Zhora dengan wajah lelah dan rambut berantakannya tengah berlari dengan perasaan panik bersama souta, arion, dan juga harris. Mereka berlari melewati koridor rumah sakit yang terasa amat panjang itu.
Di hari yang hampir pagi itu zhora mendadak dikejutkan dengan panggilan dari nomor kiara, namun dengan gin yang berbicara memberi kabar bahwa mereka tengah dirumah sakit.
"Dimana ini ruangannya?" Arion tampak mengamati ruang pasien dan belum juga menemukan ruangan yang tadi sempat di infokan oleh gin.
Siapa yang tidak terkejut, saat arion bersiap untuk tidur karena lelah sehabis bekerja. Gedoran pintu dari zhora membuat ia kaget dan lebih lagi informasi dari zhora yang mengabarkan bahwa gin dan juga kiara kecelakaan semakin membuat jantungnya berdebar.
Tanpa babibu arion pun langsung bergegas kerumah sakit sekalian membawa zhora yang tampak tak memiliki kendaraan pribadi itu. Siapa yang tidak panik coba kalau zhora dengan mata memerah sambil menangis bilang kalau kiara tidak sadarkan diri karena kecelakaan.
"Arion!" Gin memanggil membuat langkah arion dan yang lainnya langsung terhenti dan mengalihkan atensinya.
Betapa leganya arion melihat laki laki yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu tampak baik baik saja. Ya walaupun ada beberapa goresan luka cukup ketara dibeberapa bagian tubuh gin. Juga perban yang sudah terpasang rapi melilit betis kanan gin.
"Lu gapapa kan?" Arion menghampiri gin dengan wajah paniknya, ia benar benar khawatir kalau terjadi sesuatu yang serius pada sahabatnya itu.
"Gue aman, tapi kiara..." Gin menundukkan wajahnya dengan raut bersalah yang tampak jelas. Bahunya bergetar menandakan bahwa ia benar benar takut saat ini.
"Kiara kenapa, dia gapapa kan?" Zhora langsung maju dengan nada bicara yang cukup naik, berhasil membuat gin semakin takut. Zhora tak berniat marah pada gin, tapi reflek saja karena sangking paniknya.
"Dia masih belum sadar." Jawab gin dengan nada yang benar benar lirih, zhora tak bisa menahan tangis nya lagi karena sahabatnya itu belum juga sadarkan diri.
Lemas kaki zhora rasanya saat ucapan gin tadi telontar. Ia tak tau harus bilang apa pada ibu kiara nantinya dengan keadaan anaknya yang seperti ini.
"Yang bener aja kamu gin, jangan bikin panik!" Souta ikutan ngegas karena panik juga. Gin hanya menganggukkan kepalanya lemas.
"Ta-pi kata dokter dia gapapa, cuma tangannya bakal di gips karena tulang nya retak." Jelas gin dengan nada pelan.
Zhora sedikit merasa lega karena temannya itu baik baik saja. Salah kan gin yang menjelaskan dengan bahasa yang ambigu, sehingga membuat zhora dan yang lain panik duluan.
*******
Kiara merasakan nyeri dikepalanya saat ia membuka mata. Tatapan yang awalnya buram mulai fokus menampakkan wajah wajah cemas saat menatap kiara yang tengah terbaring itu. Otaknya mengingat kejadian beberapa jam lalu saat ia terpental dari motor.
"Syukurlah kamu sadar ra." Suara lirih sambil terisak terdengar membuat kiara langsung terfokus pada sosok itu. Gin dengan hidung merah nya tampak tak bisa menahan tangisnya saat melihat kiara membuka matanya.
"Eh kok nangis?" Kiara tampak bingung menatap gin yang ada dihadapannya itu, menggenggam tangan kiara yang tertancap selang infus itu.
"Maafin aku, ini gara gara aku!" Gin memeluk kiara dan sedikit terisak di pundak kiara, bahu gin bergetar karena itu. membuat yang lain sebenarnya agak salah tingkah, Bingung mau bereaksi apa.
"Ehh?" Kiara yang kebingungan tampak menatap zhora yang berdiri disebelah souta, dan hanya dikode oleh zhora untuk membiarkan saja apa yang gin tengah lakukan itu, memeluk kiara.
Kiara yang bingung hanya bisa menepuk nepuk punggung gin yang masih memeluknya erat menindih tangan kiara yang terbalut gips.
"Udah?" Tanya kiara setelah beberapa menit gin nemplok di bahunya dan kini melepaskan pelukannya itu. Gin dengan mata merahnya tampak lucu dimata kiara, apalagi saat dia menarik ingus yang terus terusan ingin keluar itu.
Lagi lagi, kiara melihat sisi lain dari seorang argin. Bahkan arion dan souta tampak terkejut melihat argin yang bisa menjadi seperti itu karena kiara, tapi tetap saja tidak peka.
"Lu baik baik aja kan ra?" Zhora kini mendekat setelah gin memundurkan tubuhnya sibuk dengan air mata dan ingus yang kemana mana, harris dengan kantong ajaibnya memberikan beberapa lembar tisu untuk gin.
"Aman, tapi keknya gue gabisa kerja dulu!" Jawab kiara kemudian memasang wajah cemberutnya. Zhora tampak sedikit menoyor kepala kiara yang diperban itu dengan kesal.
"Jangan itu dulu yang dipikirin, istirahat!" Omel zhora kemudian hanya diberikan ringisan aneh milik kiara.
Ruangan bernuansa putih dengan bau yang khas itu tampak hening setelahnya. Arion dan souta masih menenangkan gin yang sudah diam tapi air mata dan ingusnya tetap bergantian ingin keluar. Dan harris? Dia sedang keluar untuk membelikan makanan pada semua, ia ingat kalau mereka berempat. Souta, arion dan zhora belum makan sejak sore.
"Ini aku patah tulang kah?" Kiara bertanya kepada siapa saja yang mendengarkan saat melihat sebelah tangannya yang di gips itu. Kepalanya masih terasa nyut nyutan sebenarnya.
"Syukurlah gak sampe patah, tapi retak."jawab zhora dan diangguki oleh gin yang suasana hatinya sudah mulai reda. Kiara ingin mencubit hidung gin yang tampak merah itu rasanya.
"Maaf ra!" Cicit gin sambil mendekat lagi ke kiara setelah isak tangisnya mereda. Dan kiara mengerutkan alisnya karena permintaan maaf dari gin itu.
"Kak gin kenapa minta maaf? Namanya musibah ya gaada yang tau kan, jadi kak gin nggak salah kok!" Ucap kiara mencoba menenangkan hati gin yang gusar itu.
"Tapi kalo aku gak ngotot ngajak kamu kan gak kek gini jadinya." Gin menundukkan kepalanya membuat kiara tersenyum gemas kemudian dengan lembut menepuk nepuk kepala gin yang setara dengan dia, karena kiara berada di posisi duduk dan gin pun juga begitu.
Gin yang terkejut langsung menatap kiara dan mendapati kiara yang tengah tersenyum gemas itu.
"Enggak, kak gin gak salah udah gausah merasa bersalah lagi kek gitu. Gak cocok!" Ucap kiara kemudian yang lain yang mendengarnya itu tampak menahan senyum nya karena faham, bahwa kiara sebenarnya sekalian menyindir gin yang dari awal tidak peka pernah itu sudah melukai perasaan kiara dan tak merasa bersalah.
"Tetep aja! Aku bakalan tanggung jawab pokoknya, kamu aku rawat selama kamu sakit ini." Ucap gin dengan wajah yang serius itu. Kiara dan lain pastinya terkejut dengan ucapan yang baru saja gin lontarkan itu.
"Apa sebaiknya kamu gak pulang aja dulu? Istirahat!" Arion bersuara setelah sekian lama diam memberikan saran untuk kiara.
Kiara menjawabnya dengan gelengan.
"Nanti kalo aku pulang dengan keadaan kek gini ibu aku khawatir, dia kalo pikirannya mumet bakalan down." Jawab kiara membuat arion menganggukkan kepalanya faham.
"Gapapa dikos aja, temen mu ini pernah jadi perawat kok!"
Zhora memaklumkan apa yang ditakutkan oleh temannya itu."Emang iya? Aku gatau tuh!" Kiara tampak terkejut dengan fakta itu, sejak kapan
Zhora pernah menjadi perawat?"Iya, ngerawat kucing tapi!" Zhora meringis di akhir kalimatnya membuat kiara menyipitkan matanya kesal, padahal kiara serius menanggapinya. Ternyata zhora hanyalah zhora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi Dirimu
De TodoSosok argin yang membuat kiara bingung akan apa yang ada dalam fikirannya, terkadang membuat kiara merasa dicintai tapi disisi lain argin juga memperlakukan hal yang sama pada wanita lain. kiara dibuat bimbang apakah ia harus maju atau mundur...