03. TAMAN

39 5 0
                                    

Suasana yang mengasyikkah untuk melakukan sesuatu memecah kebosanan. Hujan Lebat Turun pertama kali membuat Hati yang kelam terasa lebih gelap. Dengan gitar di pangkuannya, Duduk lesehan di lantai di depan pintu Balkon mengarah ke arah langit yang sedang memperlihatkan air matanya.

Vincent mulai Memainkan Melodi acak yang sesuai dengan suasana hatinya yang bimbang. 

Ting!.

"hai, Disana Hujan?. tetap di rumah ya.."

Melirik ke arah Layar Handphone yang hidup, Dari Papan notifikasi ia melirik pesan yang masuk, Nomor yang tidak ia kenal. Vincent Menghela nafas mengabaikan pesan Itu lalu kembali bengong dengan memetik Gitarnya.

Jrengggg!.

Jrenggg!!.

TOK TOK TOK. 

Bersamaan dengan petikan dasar yang ia nadakan, Vincent menoleh ke arah pintu Lalu kemudian ia tersenyum. 

"Masuk!." Ujarnya sedikit teriak.

Suara decitan pintu mulai terdengar membuat Vincent tidak henti hentinya untuk melunturkan senyumnya sampai kedatangan Gadis itu menampakkan dirinya...

"Acitt.. Kenapa jaketnya nggak di pakai?." Tanyanya lembut

Gadis itu melangkah kan kakinya mendekat, Berjalan mendekati Vincent dengan wajah bingungnya. "Jaket.. mana?." Ulang Vincent yang membuat Gadis iotu memiringkan kepalanya lalu kemudian ia berujar.. "Hooo?."

Namanya Haisya Citra, Adik Kandung Vincent yang spesial, Berumur sembilan tahun memiliki keterbatasan dalam berbicara, Dia bukan Tuli, Buta, atau Bisu. Awalnya, Citra sama seperti gadis normal yang Seusianya saat itu, Bermain dengan menampilkan senyum indahnya, tertawa bahkan berbicang dengan santainya sampai peristiwa 3 tahun yang lalu membuatnya tiba tiba seperti ini. 

Vincent menganggukkan kepalanya, "Lupa?." Tanyanya. Jika di Pikirkan dengan cermat maksud dari perkataan Citra sama sekali tidak ia mengerti, tetapi melihat ekspresi, Gerak tubuh, suasana hati Dan Dirinya yang Sudah bersama Citra dengan lumayan lama, maka ia terbiasa dengan itu dan akhirnya Ia mengerti.

Lihatlah sekarang, dengan tampang songongnya ia mengangguk seolah olah hal itu adalah hal yang patut di banggakan.

Melihat Ekspresi yang di tampilkan oleh Citra membuat Vincent terkekeh, lalu kemudian mengayunkan tangannya kedepan meminta Gadis itu untuk mendekat. "Sini." panggilnyaa.

Tanpa membantah, Citra mulai berjalan mendekat lalu kemudian duduk di pangkuan Vincent yang mana Tubuh Citra berada Di tengah tengah antara Vincent dan gitar miliknya.

tri ri ring...

 Petikan gitar mulai terdengar, Citra mendongak menatap wajah Vincent yang sudah mulai menganggukkan kepalanya mengikuti ritme musiknya. mengangkat tangannya tinggi tinggi lalu kemudian Memukul kepala Vimcent kuat yang membuat vincent harus berhenti memainkan Nadanya.

"aww.,, Apa yang terjadi?."

 Dengan menggembungkan pipinya, Citra menatap Vincent tajam dengan menunjuk keluar, Hujan sudah reda, Langit sore sudah mulai menampkakkan dirinya." Ahh aaa.. Aaa.." Ujarnya

"Kalau mau main, kenapa malah nurut ketika abang panggil, Hmm.." Ujar Vincent sedikit menunduk menatap Citra.

 Dengan perlahan, Citra mulai bangkit dari pangkuan Vincent, Memegang tangan Vincent erat lalu berusaha menariknya walaupun tidak ada pergerakan dari Vincent, Tetapi Citra tetap berusaha keras membuat Vincent bangkit.

Vincent menatap wajah Adiknya dengan tatapan Bingung, "Abang ikut?." 

Dengan Antusias, gadis itu mengangguk dengan mata yang berbinar, Menghela nafas singkat kemudian selang beberapa detik ia tersenyum. mau tidak mau Vincent bangkit dari duduknya, meletakkan kembali gitar di sampingnya, Dengan tangan yang masih di tarik oleh Citra. Melihat Vincent yang sudah berdiri, Rasa senang membuat Citra mulai menarik Vincent untuk ikut dengannya,  Dengan sedikit tertatih oleh tarikan Citra, Dengan perlahan Vincent mulai mengikuti.

Citra menarik tangan Vincent dan membawanya ke Arah Garasi, lalu kemudian menunjuk Motor Vincent yang sedang terparkir rapi, Setelah itu ia menunjuk dirinya sendiri, Dan kemudian menunjuk skateboard yang tak jauh Dari sana. 

Vincent menautkan alisnya mencoba memahami maksud dari ucapan Citra padanya, Sampai beberapa saat kemudian Vincent mengangguk . "Kemana?." Tanyanya

Citra menujuk Dagunya dengan berfikir, lalu kemudian ia mulai mengatakan idenya. "Taa ahaa."

Vincent mengangguk. "Yuk." ajaknya. Tanpa berganti pakaian, ia mulai membuka pintu garasi nya, dengan perlahan ia mulai mendorong motornya keluar, Menyalakan mesin Motornya, setelah nyala ia mulai mengendarainya,

Melihat Vincent yang sudah mulai bersiap siap, Citra pun juga ikut, Meletakkan skateboard di depannya, menaikkan sebelah kakinya ke papan skateboard, Dengan ayunan perlahan oleh kaki kirinya ia mulai melaju mengejar ketertinggalannya, ketika sudah berada di belakang motor Vincent. Citra mulai mengulurkan tangannya memegang behel motor untuk menjadikannya pegangan tangannya.

Setelah berada di posisi yang bagus, Citra pun menjadikan Motor Vincent sebagai bantuan untuk menggerakkan Skateboardnya.

Beberapa saat kemudian, Mereka pun sampai di taman. Walaupun Hujan Baru saja reda, taman yang berukuran 800 meter ini sudah di isi berbagai macam manusia, Baik itu Anak Anak, Remaja, Maupun orang dewasa, Laki Laki atau perempuan.

Tanpa menunggu Vincent yang sedang memarkirkan motornya, Citra sudah mulai masuk meninggalkan Vincent di belakang, Vincent tidak terlalu mempermasalahkan itu, Toh.. Citra mengetahui area sini lebih baik darinya.

Setelah selesai, Vincent mulai melangkahkan kakinya untuk menyusul Citra dari belakang, Dari jarak pandang tempat ia Melangkah, Vincent sudah melihat keberadaan Citra yang sedang meminkan Skateboardnya dengan berbagai macam atraksi.

Tersenyum simpul, berhenti di bangku yang tak  jauh dari tempat Citra berada, Vincent mulai menuduki tubuhnya di sana. Dengan bersandar di sandaran Kursi, Vincent mendongak menatap langit yang berangsur angsur mulai cerah itu Tanpa Henti, Ntah apa yang ada di pikirannya yang je-

"ah.. Kita ketemu lagi!."

 lagi dan lagi, Seorang gadis menyembulkan kepalanya di depan pandangnnya menghalangi dirinya untuk memandangi langit sore ini lebih lama. menghela nafas Ia Mulai menegakkan posisi duduknya, Dengan Vincent hanya diam mengabaikan gadis itu.

Ah siapa namanya tadi?. Sungguh Vincent sama sekali tidak ingat.

"Ternyata Ada untungnya juga kebosananku setelah Hujan Reda tadi." Ujarnya dengan tersenyum. Senyum yang juga palsu, Sudah jelas kalau Apa yang barusan ia katakan adalah kebohongan mutlak Karena Agnese adalah Gadis yang sangat Takut akan Musim dimana Air sedang turun itu.

Vincent hanya diam tanpa menjawab, hanya diam memandangi Citra yang sedang bermain skateboard Namun sesekali ia jatuh. Bukannya Khawatir dan membantu, Vincent malah tersenyum. Jika sekarang dia berada di dekat Citra, maka Ia akan tergelak menggoda Gadis itu.

"Anakmu?."

TBC
















































































































REWRITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang