ujung, dikelilingi oleh kilatan petir kecil, terbentuk di tengah hutan bersamaan dengan kemunculan pria itu.

Rambutnya pendek, menutupi sebagian matanya yang berwarna biru cerah bagaikan langit musim panas. Sebagian besar rambutnya berwarna putih bersih, dengan sentuhan warna biru di ujungnya, menciptakan kesan artistik yang unik.

Ia mengenakan jubah putih bersih dan bagian dalam berwarna biru. Bagian dada jubahnya dihiasi dengan bordir bintang emas yang berkilauan, menambah kesan megah dan anggun. Di telinga kanannya, tergantung sebuah anting berbentuk jam pasir, melambangkan sesuatu yang misterius.

Wajahnya tampan dengan garis rahang tegas, hidung mancung, dan bibir tipis merah muda. Tatapan matanya tajam namun lembut, mencerminkan kebijaksanaan di usia yang masih belia. Ia berdiri tegap penuh percaya diri, layaknya seorang pangeran. Secara keseluruhan, penampilannya sungguh memukau dan memancarkan aura positif.

"Sudah lama sekali aku tak menghirup udara segar ini... Kapan ya terakhir kali aku merasakannya?" ujarnya dengan senyum angkuh dan penuh percaya diri saat menapakkan kakinya kembali ke dunia atas.

Raia Astrydia, penyihir terkuat 500 tahun yang lalu, kembali muncul ke daratan dunia atas. Mungkin keberadaan tentangnya sudah dilupakan oleh khalayak ramai, tapi persetan dengan itu, dirinya benar-benar kembali sekarang.

Namun, ada yang aneh dengan dirinya. Apakah Raia Astrydia benar-benar sekuat itu? Meskipun penampilannya sama seperti 500 tahun yang lalu, apakah kekuatannya akan tetap sama?

Raia mulai melangkah menyusuri hutan, memperhatikan hewan-hewan sihir di sekitarnya dengan ketertarikan yang mendalam. Keheningan yang menyelimuti hutan terasa begitu mencekam, seolah-olah alam menahan napasnya saat Raia melewatinya. Bahkan kupu-kupu yang biasanya beterbangan dengan riang pun tak berani bergeming ketika Raia melintas dihadapan mereka.

"Selama 500 tahun, aku melewatkan banyak hal. Hutan yang dulunya menjadi sarang monster sihir, kini telah bertransformasi menjadi tempat yang begitu mempesona," gumam Raia, terpukau oleh keindahan yang terpampang di hadapannya.

Ia terus berjalan dengan langkah santai, menikmati setiap detik yang ia habiskan di tengah keajaiban alam. Mata birunya yang seindah langit musim panas mengamati setiap gerak-gerik hewan dengan penuh kekaguman.

Namun, di tengah ketenangan itu, Raia merasakan keberadaan orang lain tak jauh dari tempatnya berada. Rasa bingung menyelimuti pikirannya, bertanya-tanya bagaimana mungkin ada orang yang berani memasuki hutan ini seorang diri.

Didorong oleh rasa penasaran yang kuat, Raia memutuskan untuk menyelidiki. Ia ingin melihat seperti apa orang yang memiliki keberanian untuk menjelajahi hutan ini sendirian.

Dengan gerakan anggun, Raia terbang dan mendarat di ranting sebuah pohon besar, mengamati sosok itu dari kejauhan. Ternyata, yang ia lihat adalah seorang bocah berusia sekitar 16 tahun, mengenakan pakaian yang cukup nyentrik menurut standar Raia.

"Apakah manusia sekarang sudah menjadi begitu kuat hingga anak sekecil itu mampu bertahan di tempat seperti ini?" gumamnya dengan nada heran.

Namun, keterkejutan segera melanda Raia ketika ia melihat sesuatu yang mengejutkan. Tepat saat ia bergumam, seekor serigala berbulu putih dan biru, persis seperti rambut miliknya, muncul dan menerkam anak itu. Serigala itu mencabik-cabik tubuh malang itu hingga bagian-bagiannya terlepas satu per satu.

"Ironis sekali, ternyata manusia tetaplah manusia. Tak ada perubahan, ya?" ujar Raia dengan nada datar, seolah-olah kejadian mengerikan di hadapannya hanyalah hal biasa.

Sebuah bintang kecil melesat ke arah serigala itu, menembus tubuhnya dan menghancurkan jantungnya hingga tak berbentuk lagi.

Raia turun ke bawah, memandangi potongan-potongan tubuh anak yang telah dicabik-cabik. Dengan kekuatannya, ia merekonstruksi tubuh itu, menggabungkan kembali setiap bagian seperti semula.

Kejadian sebelumnya seolah tak meninggalkan bekas apapun dalam diri Raia. Mungkin, pengalaman yang telah ia lalui di masa lalu jauh lebih mengerikan hingga ia kehilangan rasa empati terhadap orang lain. Hal itu menjadi rahasia tersendiri untuknya.

"Aku pinjam tubuhmu, ya? Rasa penasaranku benar-benar tinggi. Aku ingin tahu seperti apa kerajaan manusia di zaman ini," ujar Raia dengan seringai misterius di wajahnya.

AstrydiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang