Chapter 22
Kedatangan Tepat Waktu
Ketegangan mencapai puncaknya saat Raia dan Ragnar bersiap untuk melancarkan serangan pamungkas mereka. Udara di sekitar keduanya bergetar hebat, dipenuhi energi yang bahkan membuat realitas itu sendiri seolah hendak robek. Di satu sisi, pusaran gravitasi Ragnar mengamuk, siap melahap apa pun yang berani mendekat. Di sisi lain, bintang mini di tangan Raia berdenyut-denyut, memancarkan panas dan cahaya yang mampu membutakan siapa pun yang menatapnya terlalu lama.
Kai, Kimberly, dan Violet menahan napas, menyadari bahwa mereka mungkin sedang menyaksikan momen yang akan mengubah sejarah. Bahkan udara pun seolah berhenti bergerak, menunggu dengan was-was akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Raia, dengan senyum percaya diri yang tak pernah meninggalkan wajahnya, mengangkat tangannya yang memegang bintang mini. Matanya yang keemasan berkilat penuh determinasi. "Kurasa sudah waktunya kita mengakhiri tarian kecil ini, Ragnar," ujarnya, suaranya tenang namun sarat akan kekuatan yang tak terbayangkan.
Ragnar menggeram, pusaran gravitasinya semakin menguat hingga fondasi bangunan bawah tanah mulai retak dan runtuh. "Kau benar, Noah. Sudah saatnya kita melihat siapa yang benar-benar terkuat!"
Namun, tepat ketika keduanya hendak melepaskan kekuatan penuh mereka, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Detak jantung Raia, yang selama ini berdentum stabil dan kuat, tiba-tiba berhenti.
Waktu seolah melambat. Senyum di wajah Raia perlahan memudar, digantikan oleh ekspresi terkejut dan... tak menduga? Bintang mini di tangannya mulai berkedip-kedip, kehilangan kestabilannya. Tubuhnya, yang tadinya memancarkan aura kekuatan tak terbatas, kini terlihat rapuh dan lemah.
"Sialan... Ini terjadi lagi..." bisik Raia, suaranya nyaris tak terdengar.
Kimberly, dengan insting tajamnya, adalah yang pertama menyadari ada yang tidak beres. "Kawan?" panggilnya, nada khawatir terdengar jelas dalam suaranya.
Raia terhuyung, kakinya yang tadinya kokoh kini goyah. Bintang mini di tangannya lenyap dalam sekejap, meninggalkan jejak cahaya yang segera menghilang. Rambut putih kebiruannya kembali ke warna aslinya, dan mata emasnya yang berkilau kini redup.
"Aku... lupa..." gumam Raia, suaranya lemah dan terputus-putus. "Tubuh Noah... tidak selalu... bisa menahan..."
Dengan gerakan yang seolah diperlambat, Raia terjatuh ke lantai. Suara debum pelan menggema di ruangan, kontras dengan kekuatan luar biasa yang baru saja ia tunjukkan.
Kimberly, Violet, dan bahkan Ragnar terpaku, terkejut menyaksikan perubahan drastis ini. Pusaran gravitasi Ragnar perlahan melambat, mencerminkan kebingungan pemiliknya.
"Apa yang terjadi?" tanya Ragnar, suaranya campuran antara bingung dan waspada. Meski Raia adalah musuhnya, ada jejak kekhawatiran di matanya. Jiwa petarungnya yang terhormat tidak bisa menerima kemenangan seperti ini.
Namun, sebelum ada yang bisa bereaksi lebih jauh, sebuah kilatan cahaya melesat melewati mereka. Violet, dengan kecepatan yang bahkan sulit ditangkap mata, bergerak ke arah Raia yang tergeletak.
"Violet! Hentikan!" teriak Kimberly, menyadari niat lawan bertarungnya. Namun suaranya tenggelam dalam deru angin yang ditimbulkan oleh gerakan super cepat Violet.
Mata Kai melebar, otaknya yang jenius dengan cepat memahami situasi. "Bajingan!" teriaknya, berusaha bergerak meski tubuhnya masih lemah akibat pertarungan sebelumnya.
Ragnar, meski masih bingung dengan situasi yang berubah drastis, menyadari bahaya yang mengancam Raia. Dengan refleks mengagumkan, ia menggunakan sisa-sisa kendali gravitasinya untuk mencoba menghambat gerakan Violet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrydia
FantasiaRaia Astrydia sang penyihir legendaris yang konon mampu menundukkan dunia atas dan bawah, tiba-tiba menghilang 500 tahun yang lalu setelah menyerang kerajaan di dunia bawah. Hingga kini, tak ada yang tahu pasti nasib Raia. 500 tahun kemudian, seoran...