Chapter 18 Perkiraan dan Kekuatan

48 7 3
                                    

Chapter 18

Perkiraan dan Kekuatan seorang Tahanan

Akademi Aredia sementara diliburkan akibat serangan beberapa hari sebelumnya yang menimbulkan kerusakan parah hingga membutuhkan dana perbaikan yang sangat besar. Beruntung, Raja Aredia bersedia mendanai langsung perbaikan Akademi tersebut atas permintaan para bangsawan.

Kai dan Raia kini berada di kamar Aron yang terletak di lantai satu asrama putra. Mereka mendiskusikan pertandingan antar kelas yang akan diselenggarakan setelah perbaikan Akademi selesai, yang kemudian akan diikuti kompetisi antar murid se-Akademi.

Perwakilan akademi akan dipilih melalui pemenang pertandingan antar kelas, sehingga proses ini berlangsung secara adil tanpa memandang status ataupun kekayaan para murid. Siapapun yang memenangkan pertandingan akan mewakili Akademi Aredia, tak peduli murid berasal dari kalangan manapun, semuanya harus menerima untuk melawan murid dari tiga akademi lain di Kerajaan Aredia.

Akademi lain yang patut diperhitungkan adalah Akademi Mythmere yang didirikan oleh seorang penyihir jenius seratus tahun silam. Para siswa di sana sedikit lebih unggul secara menyeluruh dibandingkan Akademi Aredia. Mereka menjunjung tinggi ilmu sihir yang telah terkodifikasi dalam sebuah buku peninggalan sang penyihir jenius tersebut.

Selanjutnya, ada Akademi Valderia, sebuah nama yang sangat familiar di telinga penduduk kerajaan. Akademi ini didirikan oleh Raja Aredia kedua, dan nama akademinya diambil dari nama keluarga sang Raja. Pembelajaran sihir di sana hampir sejajar dengan Akademi Mythmere karena dahulu Raja bersahabat dengan penyihir jenius pendiri Akademi Mythmere.

Sementara itu, Akademi Aredia didirikan oleh Ratu pertama Kerajaan Aredia. Ratu pernah mengajarkan pengendalian energi sihir agar tidak mudah terkuras dalam pertempuran kepada para muridnya. Akademi ini dibangun dengan rasa cinta sang Ratu dan memiliki reputasi sangat baik di mata penduduk.

Namun, akibat seringnya penyerangan, Akademi Aredia seolah dijauhi penduduk, membuat mereka ragu untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sana. Tidak hanya murid, guru sihir di Akademi Aredia juga sedikit jumlahnya karena histori penyerangan tersebut.

"Aku memperkirakan perbaikan akademi akan selesai dalam satu minggu, jadi kita akan memanfaatkan waktu itu untuk mencari Kimberly," Kai memulai pembicaraan. Dalam benaknya, ia sedikit meragukan figur Kimberly ini, akankah ia berada di pihak mereka? Tidak ada yang tahu, Kimberly sangat misterius. Bahkan, terlintas keraguan apakah Kimberly benar-benar ada.

"Ya, kita punya banyak waktu luang, jadi seharusnya cukup untuk menemukan Kimberly," sahut Raia sambil memainkan kuas di jari telunjuknya. Rasa penasaran akan Kimberly semakin membuncah, Raia berharap besar kepadanya. Ia berharap Kimberly dapat menjadi rekannya agar mempermudah upaya menyelamatkan Lily dari cengkeraman pembunuh bayaran.

"Jadi, apa yang harus kulakukan? Aku hanya perlu bersantai di kamar, kan?" tanya Aron dengan senyum cemerlang di wajahnya. Ia tidak ingin terlibat dalam hal berbahaya seperti itu dan lebih memilih untuk bersantai. Di balik kata-katanya, Aron memiliki alasan lain. Dirinya takut jika harus bertarung melawan pembunuh bayaran lainnya yang ia duga akan jauh lebih kuat dari Katrina.

"Heh... Apa kau berniat melarikan diri? Itu tidak bisa dilakukan. Kau cukup berlatih saja menggunakan pedang barumu dan bersiap untuk pertarungan spektakuler pada pertandingan nanti," tanggap Raia sambil tersenyum. Sebenarnya ia mengetahui alasan sebenarnya dari Aron, oleh karena itu ia memberikan tugas tersebut sebelum Kai.

"Baiklah. Lakukan apa yang dikatakan Noah, Aron. Aku ingin pulang dulu," ucap Kai seraya beranjak dari kursi menuju pintu keluar.

Raia juga berdiri dan berjalan mengikuti Kai. Mereka berdua lalu meninggalkan ruangan Aron. "Apa kita akan menyusup ke pasar gelap?" tanya Kai langsung pada Raia begitu mereka berjalan bersisian. Ia tidak ingin membuang waktu. Kai menduga bahwa Kimberly tidak akan mudah diajak bekerja sama, yang pasti membutuhkan banyak waktu.

"Itu satu-satunya cara untuk kita mendapatkan informasi tentang murid itu. Lakukanlah dengan caramu sendiri, Kai," jawab Raia. Mereka lalu berpisah di persimpangan ruangan, Kai menuju keluar sementara Raia menuju lantai dua.

∆∆∆

Kimberly menyerang tanpa ragu, ketika sudah dekat dengan penjaga, ia mengayunkan jeruji besi ke atas, menghantam tepat di dagu penjaga. Terlihat seperti luka biasa, namun jangan lupakan bahwa yang menyerangnya adalah Kimberly, ia dalam kondisi prima saat ini.

Seketika, darah muncrat dari mulut penjaga, terkena bagian tajam ujung bilah yang telah dipatahkan oleh pria kekar teman Kimberly sebelumnya, merobek sedikit bagian leher penjaga, menyemburkan darah cukup deras ke lantai.

Selagi melayang, Kimberly memutar tongkatnya lagi, kali ini mengarah ke samping kepala penjaga di hadapannya. Ia melayangkan pukulan itu sementara sang penjaga masih meringis menahan rasa sakit.

-BRAKKKKK!

Suara nyaring benturan tulang dan besi menggema, pukulan bilah besi dari Kimberly membanting penjaga tersebut hingga terhempas ke meja, sebelum akhirnya berhenti setelah membentur dinding.

Tersisa empat penjaga, mata mereka tampak ragu dan ketakutan menyerang Kimberly. Ini pertama kalinya sejak mereka menjaga penjara bawah tanah menemui tahanan seperti Kimberly. Penjaga di sebelah kanan menembakkan sebuah bola sihir ledakan yang melesat cepat ke arah Kimberly. Namun, bilah besi miliknya memukul dan mengubah arah bola sihir tersebut, mengenai rekannya yang lain.

-BOOOOMMMM!

Ledakan mengguncang sebagian ruangan, kini dua penjaga telah tersungkur tak sadarkan diri, hanya menyisakan tiga orang lain yang menghalangi Kimberly untuk keluar dari tempat neraka pasar gelap ini.

Kembali menyerang, Kimberly melemparkan bilah besinya ke arah penjaga yang hendak melancarkan sihir. Kimberly menyadari bahwa bilah besinya tak akan tepat waktu mengenai sasaran, ia mencetakkan lidahnya dan seketika menghilang dari pandangan semua orang.

Sekilas, bayangan tangan menggapai bilah melayang, menariknya ke dalam bayangan. Tiba-tiba Kimberly muncul di belakang penjaga itu dan menusuk dadanya dari belakang menggunakan bagian runcing bilah besi tersebut.

"Arghhhhh!" Jeritan kesakitan yang memekakkan telinga, membuat kedua rekan penjaga jatuh dalam kepanikan. Kimberly memanfaatkan momen emas ini, menghabisi mereka secepat bayangan.

Ia mencabut bilah besi dengan cepat, bergerak menuju penjaga lainnya. Kebetulan saat itu, penjaga satunya tengah merapalkan sihir api yang mengunci target yang diinginkan. Kimberly menempatkan tubuh penjaga di hadapannya sekarang, menahan sihir api layaknya panah panjang yang mengejarnya.

Penjaga terakhir jatuh dalam keputusasaan, ia sudah kehilangan harapan untuk menang. Tersungkur di lantai, ia menangis karena tahu ini adalah akhirnya melihat pemandangan indah langit biru.

"T-tolong... Ampuni aku... Aku memiliki seorang anak gadis dan istri di rumah...," ucap penjaga yang tersisa dengan nada terbata karena isakan tangis. Dirinya sangat berharap agar tahanan yang siap membunuhnya saat ini dapat berbelas kasih kepadanya.

"Sebelum aku mengakhirimu, aku ingin bertanya satu hal. Apa kau pernah memikirkan tentang keluargamu di rumah?" Pertanyaan menusuk dari Kimberly, membuat perasaan penjaga terakhir itu seakan hancur. Ia kembali mengingat masa-masa indah bersama keluarga di rumah, menghabiskan waktu untuk tertawa bersama.

"Tidak pernah, bukan? Jadi, sesalilah di kehidupanmu selanjutnya." Kimberly menusukkan bilah besi ke kepala penjaga terakhir, darah segar mengucur membasahi kemeja putihnya layaknya seorang pembunuh sadis. Kimberly mencabut bilah besi yang menancap, lalu memutarnya seperti sebuah pertunjukan bakat.

Kimberly menendang meja yang telah hancur dan mengambil sebungkus rokok bekas para penjaga sebelumnya serta beberapa lembar daun euphoria, senyum terukir di wajahnya seakan ia puas dengan hasil pertarungannya.

Kimberly membuka pintu yang berderit keras bagaikan teriakan orang yang kesakitan. Karena terlalu bising menurutnya, ia menendang pintu tersebut hingga terlepas dari engselnya

AstrydiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang