BAGIAN 16. GARA GARA KUCING

19 2 2
                                    




🔆




Kiara menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan nya dengan perlahan bersamaan dengan senyuman yang terukir diwajahnya. Harinya saat ini cukup membuatnya bahagia karena ia baru saja mendapatkan gaji dan baru saja mengtransfer sebagian gajinya untuk sang ibu yang berada di kampung.

Matanya tertuju pada laki laki yang tampak tersenyum polos berdiri menjulang tepat didepan pintu kamar kosnya. Zhora tengah bekerja dan belum pulang, jadi tidak ada yang bisa mengusir gin yang sejak sore tadi amat sangat merepotkan bagi kiara. Untung habis gajian, jadi mood nya tetap baik.

"Kak gin ga cape?" Tanya kiara kemudian menghampiri gin yang tengah membawa helm, sejak tadi ia bersikap kekanakan membujuk kiara yang tampak tak mau diajak keluar malam.

"Enggak, sebelum kamu mau aku ajak jalan keluar!" Jawab gin yang tetap keukeuh dengan pendiriannya. Katanya ia merasa kiara masih marah dengan nya makanya ia mengajak kiara sebagai tanda permintaan maaf.

Bahkan gin tak tau dimana letak kesalahan nya. Kiara masih saja kesal dengan kejadian tempo hari itu, dan gin malah terus terusan membuatnya mengingat hal yang ingin sekali ia lupakan itu.

"Kak gin gak salah apa apa, dan aku gak marah sama kak gin!" Gin menggeleng membuat kiara mendengus kesal menghadapi gin yang ternyata cukup keras kepala ini. Ia membuang nafas berat kemudian dengan langkah malas menghampiri gin yang tetap dengan senyumannya. Oke kiara kalah!

"Tunggu bentar aku ganti baju dulu!" Jawaban kiara mampu membuat gin semakin melebarkan senyumnya, dengan antusias gin mengangguk dan memilih duduk sambil menunggu kiara yang tengah bersiap. Akhirnya usahanya tidak sia sia.

Setelah beberapa menit, kiara keluar dengan cardigan ungu pastel dan celana kulot warna putih menampakkan wajahnya pada gin. Gin tersenyum hangat sambil memberikan helm warna putih itu lagi kepada kiara.

"Kak harris gak nyariin ini entar?" Tanya kiara menerima helm yang beberapa minggu lalu sempat ia pinjam juga.

Gin menggelengkan kepala, dan tanpa menjawab menarik tangan kiara dengan lembut menuju ke motor scoopy yang sudah ia keluarkan terlebih dahulu itu. Prepare sekali pemuda ini.

Motor itu melaju dengan kecepatan sedang menembus jalanan kota yang terlihat masih ramai akan kendaraan yang berlalu lalang. Kiara cukup heran karena tidak biasanya gin melajukan motornya dengan santai, tenang, aman, dan nyaman seperti ini.

Tak lama motor itu berhenti pada warung mie ayam pinggir jalan yang terlihat tidak terlalu banyak pembeli itu. Gin memarkirkan motornya dan membantu kiara membuka helm yang dipakai kiara. Tolong ingatkan kiara agar tetap waras dengan perlakuan gin yang selalu membuatnya goyah itu.

"Makan dulu biar entar gak laper, soalnya rada jauh tempatnya!" Ucap gin sambil menggandeng tangan kiara yang rasanya ingin segera pulang saja. Sudah baper, yang bikin baper gapeka, tapi dibaperin mulu. Kiara ingin berteriak didepan muka gin serius deh.

"Emang mau kemana kita kak gin?" Tanya kiara dengan tangan yang berusaha melepaskan genggaman gin. Kiara juga merasa tak nyaman karena terlalu banyak mata yang melihatnya.

"Udah nanti ikut aja, aman sama aku pokoknya!" Gin menjawab sambil meletakkan kunci motor dan ponsel didepan kiara.

Gin tampak memesan makanan, sedangkan kiara saat ini lebih memilih sibuk dengan kucing jalanan yang mendadak mendusel ke kakinya. Mungkin kucing itu lapar dan ingin kiara memberikan makanan untuknya.

"Kamu suka kucing?" Tanya gin yang sudah kembali duduk setelah memesan. Matanya ikut tertuju pada kucing berwarna coklat dengan corak hitam itu. Kucing itu tampak mendengkur saat kiara mengelus nya dengan lembut sambil tersenyum lebar.

Dua Sisi DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang