🔆
Matahari terlihat mulai mengintip diantara dua gunung yang bersandingan,menampakkan cahaya ke-merahan yang terkesan menghangatkan.Kiara menutup ransel hitam miliknya setelah selesai mengemasi pakaian dan perlengkapan lainnya untuk dibawa ke-kosan miliknya dan teman nya nanti.
Rencananya ia dan zhora temannya akan berangkat pukul 07:00 jika menurut perjanjian diawal. Namun,sudah sekian lama kiara menunggu zhora belum juga menampakkan batang hidung nya. Kalau begini ceritanya mereka berdua bisa tertinggal oleh kereta api yang dijadwalkan berangkat pukul 08:00 pagi.
Kiara mengusap layar ponselnya dan mencari kontak milik sang kawan yang tak kunjung tiba itu, menempelkan ponselnya pada telinga setelah telpon terhubung pada zhora.
"Masih lama kah,Keretanya berangkat jam delapan loh ini!" Kiara berbicara dengan nada yang terdengar sedikit kesal.
Bibirnya mencebik kesal mendengar jawaban zhora yang ternyata sedang buang air besar. Sambil tangan menenteng ransel hitamnya, Kiara berjalan kedepan teras dan menemukan ibunya yang tengah berbincang dengan sang kakak."Masih belum dateng teman mu itu? Stasiun dari sini jauh loh!". Sang ibu berucap setelah menghampiri kiara yang tengah duduk sambil menatap isi ponselnya. Ia dapat pesan dari zhora bahwa ia akan segera datang untuk menjemput.
Kiara menghembuskan nafas lega setelah penantian lama menunggu zhora yang sangat tepat waktu ini. Zhora sudah cengengesan diatas motor MIU hitam miliknya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah seperti simpol peace. Sambil sedikit menggerutu kiara akhirnya berpamitan pada sang ibu yang tengah duduk di sampingnya.
"Bu. Kiara berangkat dulu ya,do'ain semoga disana lancar!" Pamit kiara setelah mencium tangan ibunya. Ibu kiara tampak menepuk pundak kiara sambil mengangguk.
"Iya, semoga disana krasan dan bisa lancar rezekinya!" Jawab sang ibu kemudian memeluk putri bungsunya yang ternyata sudah beranjak dewasa sekarang.
Sedikit berat sebenarnya untuk melepas putri bungsunya itu, tapi bagaimana pun kiara juga berhak untuk memutuskan apa yang ingin dia lakukan. Apalagi posisinya sang ibu sudah tak mampu untuk melanjutkan sekolah kiara sampai kuliah. Makanya ia tidak bisa jika terlalu mengekang kiara saat kiara memutuskan untuk merantau saja di kota.
Sebagai orang yang terbiasa dikampung, pasti akan banyak hal-hal yang sangat berbeda dengan kehidupan nya dikota nantinya. Tapi kembali lagi itu semua keputusan kiara, dan ia hanya bisa berdoa kiara akan aman, nyaman, dan senang di sana. Itu yang terpenting.
*********
Kereta api yang kiara dan zhora tumpangi sudah berjalan dari lima menit yang lalu. Mereka duduk di gerbong satu, berhadapan dengan sepasang muda-mudi yang kelihatan tengah dimabuk asmara. Mereka terlihat saling berpegangan tangan sambil mengucapkan kalimat yang menurut kiara sangat menggelikan.
Kiara dan zhora saling menatap, seakan akan berbicara lewat gerakan alis yang kiara buat. Zhora tampak menggedikkan pundaknya sambil menatap sinis pasangan alay yang ada dihadapan nya sambil merotasikan mata malas.
Terik matahari menerpa wajah kiara ketika kakinya menyentuh stasiun kota. Suara berisik kendaraan mendominasi tidak seperti didesa yang lumayan jarang ada kendaraan seramai ini. Aroma aneh khas kota menyeruak menusuk hidung kiara yang tak terbiasa, terasa sangat asing bagi kiara yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di kota.
" ini kita langsung ke lokasi kan ya?." Zhora melontarkan pertanyaan pada Kiara setelah mereka berdua keluar dari kereta dan duduk disalah satu cafetaria dekat dengan stasiun. Mungkin mereka akan makan terlebih dahulu sebelum pergi ke kosan yang telah mereka sewa beberapa hari yang lalu, semoga saja sesuai dengan apa yang mereka bayangkan.
"Iya. Habis sarapan kita langsung gas aja kesana." Jawab kiara sambil berfokus pada ponselnya, ia tengah memesan ojek online untuk perjalanan nya nanti.
Kemarin sebenarnya ada rencana untuk motoran berdua saja,karena naik kereta menurut zhora merepotkan. Namun, orang tua mereka dengan kompak menolak keinginan kiara maupun zhora,jadilah seperti ini demi kesejahterahan bersama.
*****
Pengharum ruangan beraroma bunga langsung menyambut hidung kiara ketika ia membuka pintu kosan miliknya.
Ruangan yang cukup luas sebenarnya jika di tinggali hanya berdua saja dengan zhora. Kiara memindai seluruh isi ruangan itu. Dengan gaya minimalis ala kosan dengan tembok yang bercat hijau stabilo.Kasur ukuran normal yang sebenarnya cukup untuk menampung dua orang jika bukan kiara dan zhora yang menempatinya. Mengingat tidur mereka berdua yang benar benar jauh dari kata anggun.
Sebuah lemari besar warna coklat gelap berada di pojok ruangan berjajar dengan meja ukuran sedang, cukup rapi lah menurut kiara. Tapi mungkin nanti mereka akan merombak nya lagi dengan gaya mereka."Aku nanti ajalah beresin bajunya, mau bobok dulu. Capek banget!" Ucap kiara setelah berhasil mendaratkan pantatnya pada kasur yang cukup nyaman dan wangi itu, ia terlelap dengan cepat. Syukurlah hari pertama di kota orang ini berjalan lancar, kiara harap kedepan nya akan berjalan lancar seperti ini juga, semoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi Dirimu
De TodoSosok argin yang membuat kiara bingung akan apa yang ada dalam fikirannya, terkadang membuat kiara merasa dicintai tapi disisi lain argin juga memperlakukan hal yang sama pada wanita lain. kiara dibuat bimbang apakah ia harus maju atau mundur...