Chapter 10
Penyihir Legendaris dan Akhir Prajurit Terkuat
Kilatan putih berbentuk anak panah melesat dari ujung telunjuk Raia, mengarah tepat ke kaki kanan Argon yang akan menginjak dirinya. Kilatan petir putih menyebar di udara, mencipratkan percikan indah bagaikan hujan bintang-bintang.
Argon menyadari sesuatu melaju ke arahnya, namun dia merasa itu hanya benda kecil yang tak akan berefek apa-apa pada zirah tulangnya. Melihat panah petir Raia hampir mencapai kakinya, Argon dengan penuh percaya diri menghempaskan kaki pada anak panah itu.
-BOOOOMM!
Ledakan dahsyat bergema, asap tebal keabuan meluap membumbung tinggi, dikelilingi percikan listrik putih yang menyambar-nyambar liar ke sekitar. Raia masih melayang di udara, tubuhnya seakan menolak untuk jatuh, dia menyunggingkan senyum tipis saat melihat ke arah Argon di atasnya.
Kondisi Argon tak terlihat karena tertutup kabut asap tebal akibat ledakan tadi. Raia berasumsi mustahil Argon mati semudah itu hanya dengan sihirnya barusan.
Asap mulai menipis akibat tiupan angin kencang dari arah utara. Dari balik kabut, sosok Argon terlihat melayang dengan kerangka kaki yang melapisi betisnya hancur berkeping-keping, jatuh ke tanah dan menimbulkan dentuman keras - menandakan betapa kokohnya dan beratnya sebagian zirah Gorila miliknya.
"Hahahahahahaha! Kau bahkan bisa menghancurkan zirah Gorila-ku! Sangat menarik!" Tawa menggelegar Argon memenuhi ruang terbuka, bergaung sampai ke tempat Aron, Kai, dan wanita Everbloom berada.
Raia membalas dengan senyuman tenang, lalu berdiri di atas udara dan melesat sangat cepat menuju Argon, mengayunkan lengan kanannya untuk memukul kerangka di bagian kepala sang pria tua.
"Kau cepat juga, tapi gerakanmu masih terbaca," ucap Argon sambil menyeringai pada Raia yang kini sudah di sampingnya, tangan terkepal siap menghantam.
Dengan gerakan menyambar, Argon mencengkeram pergelangan tangan Raia, menghentikan pukulannya dalam sekejap. Tulang-tulang menonjol di lengannya melilit erat seperti ular besi kekar.
"Naif jika kau kira aku sudah tua bangka dan tak bisa melihat gerakanmu," desis Argon, wajahnya hanya berjarak sejengkal dari Raia. Bau tembakau dan daging terbakar menguar dari napasnya.
"Yah, mungkin sekarang giliranku untuk menerima serangan", ucap Raia, meskipun disituasinya saat ini sangat berbahaya, tapi di wajahnya masih terlukis senyuman tipis seakan memberitahu kalau dirinya akan baik-baik saja.
"Hantaman Gorila Api", lengan kiri yang masih menggenggam tangan Raia semakin kuat seperti ingin meremuknya sedangkan tangan kanan Argon diselimuti oleh api membara, memutari pergelangan dan tinjunya bagai badai api yang mengamuk.
Argon melepaskan pukulan ke samping tubuh Raia, mengenai tulang rusuk yang melindungi jantungnya. Efeknya seakan melambat, ketika pukulan itu sudah mengenai tubuh Raia, badai api dilengan Argon berputar semakin cepat seperti sedang mengisi kekuatan yang sangat amat kuat.
-BOOOMMMM!
Suara ledakan keras sekali lagi tedengar, namun kali ini hingga sampai ke telinga para murid yang sedang bersama Miss Tresa di sebuah ruangan entah berantah. Miss Tresa memasang wajah suram, ia kini hanya bisa berharap kalau guru lain bisa mengatasi masalah ini fengan cepat.
Terkena telak dari pukulan Argon, Raia terlempar jauh dari Argon yang masih berada di udara, saking kerasnya ia telempar, lengan kanan yang sebelumnya di genggam keras oleh lengan kiri Argon sampai terlepas dari genggaman Argon sendiri.
Sekilas, Raia mendengar suara decitan dari tulang rusuknya sekaligus merasakan sakit luar biasa ketika pukulan itu mengenainya. Meskipun begitu, wajah Raia tetap biasa saja seperti orang yang tak memiliki emosi ataupun ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrydia
Fantasia[Ada Illustrasi] Raia Astrydia sang penyihir legendaris yang konon mampu menundukkan dunia atas dan bawah, tiba-tiba menghilang 500 tahun yang lalu setelah menyerang kerajaan di dunia bawah. Hingga kini, tak ada yang tahu pasti nasib Raia. 500 tahun...