Chapter 8 Bentrok dengan Mantan Prajurit Terkuat?

63 11 2
                                    

Chapter 8

Bentrok dengan Mantan Prajurit Terkuat?

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aron pada Raia sembari membersihkan debu dari bajunya akibat dinding yang runtuh.

Raia menatap ke arah ritual para pembunuh pasar gelap. "Mereka melakukan sesuatu yang aneh, tapi tak seorang guru pun datang mencegahnya."

"Aneh sekali... Dulu, saat terjadi penyerangan disekolah ini, para guru akan sigap menanganinya, terutama Miss Tresa," Aron memperhatikan ritual itu lekat-lekat, melihat betapa sia-sianya rantai berduri Kai menyerang penghalang tak kasat mata yang melingkupi para pembunuh.

"Miss Tresa sudah mengamankan murid lain. Aku ke sini bersama orang itu, Kai, katanya anak dari Alric," jelas Raia, mengarahkan pandangan ke arah Kai yang gigih mencoba menghancurkan penghalang misterius.

"Kai? Apa yang dia lakukan di sini? Aku tak akan percaya jika kau mengatakan alasan kalau dia berada disini untuk menjadi guru," Aron memasang ekspresi tak percaya, seakan menyaksikan keajaiban yang mustahil terjadi.

"Yah... Kau mengatakannya sendiri," Raia tersenyum tipis.

Mereka hanya menonton Kai yang tak kenal lelah menyerang penghalang tak tertembus itu dengan rantai berdurinya yang meliuk bak ular mematuk mangsanya - seekor naga yang kebal racun, sekeras apapun usahanya tak akan berbuah hasil, ini adalah contoh dari usaha yang mengkhianati hasil.

Kai melirik mereka dengan wajah kesal. "Hei, kalian berdua! Cepat bantu aku! Jika ritual mereka berhasil, Akademi ini akan diluluh-lantakkan dalam sekejap!"

Pikiran Raia dipenuhi rasa ingin tahu. Apakah ini ritual pemanggilan roh monster kuat? Jika benar, delapan orang di lingkaran itu adalah tumbalnya, kesimpulan yang mengerikan.

Dengan delapan tumbal manusia, seperti apa monster yang akan muncul? Tak terbayangkan oleh nalar sehat betapa dahsyatnya hal yang hendak dipanggil para pembunuh pasar gelap itu. Mereka rela menjual jiwa demi tujuan yang mungkin tak akan pernah mereka saksikan.

Keputusan gila yang mengerikan, pengorbanan sia-sia demi ambisi tersembunyi yang tersegel dalam ritual aneh itu. Situasi semakin mencekam, memicu adrenalin dan rasa penasaran pembaca untuk terus membaca kelanjutannya.

Raia dan Aron melangkah mendekati Kai. Aron mencabut Argentum Lunae yang tertancap di lantai, menggenggamnya erat. Benaknya bertanya, akankah pedang itu mampu menembus penghalang tak kasat mata ini, mengingat sebelumnya ia berhasil menghapus sihir penghalang di kelas terlarang?

Namun, ketenangan mereka tak berlangsung lama. Dari belakang, muncul kembali Argon dengan tinju berapi yang membara di lengan kanannya, kali ini mengincar kepala Aron. Tapi kini, di sisi Aron ada Raia. Akankah keberuntungan berpihak pada Argon, atau justru meninggalkannya?

"Akan kupastikan pedang itu pulang bersamaku! Hahahahaha!" Teriak Argon, melayangkan pukulan membara ke arah kepala Aron.

Aron hanya bisa melihat dari ujung matanya. Kai pun hanya bisa berpaling, tak mampu menghalau serangan Argon yang terlalu cepat.

Tepat sebelum pukulan itu mengenai wajah Aron, Raia melompat dan melayangkan tendangan kaki kirinya untuk mematahkan pukulan berapi itu. Gerakannya terlalu cepat untuk diikuti mata telanjang. Waktu seakan membeku di sekitar Aron dan Kai.

—BRUKK!

Kaki Raia menendang bagian bawah lengan Argon, membuat pukulannya meleset ke atas. Ketika pukulan itu melesat ke langit-langit, siluet singa api merah muncul - manifestasi dari bara api panas membara dari lengan Argon.

Jelas terlihat wajah Argon yang terkejut saat sepatu hitam Raia menendang lengannya, membuat serangannya pupus. Matanya terbelalak, seakan tak mempercayai apa yang baru saja terjadi.

Kepulan asap mengepul dari pukulan terakhirnya yang menciptakan kawah kecil di langit-langit. Perlahan Argon mengalihkan pandangan pada Raia yang masih dalam posisi tendangan. Sorot matanya memancarkan campuran emosi - kemarahan, kejutan, bahkan mungkin secercah rasa takut.

"Siapa kau?! Mustahil seorang bocah bisa menahan seranganku!" Geram Argon dengan suara menggelegar. Bara api di tinjunya kembali menyala, menguar panas yang menggigit kulit.

Suasana mencekam itu diperparah dengan keheningan yang melingkupi ritual mencurigakan para pembunuh bayaran. Kai yang melongo hanya bisa berharap ini bukan pertanda badai yang lebih dahsyat akan segera menghantam.

Di sisi lain, Aron masih terpaku di tempatnya berdiri. Napasnya tertahan menyaksikan aksi mengagumkan Raia menghalau serangan maut dari sang mantan prajurit terkuat itu. Namun jelas bahaya belum berlalu, pertarungan sesungguhnya baru akan dimulai.

"He... Jadi, dia gorila api yang kau maksud, Aron?", sekilas terlihat senyum angkuh diwajah Raia, seakan ia telah menunggu musuh yang cukup kuat setelah perpindahan tubuhnya menjadi manusia.

Dari balik dinding yang roboh sebelumnya, wanita anggun nan cantik atau wanita Evebloom melihat kejadian itu dengan kedua lengan menyilang di dadanya, senyuman tipis tergambar jelas di wajah cantiknya.

Raia melirik ke arah wanita itu, menatapnya dengan rasa ingin tahu. Di matanya, aura sihir yang menyelimuti sang wanita Everbloom mirip dengan Lily - seperti bunga mekar yang menonjol di antara ribuan kuntum layu dalam taman.

Aron dan Kai masih terpaku, menyaksikan peristiwa yang terlalu cepat untuk ditangkap mata mereka. Dalam benak keduanya, pertanyaan yang sama bergaung - siapakah Noah sebenarnya? Ini bukan seperti rumor bahwa dia hanya murid biasa yang tak mahir sihir dasar.

Bahkan, Noah sendiri tak dianggap dalam keluarga Arcanorius yang terkenal dalam pengendalian sihir dan keturunan mereka kebanyakan bisa menggunakan dua sihir spesial dan berbakat dalam semua sihir elemen.

Setelah melihat Raia yang sangat cepat dalam menyerang, mereka berdua sekarang menanggap kalau rumor buruk mengenai Noah Arcanorius tidaklah benar. Kai benar-benar tak percaya dengan kejadian ini, ketika melihat Noah secara langsung dirinya jadi teringat saat ayahnya berkata kalau, "Kau tahu? Seseorang yang tak menonjol dalam hal apapun biasanya sangat kuat, lho?"

Tanpa aba-aba, Argon melangkah maju lalu menghilang dalam kepulan partikel. Secara mengejutkan, ia muncul tepat di hadapan Raia dengan kedua lengan berapi membara, mengarah langsung ke kepalanya.

Sekali lagi, Raia menyunggingkan senyum angkuh sembari bersitatap dengan Argon yang menyerangnya. Ia melangkah maju, hampir membiarkan tinju berapi Argon menyentuh mata birunya. Namun, dalam gerakan tak terlihat, Raia melepaskan sihir dari langkah kakinya. 

Keheningan mencekam merasuk, menggangu pikiran semua yang hadir. Argon seakan terseret dalam ruang hampa serba putih. Kesadarannya menguap dalam sekejap.

Tanpa ampun, Raia menyerang dagu Argon dari bawah dengan tinjuan tangan kanannya yang diperkuat sihir miliknya sendiri. Pukulan itu melemparkan tubuh Argon yang tak sadarkan diri ke udara sebelum jatuh menghantam lantai dengan dentuman keras.

Meski tak terlalu tinggi, efek jatuhnya seakan lantai retak tak sanggup menahan bobot tubuhnya. Kepulan debu dan retakan merambat dari titik hantaman itu.

Hening sejenak sebelum kehancuran kembali merajalela.

Kilatan ketakutan melintas di mata Aron dan Kai yang terpaku, "Siapa sebenarnya Noah?". Namun pertanyaan mereka mengarah ke siapa yang membuat Noah menjadi seperti ini? Tidak ada jawaban pasti dikepala mereka berdua, hanya ada banyak asumsi yang tak jelas.

Tentu saja mereka tak akan mengetahui siapa Noah sebenarnya, selama Raia Astrydia masih mengendalikan tubuh itu maka selamanya akan dikenal sebagai Noah. Keberadaan Raia Astrydia sang penyihir legendaris hanyalah mitos di zaman sekarang, tak akan ada yang percaya jika dirinya akan kembali ke dunia ini.

Kekalahan telak Argon si mantan prajurit terkuat hanya dalam sepersekian detik menggambarkan sedikit dari kemampuan Raia yang sesungguhnya. Tetapi misteri masih mengitari - apakah maksud di balik sihir mengerikan yang ia kuasai?

Di sisi lain, wanita anggun keturunan Everbloom tetap berdiri tenang dengan senyum samar menghiasi bibirnya. Seolah memahami lebih banyak dari apa yang tampak di permukaan. Pertanda bahwa masih banyak rahasia terpendam yang akan segera tersingkap.

Apakah Argon benar-benar kalah telak? Rasanya tidak mungkin kalau mantan sang prajurit terkuat kalah hanya dengan sekali pukulan. Apakah ia mempunyai rencana lain atau dirinya benar sudah kalah? Tak ada yang tahu, Argon sekarang jelas terpakar diatas lantai yang hancur.

AstrydiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang