Chapter 9
Ritual yang Gagal & Orang Bodoh?
Kesunyian melingkupi ruangan, seakan waktu terhenti sesaat. Setiap napas tertahan, mercerna peristiwa menggemparkan yang baru saja terjadi. Seorang siswa yang selalu dicap buruk, manusia biasa tanpa bakat sihir, keturunan gagal keluarga Arcanorius, baru saja menunjukkan kekuatan dahsyat yang mengejutkan semua orang.
Meskipun raga fana ini bukan milik Raia, tetap saja hal itu tak berarti apa-apa. Akankah rumor buruk menghilang jika kekuatannya terekspos? Tentu, pasti akan lenyap seperti asap di udara.
Namun, situasi ini hanya akan menimbulkan masalah baru bagi Raia. Banyak pihak yang terlibat dengan Noah, dan jika ingin menyelesaikannya, dia harus bekerja keras agar tak memperkeruh suasana, terutama dengan keluarga Arcanorius.
Tapi, apakah pemikiran itu muncul di benak Raia? Tentu saja tidak. Dia bertindak semaunya, layaknya Raia Astrydia. Jika ada yang menghalangi, tanpa ragu dia akan menghancurkannya. Raia hanya ingin hidup sebagai Noah sekarang - menjadi manusia biasa dan menjalani petualangan melawan berbagai musuh menghadang.
"Kekekahahahaha! Bagus! Sangat bagus! Ternyata ada kekuatan besar di tempat ini!", tawa menggelegar Argon menggema di ruangan tengah akademi yang hancur lebur. Dia bangkit berdiri dari lantai yang retak akibat hantaman tubuhnya tadi.
Seringai angkuh tersungging di wajahnya, menatap Raia yang juga menyunggingkan senyum tipis. "Kau kuat... Aku tak pernah sangka di Akademi ada murid sekuat ini selain dia," ucap Argon, kemudian menyalakan rokoknya.
Keheningan kembali merebak. Siapakah 'dia' yang dimaksud Argon? Raia digelayuti rasa ingin tahu, pikirannya dipenuhi tanya yang tak pernah hinggap di benak Raia Astrydia sebelumnya.
"Apa ada murid kuat lain? Siapa yang kau maksud, tua bangka?" tanya Raia, postur tubuhnya kembali santai, pertanda ingin mengobrol dulu dengan Argon tentang sosok 'dia'.
Menghembuskan kepulan asap rokok, Argon berkata santai, "Apa tak ada yang tahu tentangnya di Akademi? Dia bilang namanya Kimberly... Aku ingat namanya karena dia kuat."
Dua kali sedotan, sebatang rokok sepanjang jari orang dewasa habis begitu saja. Asapnya membumbung tebal hampir menutup wajahnya sendiri.
"Kimberly, ya?" Raia menoleh ke arah Aron dan Kai yang masih mencerna kejadian di depan mata. "Apa kalian tahu murid itu?"
Aron menenangkan diri, beradaptasi dengan situasi, berusaha tak terintimidasi kekuatan Raia dan Argon. "Sayangnya, aku tak pernah dengar namanya. Bahkan tak ada dalam daftar murid," jawabnya menatap Raia.
"Begitu? Akan kutanya Kai nanti. Aron, bantu Kai menghentikan ritual itu," perintah Raia. Dia mengatakannya agar Aron menjauh dari Argon yang bisa membahayakan nyawanya. Meski tak tahu kekuatan Aron, Raia yakin melawan Argon hanya akan membuatnya menjadi abu.
Aron mengangguk dan bergabung dengan Kai yang masih mencari cara menghancurkan penghalang tak kasat mata, halaman buku sihirnya terus bergerak mencari solusi.
Para tumbal menyayat urat nadi mereka sendiri, mengarahkan tetesan darah ke garis spiral sihir di bawah. Secara misterius, darah mereka tak menyebar seperti air, melainkan bergerak perlahan dan mulus mengisi spiral tersebut.
Kai berpikir ritual akan selesai jika spiral darah itu terisi penuh. Melihat Aron menghampiri dengan pedang perak di tangan kanan, dia mendapat ide untuk menghancurkan penghalang tak kasat mata itu.
Dia teringat cerita ayahnya, tentang pedang turun-temurun yang bernama 𝘼𝙧𝙜𝙚𝙣𝙩𝙪𝙢 𝙇𝙪𝙣𝙖𝙚 - Penghapus Sihir milik keluarga Farseer, mahakarya penyihir kuno. Seorang murid di Akademi Aredia adalah pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrydia
Fantasia[Ada Illustrasi] Raia Astrydia sang penyihir legendaris yang konon mampu menundukkan dunia atas dan bawah, tiba-tiba menghilang 500 tahun yang lalu setelah menyerang kerajaan di dunia bawah. Hingga kini, tak ada yang tahu pasti nasib Raia. 500 tahun...