Suara ketukan pintu terdengar, mengusik tidur kiara yang tidak terlalu nyenyak itu. Susah sekali ternyata jika tidur dengan tangan yang di gips seperti ini.
Kiara membuka matanya, menatap pintu berwarna biru pastel yang tampak asing dimatanya itu. Ia kembali tersadar kalau dia masih berada dirumah sakit, dengan infus yang masih tertancap di tangan nya.
"Masuk!" Kiara bersuara setelah membetulkan tubuhnya agar duduk bersandar dibangsal rumah sakit yang terasa tak nyaman itu.
Pemuda dengan rambut yang masih berantakan itu masuk, tersenyum dengan tangan yang menenteng rantang berisikan sarapan untuk kiara. Ternyata ucapannya kemarin yang bilang ingin merawat kiara gin serius.
"Gimana, udah baikan ra?" Tanya gin sambil berjalan mendekat pada kiara, kemudian duduk disamping bangsal kiara dan membuka makanan dalam rantang itu. Aroma lezat menguak saat gin membuka penutup rantangnya.
"Aman kak, udah mendingan." Kiara menjawab sambil menampakkan senyum manisnya, matanya tak lepas pada makanan yang kini ada di tangan kiri gin itu, terlihat sangat menggoda.
"Ini kak gin bikin sendiri?" Mata kiara menyipit curiga saat gin hanya senyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Tak tau saja kiara, bahwa pagi pagi buta tadi gin dengan kurang ajarnya mengganggu waktu tidur harris yang baru saja terlelap karena lembur. Niat hati ingin memasak sendiri, tapi gin pun sadar bahwa skill memasaknya itu sangat meragukan.
Nanti bukannya sembuh, yang ada malah makin sakit kiara karena memakan masakan gin. Alhasil, harrislah yang menjadi korban dipaksa dengan sekuat tenaga oleh gin agar mau memasakkan sarapan untuk kiara.
Dan dengan sifat tidak enakan harris yaitu tipe manusia yang susah sekali menolak permintaan orang, mau tak mau dengan mata yang sudah seperti panda harris memasak dengan rasa malas dan sedikit keluhan pada gin. Untung saja harris memang manusia yang berbakat dalam memasak, jadi tetap enak.
"Ayok, aak dulu aku suapin!" Ucap gin, mengabaikan pertanyaan kiara dan menodongkan sendok berisi nasi dan semur ayam yang dimasak oleh harris tadi.
Kiara menggelengkan kepalanya menolak, mencoba merebut sendok yang ada pada tangan gin, dan pastinya ditolak oleh gin melarang kiara untuk makan sendiri.
"Aku bisa sendiri kak gin." Kiara memasang wajah kesal saat gin tetap keukeuh ingin menyuapi kiara yang sedang duduk bersandar itu.
"Gaboleh! Aku aja, kamu tinggal mangap." Gin tetap memaksa sambil memajukan terus sendoknya kedepan mulut kiara yang tertutup itu, mau tak mau akhirnya kiara pun menerima suapan itu sambil sedikit mengumpat dalam hatinya.
Kuatkan hati kiara yang semakin melemah saat gin melakukan hal manis untuk nya ini.
"Kak gin bukannya kerja?" Tanya kiara penasaran, karena gin yang terlihat seperti orang bangun tidur terlihat dari tampilanya, dilihat pun sepertinya dia cuma cuci muka dan gosok gigi saja tanpa mandi saat akan kesini.
"Enggak, aku udah izin beberapa hari soalnya habis kecelakaan." Jawab gin santai sambil menyuapkan lagi nasi kedalam mulut kiara.
Suasana senyap menyelimuti keduanya yang terlihat saling diam, hanya gin yang melakukan gerakan berulang menyuapi kiara sampai nasi dirantang itu tersisa sedikit.
"Waduuuuhh keduluan ya aku?" Zhora muncul dari balik pintu, mengejutkan dua manusia berbeda gender yang tengah asik dengan pemikirannya masing masing.
Zhora tampak membawa tas berukuran sedang, berisi pakaian ganti untuk kiara dan beberapa cemilan. Karena luka didahi kiara yang terlihat cukup dalam membuat kiara harus dirawat inap dulu karena takut kalau kiara terkena gagar otak ringan oleh benturan.
"Enggak kok!" Jawab kiara sambil menerima suapan dari gin. Sedikit malu sebenarnya jika zhora melihat saat ia disuapi oleh gin, sebenarnya hubungannya dengan gin apasih?
"Udah santai aja, lanjutin kegiatan kalian berdua. Aku cuma mau naruh ini terus berangkat kerja kok." Ucap zhora kemudian meletakkan tas berukuran sedang itu dinakas sebelah bangsal kiara. Kemudian pamit keluar karena ia harus berangkat kerja.
Suasana sunyi selanjutnya kala zhora keluar dari sana. Kiara hanya diam sambil sesekali menatap gin yang dengan telaten menyuapinya itu, luka baret di pipinya tampak sedikit mengering. Tak apa wajah gin tetap mempesona kok dimata kiara.
"Kak gin gak keberatan nyuapin aku begini?" Tanya kiara membuat gin menghentikan kegiatan nya itu. Gin menatap kiara sambil menunjukkan senyum teduh nya.
"Kenapa keberatan? Sebagai teman yang baik kita memang harus saling membantu kan, lagipun aku masih merasa bersalah sama kamu." Ucap gin, dan itu langsung membuat kiara yang awalnya tersenyum senang jadi tersenyum karir. Ingat kiara , jangan lupakan itu lagi ' sebagai sesama teman' kata gin.
"Teman ya...?" Gumam kiara dengan suara lirih, gin tidak terlalu terdengar dengan suara lirih kiara itu.
"Apa ra? Aku nggak denger." Ucap gin sambil sedikit mendekatkan telinganya pada kiara yang wajahnya tampak masam itu.
"Awww aduhh, aku salah apa lagi ra?" Gin sedikit berteriak kala telinga gin dengan sangat gemas di jewer oleh kiara dengan penuh rasa dendam. Rasa kesal kiara mengalahkan rasa ngilu yang kiara rasakan saat ini karena belum minun obat.
"Gatau, aku kesel aja sama kak gin. Udah sana pergi pergi." Kiara mengusir gin sambil mendorong dorong pundak gin dengan tangannya yang diinfus. Gin dengan wajah polosnya tampak kebingungan lagi. 'Aku salah apa lagi?' Batin gin berfikir keras tentang kesalahan apa yang ia buat hingga kiara kesal.
"Ih, gitu banget ngusir aku!" Gin menggosok gosok telinganya yang sepertinya memerah itu. Tenaga kiara memang tak main main meskipun kecil begitu.
Kiara tak menggubris gin yang tengah mengadu kesakitan itu. Ia bersendekap dada sambil mengerutkan bibirnya tak menatap ke gin.membuat gin ingin sekali mengikat bibir kiara yang maju beberapa senti itu.
"Ra ih kenapa si?" Gin mendekat sambil memegang bahu kiara berharap kiara mau berbalik kepadanya dan menjelaskannya. Namun kiara tak memperdulikan nya dan tetap melengos tak memperdulikan gin.
"Kiara!" Suara gin tampak berubah menjadi lebih lembut saat memanggil kiara yang kedua kalinya. Dengan reflek kiara menoleh dan dihadapkan dengan wajah tampan gin yang begitu dekat. Ia bisa merasakan deru nafas gin yang hangat menerpa wajah kiara yang tampak mulai memerah.
Dari situ ia bisa melihat betapa mancungnya hidung gin yang terpahat sempurna itu. Tatapan tajamnya mampu membuat kiara terhipnotis agar terus menatap manik hitam itu. Gin pun tampak terdiam saat wajahnya terlalu dekat dengan kiara saat ini.
Gin bisa melihat mata kiara yang bergerak tak aturan karena salting. Bulu mata kiara yang panjang terpampang jelas dimata gin, dengan jarak sedekat itu bahkan gin bisa melihat bulu mata kiara yang jatuh diatas pipinya.
"ASTAGAAH! HEH KALIAN NGAPAIN."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi Dirimu
De TodoSosok argin yang membuat kiara bingung akan apa yang ada dalam fikirannya, terkadang membuat kiara merasa dicintai tapi disisi lain argin juga memperlakukan hal yang sama pada wanita lain. kiara dibuat bimbang apakah ia harus maju atau mundur...