BAGIAN 12. TAKUT SALAH FAHAM

12 3 0
                                    

🔆

Gin meregangkan ototnya yang terasa kaku setelah tidur setengah harian lamanya, matahari sudah mulai condong ke arah barat dan gin merasa demamnya sudah cukup reda sekarang. Syukurlah tadi kiara merawatnya dengan baik..wait, bukan kah tadi kiara ada disini?

Gin segera menegakkan tubuhnya dan mengamati sekitar, mencari gadis dengan mata belo yang tadi sempat masuk ke kamarnya  dan menyuapinya. Astaga gin jadi agak terbawa suasana jika mengingat hal itu.

"Nyari siapa?" Gin terkejut mendengar suara bernada tenor yang cukup memekik telinganya. Pemuda berwajah jepang itu tampak memasang wajah menyebalkan dimata gin.

Souta tampak tengah berfokus pada layar laptopnya sambil sesekali menyeruput minuman soda yang ada dimejanya itu. Gin   tampak mencari mangkok dan gelas bekas yang tadi ia pakai untuk makan bubur buatan kiara. Siapa tau kiara lupa membawanya yakan.

"Cari kak kiara? Udah pergi dari tadi siang pas lihat aku pulang sekolah." Souta menjelaskan seakan akan tau apa yang ada dalam kepala gin sekarang.

Gin jadi berfikir, berati cukup lama kiara menunggunya tidur sampai souta pulang. Ia jadi merasa sungkan karena merepotkan kiara yang gin yakin pasti dia juga lelah karena sudah begadang dimalam hari karena sift malam. Paginya malah harus menjaga gin yang sakit karena kecerobohan gin sendiri.

"Mau kemana lu?" Souta reflek menoleh saat melihat gin dengan muka bantalnya itu berdiri dan berjelan kearah pintu. Bahkan rambut gin terlihat seperti singa karena tidur selama itu.

"Mau keluar bentar sou." Jawab gin menoleh kearah souta membuat souta memelototkan matanya kaget. Yang benar saja gin keluar dengan penampilan macam gembel itu.

"Mandi dulu kek, bau iler tau!" Souta menyindir membuat gin menatap dirinya sendiri dan tersenyum canggung merutuki kebodohannya itu. Kakinya berputar balik mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi setelah souta menegurnya.

*****

Kiara mengikat rambutnya dengan rapi sambil menatap kaca. Meneliti kembali takut takut kalau lipcreamnya menempel di gigi, kiara bahkan berkali kali harus menyipitkan matanya untuk sekedar melihat apakah eyelinernya sudah sama atau belum.

Zhora yang melihat kiara ribet sendiri itu tampak gemas ingin segera mengusir nya keluar dari kosan, ini sudah waktunya ia berangkat dan kiara masih riweh saja dengan makeup nya itu.

"Buruan berangkat woy!" Zhora tampak emosi memutar bahu kiara agar segera berangkat karena jika tidak ia akan telat masuk kerja, dan sudah pasti zhora ingin segera tidur karena sudah lelah seharian bekerja.

"Iya sabar ngapa, lagian kamu kok pulang lebih awal si?" Kiara tampak heran dengan zhora yang tadi pulang lebih awal dari jadwal yang ada. Apakah kiara juga akan mendapatkan potongan jam kerja?

"Gatau, aku mah cuma ngikut." Zhora tampak acuh dan segera membenamkan kepalanya pada bantal yang terasa nyaman itu. Yang zhora inginkan saat ini adalah tidur dengan nyaman.

"Dih, yaudah aku berangkat kerja dulu." Kiara akhirnya berpamitan setelah memantapkan dirinya setelah sekali lagi menatap cermin. Dan zhora hanya menjawab dengan menggunakan jempolnya, lalu melambaikan tangan nya menyuruh kiara segera pergi dengan posisi wajah yang ditutup dengan bantal. Sangat kurang ajar.

Dengan perasaan dongkol kiara mengumpat pelan, tak menyadari kalau sudah ada manusia yang berdiri tepat di depan pintu kosan nya tengah menunggu kiara keluar.

"SETAANN...kak gin astagah kebiasaan deh!" Kiara hampir memukul wajah tampan gin yang tepat di depan nya itu. Sedangkan gin hanya cengengesan setelah ikut kaget karena teriakan kiara, untung gin tidak ikut mengumpat saat kaget. Mulut gin lebih indah lagi soalnya kalau mengumpat.

Kiara memasang sepatunya dan menatap bingung gin yang masih berdiri ditempatnya menunggu kiara selesai melakukan kegiatan nya itu.

"Gak berangkat kak?" Kiara bertanya setelah selesai memasang sepatu kanan nya dan beralih pada sepatu kirinya.

" kan nunggu kamu." Jawab gin sambil memasukkan sebelah tangan nya itu ke kantong celananya, kemudian tangan satunya lagi tengah menenteng helm .

"Loh?" Kiara mengerutkan dahi, ia berfikir keras sejak kapan ia berjanjian untuk berangkat bareng dengan gin, perasaan tadi kan gin tengah berbaring lemah seperti bayi rubah yang terluka.

"Kenapa? Aku ngajak kamu bareng berangkatnya, biar hemat udah ayuk!" Gin menarik tangan kiara dengan lembut setelah melihat kiara yang menyelesaikan acara tali menali sepatunya itu.

Sedangkan kiara hanya bisa pasrah mengikuti langkah lebar gin yang cukup membuatnya kerepotan, perbandingan tinggi mereka cukup jauh membuat kaki kiara yang pendek jadi berlari kecil mengikuti cara berjalan gin yang langkahnya lebar.

*****

Motor scoopy hitam milik gin membelah jalan. Sisa cahaya matahari yang tampak kemerahan di arah barat membuat suasana terasa nyaman untuk anak pengagum senja seperti kiara.

Jemari mungil kiara menggenggam erat jaket gin karena cara naik motor gin yang seperti menantang malaikat maut itu. Entah sudah doa apa saja yang dirapal kan kiara dalam hatinya sangking kencangnya.

"Kak gin..bisa pelan pelan aja gak? Takuuut." Kiara berucap sambil sedikit berteriak agar gin bisa mendengar suaranya yang terbawa angin.

"Hah...? Gak denger ra!" Gin ikut berteriak karena telinganya tak mendengar begitu jelas suara dari kiara. Genggaman kiara semakin kuat kala gin dengan santai menyalip beberapa pengendara motor yang lainnya.

"PELAAN...PEEELAAN!" Kiara benar benar berteriak tepat disamping telinga gin yang tertutup helm. Motor perlahan memelan, gin melirik sepion yang menampakkan wajah kiara yang tengah mencoba membuka matanya perlahan.

"Maaf, kebiasaan kalo naik suka ngebut!" Ucap gin menatap kiara ketika tatapan  mereka saling bertemu di spion. Gin tertawa pelan melihat wajah kiara yang terlihat imut saat ketakutan.

"Gapapa kak, zhora juga 11 12 nyetirnya kek kak gin." Jawab kiara kemudian memutuskan kontak mata mereka dan mengalihkan pandangannya ke ibu ibu yang naik motor belok kiri tapi sen nya ke kiri.

"Kak gin kenapa tiba tiba ngajak berangkat bareng?" Kiara cukup penasaran dengan tingkah laku gin yang membuatnya selalu saja salah faham.

"Sebagai ucapan terimakasih aja!" Jawab gin sambil memberhentikan motornya didepan cafe tempat kiara bekerja.

"Gausah repot repot begini lah kak gin, takutnya aku nanti yang salah faham kalo terus terusan begini." Ucap kiara dengan nada lirih hampir tak terdengar. Ia menurunkan kakinya dan berterimakasih pada gin.

"Gimana ra? Aku gak denger kamu tadi ngomong apa." Suara kiara yang lirih tadi ditambah dengan bisingnya suara kendaraan yang lewat, membuat gin jadi tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan kiara tadi.

"Bukan apa apa, makasih kak gin tumpangan nya. Aku masuk dulu." Kiara segera lari tanpa memperdulikan gin yang masih penasaran dengan apa yang tadi sempat kiara ucapkan.

Dua Sisi DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang