Chapter 17 Kesadisan seorang Tahanan

50 6 0
                                    

Chapter 17

Kesadisan seorang Tahanan

Tengah malam yang sunyi, kegelapan melingkupi penjara bawah tanah. Kimberly membuka matanya, menatap tajam bayang-bayang mencekam di sekelilingnya. Lengan kirinya penuh bekas luka, jejak permanen dari pertempuran yang telah ia lalui selama hidup dalam dunia kekerasan ini.

Dalam kondisi terlemahnya, tubuh Kimberly melemah setelah sekian lama tak mendapat asupan makanan ataupun setetes air.  Entah sudah berapa bulan berlalu sejak dirinya terkurung dalam sel bawah tanah yang dingin dan lembab ini. Kilapan cahaya ungu menghiasi matanya ketika ia menatap penahan rantai di lengannya. Dengan sisa tenaga yang tersisa, Kimberly menarik lengannya sekuat tenaga hingga penahan rantai itu terlepas dalam bunyi besi memekakkan telinga.

Terlihat jelas penahan rantai itu sudah diujung tanduk, walaupun kelihatannya cukup mudah, namun jangan lupa kalau ini adalah penjara bawah tanah milik pasar gelap, hal apapun disini jauh berbeda dari fasilitas yang terdapat pada penjara normal.

Namun Kimberly terlalu lemah untuk bergerak lebih jauh. Ia terpaku di sel, menatap kosong ke kegelapan tanpa harapan. Rasa lapar dan haus mengguncang nuraninya, membuatnya berpikir melakukan hal terlarang demi bertahan hidup. Bayangan hitam berkelebat di benaknya, membisikkan kata-kata membangkitkan insting tergelapnya.

—KLANGGG

Seluruh energi ia kerahnya, menarik ke bawah lengan kirinya sekuat mungkin. Usaha itu nampaknya berhasil, tapi Kimberly sudah kehabisan seluruh energi untuk bergerak. Kini dirinya terpaku duduk dalam sel, kembali meratapi nasib dan menatap dalam ke kegalapan cemerlang dihadapannya.

Kimberly mencoba berdiri dan ternyata dirinya masih sanggup meskipun harus bersender pada dinding batu yang keras dan kasar. Ia berjalan menuju sel disampingnya sambil menggores tubuh bagian kanannya, ia mengesampingkan rasa sakit.

Kimberly tahu kalau sebelah kanan selnya merupakan seorang pria berotot besar, jadi dirinya berniat untuk mencoba orang itu membebaskannya. "Hei, apa kau masih bangun?" Kimberly membuka pembicaraan, ia berharap kalau orang berotot itu masih bangun.

"Kimberly? Bagaimana kau bisa lepas dari rantai sialan itu?", jawab suara berat dari balik gelapnya sel. Terdengar langkah kaki mendekat ke arah Kimberly berada, lalu muncul sebuah lengan kanan berotot besar keluar dari celah jeruji besi.

"Itu tak penting, apa kau bisa membengkokkan besi ini?" Kimberly tak peduli apapun pertanyaannya, pikirannya sedang kacau saat ini dan ia hanya ingin keluar untuk mencari hal apapun untuk dimakan.

"Ya, aku bisa. Sebenarnya, aku sudah lama menantikan ini sampai kau bisa terlepas", terdengar nada senang dari ucapan yang terlontar, lengan berotot sebelah kiri muncul. "Ayo kita akhiri penderitaan ini", tambah pria berotot itu. Kedua lengannya menggenggam erat jeruji besi, sangat kuat hingga sampai membengkokkan keduanya.

Sosok pria bertubuh kekar, berambut dan kumis tipis dan mata satu keluar dari sel. Ia menatap ke arah Kimberly, menyadari kalau dirinya sangat lemah sekarang. Pria itu berdiri dihadapan sel Kimberly, melakukan hal yang sama pada jeruji besi miliknya. Suara nyaring akibat besi dibengkokkan menggema dilorong gelap, membangunkan beberapa tahanan lainnya.

Kimberly berjalan keluar, kemudian menepuk pundak sang pria kekar tersebut. "Apa kau bisa mencabut sebilah jeruji ini?", tanya Kimberly. Dirinya tak mempunyai senjata jadi terpaksa harus menggunakan apa yang ada disekitarnya.

"Tentu saja, tunggu sebentar", sang pria kekar menarik jeruji besi menggunakan seluruh kekuatan fisiknya, membuat sebilah jeruji tercabut hingga akarnya, meninggalkan lubang cukup dalam. Matanya terbelalak kaget melihat lubang yang ditinggalkan, ia tak menyangka kalau sedalam itu jeruji besi ini ditanam.

AstrydiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang