Kelas yang sepi, Dimana semua siswa sedang pergi mengisi perut mereka mengistirahatkan Otak yang sudah di hantam habis habisan oleh Soal soal matematika.
Berbeda dengan Vincent, Pria itu sedang duduk di kelas dengan pena di tangan kanannya, sedangkan jari telunjuk di tngan kirinya tak sadar ia gigit, memikirkan soal yang ada di depannya, Mencoba untuk memecahkannya. Karena mau bagaimanapun ia sedikit penasaran dengan hasil Akhirnya. Karena sedari tadi dia mencoba, Jawabannya sama sekali tidak ia temukan.
Beginilah salah satu cara Vincent untuk mengendalikan suasana hatinya, Suasana yang hati yang sedikit kacau semenjak dari mall kemarin. Tidak ada yang baik yang terjadi, bahkan dirinya sampai bertengkar hebat dengan Aryan , karena salah faham dengan apa yang terjadi.
Sungguh, Otaknya sangat pusing memikirkannya, Kenapa hal ini bisa terjadi kepadanya, dia ingin membangun sebuah keluarga yang utuh. Walaupun dengan kekurangannya, kenapa sangat susah?.
"Vin.."
Panggilan pertama mulai terdengar, Vincent yang hanyut dalam fikirannya, memikirkan soal soal yang ada di depannya di tambaxh dengan Permasalahannya dengan Aryan, dia sama sekali tidak mendengarnya.
"Skyler Vincent." Suara yang terdengar kuat, dengan jari telunjuk yang mulai menusuk nusuk pipi vincent untuk mengganggu Pria itu, Vincent tersadar membuatnya terdiam sebentar. Menoleh ke arah sampingnya, dimana Gadis yang menjadi Sumber masalahnya berada tepat di sana, merebahkan kepalanya di meja sampingnya, menatapnya dengan tersnyum.
"Aah, Akhirnya kamu melihatku."
Vincent hanya melihatnya sebentar, lalu kemudian ia kembali menoleh ke arah Kertas yang ada di depannya, mencoba memikirkan jawaban dari soal soal itu lagi. Mengabaikan adalah suatu hal yang semestinya ia lakukan karena apapun alasan di balik itu, membuang buang energi adalah suatu hal yang mustahil Vincent lakukan. lagian Bukan Agnese orangnya yang mampu membuatnya memberikan setengah energinya. Karena gadis itu bukanlah siapa siapa yang pantas mendapatkannya.
"Vinn...cent..."ujarnya bernada mencoba mengganggu Pria itu lagi.
Vincent yang mulai tidak fokus, Mendecih jengkel dengan ekspresi tidak senang di wajahnya, menoleh kesamping menatap Agnese dengan tajam. "Diamlah!."
Agnese cemberut, kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja tanpa menoleh ke arah Vincent dengan pura pura merajuk."Kamu mengabaikanku.."
Vincent menghela nafas mencoba untuk sabar dan kembali melanjutkan aktivitasnya berusaha mengabaikan Agnese lagi.
"Sudah berapa lama ini. Kamu tidak lapar?. Ayo makan. nanti kita kehabisan waktu istirahat."ajaknya dengan mengeluh, mencoba membujuk Vincent lagi.
Suasan yang sekarang masih sedikit canggung, apa yang terjadi kemarin sedikit mengganggunya. Setelah pengakuan kemarin, Dan di tolak secara mentah mentah. Hingga sekarang, Vincent seolah olah tidak terpengaruh terhadap pengakuannnya, Pria itu seolah olah tidak mendengarkan apa apa darinya kemarin.
Sikapnya masih sama, cuek, judes, dan sedikit kasar. sehingga sesekali membuatnya bertanya tanya, Apa yang kurang darinya?. Katanya Kalau kita menginginka seseorang, kita harus sedikit agresif untuk mendapatknnya. tetapi, Agnese yang sudah melakukannya, kenapa tidak ada perkembangan sama sekali?.
ada apa?. Kenapa?. Batinya bertanya tanya.
Agnese mencoba menjangkau tangan Vincent yang di gunakan untuk menulis, dengan jari telunjuknya ia pun mengetuk ngetuk punggung tangan pria itu dengan ujung jarinya itu."Vin, kamu beneran nggak mau pergi makan bersamaku?."
Vincent sedikit bergeser menjauh, mengabaikan Apa yang di lakukan Agnese kepadanya, dia benar benar tidak tertarik dengan apa yang di lakukan gadis ini. Maka dari itu, Cepatlah pergi menjauh dan menyerah, sebelum semuanya berubah, Dia baik baik saja dengan dunianya yang sekarang, walaupun jauh di lubuk hatinya ada yang terasa mengganjal.
"Ayoo, Biar Aku yang traktir. apa kamu masih tidak mau?."
Meremas Pena yang ada di genggamannya, menoleh menatap Agnese tanpa ekspresi, Apa Tampanbgnya seperti seseoarang yang mudah di bujuk dengan traktiran?.
"Tidak Mau."Agnese bangkit, Menatap Vincent tak percaya. Apa apaan ini?. Kenapa Bagi Vincent, Traktiran tidak mempan?. Kenapa Kaira yang mendengarnya akan langsung setuju tanpa babibu?. Aneh. Apa Vincent beneran makhluk yang berasal dari indonesia?.
mengguncang tubuh vincent, Agnese mencoba merengek untuk mendapat persetujuan Pria itu."Kenapa nggak mau?. Ayolah.. Aku traktir loh,, masak nggak mau...."
"Lepas!!." Vincent mencoba menajuhkan Agnese dari tubuhnya, Tapi gadis itu tetap bersikukuh untuk mengajaknya.
"kenapa kamu tidak mau?. Apa kamu tidak suka makan denganku?."
Dengan kasar, vincent melepaskan tangan Agnese yang memegang bajunya, Kemudian lagi lagi menatap gadis itu tajam."Ya!. Sedikitpun tidak ada rasa suka yang gue rasakan menyangkut elo!. kalau lo sudah mengerti sekarang, pergi!. Kehadiran lo benar benar mengganggu!."
Agnese benar benar terdiam mendengar penuturan itu. Ekspresinya berubah, tetapi hanya sebentar, karena beberapa saat kemudian, Ekspresi Gadis itu berubah, Ia tersenyum menatap Vincent. seolah olah perkataan kasar itu tidak ada artinya sama sekali.
"tapi Aku menyukaimu" ujarnya, tapi beberapa saat kemudian ia menggeleng."Ah tidak, bukan menyukaimu. Tapi, Aku mencintaimu." Lanjutnya yang membuat Vincent meremas tanganya kuat, Menatap Agnese tak percaya, lalu kemudian ia bangkit.
Apa yang salah dengan gadis itu?. Kenapa Dia tetap bersikukuh?. apa yang terjadi?. Ini pertama kalinya, Ini pertama kalinya ada yang seperti ini terhadapanya, Melangkahkan kakinya dengan meremas erat sweater miliknya, mempercepat langkahnya untuk menjauh dari orang orang, Perasaan ini, benar benar menyesakkan.
Rasa kasihan yang di berikan Ini lagi lagi datang, Seolah olah memberitahukannya kalau dirinya masih ada. padahal dia sudah berusaha semampunya untuk menjadi prinbadi yang tidak akan pernah di kasihani, tetapi apa ini?.
"Vincent!!."
Suara teriaak yang terdengar nyaring sampai ke tempat Vincent melangkah membuat Dirinya tersentak, apa Gadis ini mengejarnyan lagi?. Menghentikan langkahnya Lalu kemudian Berdiri menghadap gadis itu dan tatapan mata tak suka.
"Apa Lo bisa berhenti Sekarang?." tanyanya menatap lekat ke arah mata gadis itu. Dia Harus secepatnya menghentikan alur ini.
Gadis itu mengangguk, ia tersenyum Dengan sesekali menatap Vincent dengan Pandangan yang berbinar walaupun sebenarnya nafasnya terasa sesak karena belum menghirup oksiegen dengan benar, Karena mengikuti langkah Vincent yang terlihat cepat itu."Bisa. Ini sudah aku lakukan."
Vincent menggeram marah. "Apa lo nggak bisa mengerti?. Stop mengejek Gue." Ujarnya Frustasi.
Agenese tersentak, "Mengejek?. Kapan aku melakukannya?."
Vincent melangkahkan kakinya lebih dekat ke arah Agnese. "Sampai kapanpun, Gue nggak akan suka sama Lo. Sampai kapanpun, Perasaan Lo tidak akan terbalas." Ujarnya dingin tanpa belas kasihan sedikitpun.
Agnese menggeleng. "Bukan Hanya kamu yang menentukannya."
Vincent Mengacak rambutnya Frustasi. kenapa Gadis di depannya ini tidak kunjung mengerti?, Kenapa dia sangat keras kepala?. Mau bagaimana lagi cara mengusirnya?. Dia seperti benar benar di rendahkan, Dan ini memalukan., Dan perasaan ini, Sangat sangat mengganggu.
Vincent melangkah Lebih dekat, Lalu kemudian mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan telinga Agnese. "Gue Gay!. Lo mengerti sekarang?. Jadi, Tolong berhenti!."
Agnese terdiam, Suara yang terdengar serius penuh kefrustasian dan ekspresi yang meyakinkan itu, mengatakan alasan di balik sikap penolakan yang di lakukannya selama ini, Dia tidak tahu mau bereaksi bagaimana, Karena hal itu tidak mungkin adalah suatu kebohongan.
Hai.
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE
Teen Fiction"Vin, daripada sama batang mending sama Lubang." "Gimana Vin? Berminat Jadi pacar Ese?." Vincent menoleh, Menatap Agnese Barang sejenak. "Apa Lo bisa diam?. Lo berisik tau, nggak.." "Vin.. Kita Cocok Tau kalau Jadi pasangan, Laki laki dan peremp...