"Mau sampai kapan Gue bakal di sini?." Tanya Vincent menoleh menatap Kaira yang duduk di tepi lapangan dengan Agnese yang sedari tadi masih diam dengan masih memegang ujung Bajunya Erat.
Kaira dengan menggosok gosok punggung Agnese, ia menggeleng dengan mengedikkan bahunya tidak tahu.
Vincent menghela nafas, Melihat ke arah tema sekelasnya yang masih berlari larian di lapangan, menonton dengan bosan dengan sesekali menguap.Terkadang dia juga bingung, kenapa dia mau saja menurut dengan Perkataan Kaira?. Ia Terdiam, Apa karena wajah pucat gadis itu?. Seharusnya itu bukan Urusannya, Tetapi kenapa dia di sini sekarang.
Melihat sekeliling Dimana Kaca Yang mengarah keluar, Melihat hal itu lekat.
"Hujannya udah Reda." Ujarnya Dengan melirik Agnese di samping, kemudian melirik Kaira.Mendengar penuturan Vincent, Agnese menoleh, menatap Vincent dengan memastikan Perkataan itu benar adanya. Vincent yang melihat Ekspresi Agnese menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataannya.
Lalu dengan perlahan, Agnese mulai melepaskan pegangan tangannya pada ujung baju Vincent, melihat hal Itu Vincent pun bernafas lega, dan kemudian ia bangkit sembari meregangkan Ototonya. ternyata duduk di tepi lapangan juga membuat lelah.
"Kalau Gitu Gue pergi." Pamit Vincent, Dan mulai melangkahkan kakinya pergi tapi beberapa saat, Suara Langkah yang berada di belakangnya terasa mengikutinya membuat Vincent sedikit menoleh. "Ngapain?." Tanyanya.
Gadis yang sedari tadi diam, mengikuti Vincent dengan menundukkan kepalanya, Seolah olah ingin mengatakan sesuatu. "Kamu tidak penasaran tentang apa yang terjadi?."
Vincent menautkan alisnya, Lalu kemudian Menggelengkan kepalanya. "Tidak, Itu Urusan Lo." Ujarnya. Lalu kemudian, ia pun kembali melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan Agnese yang tersenyum singkat melihat punggung Vincent yang menjauh.
Langkah kaki yang lebar, dengan tangan yang di masukkan kedalam kantong celananya, membuat Vincent terus melangkahkan kakinya tanpa perduli dengan Suasana di luar yang masih sepi karena dalam Proses belajar. Ah dia melupakan Itu, Tumben Sekali Guru Olahraganya tidak memperhatikannya kali ini.
Biasanya dia akan menjadi Target yang selalu di amuk, karena dirinya yang sangat malas mengikuti pelajaran ini lebih suka bolos daripada masuk kelas.
terus melangkahkan kakinya Hingga Seorang pria datang dan menghalangi jalannya membuat Vincent terpaksa Berhenti. Menatap Mata Pria yang juga menatapnya itu sebentar, karena tidak ada yang di katakan oleh pria itu, Vincent kembali melangkahkan kakinya dengan cara menyalip Pria itu.
"Berhentilah. jangan pernah mengganggu Agnese." Ujarnya yang membuat Vincent menghentikan langkahnya tanpa berbalik.
"Sebelum Lo mengatakannya, Bagaimana tidak di selidiki Dulu?. Gue yang mengganggunya, Atau Dia yang mengganggu Gue. Kepala Lo Cerdas Bukan, Ketua Osis?." Vincent diam sejenak,
"Ah, Atau Perlu gue Bilang, Mantan Ketua osis, Tuan populer?.""Ck." Aster mendecih dengan mengepal tangannya kuat.
"Kalau lo memang menyukainya, kenapa tidak Lo dekati dia dengan Wajah palsu lo. Kalau Bisa tolong tahan Dia, jangan pernah mengganggu Lagi."
"Pria Gay macam lo memang nggak Pantes!. Nggak usah kegeeran kalau Dia bakal selalu ngedeketin lo!."
Dada Vincent bergemuruh hebat, Ekspresinya menajam dengan mengepalkan tangannya kuat. Aster Leonardo, Pria yang sudah menjadi seniornya di bangku Smp. Pria yang selalu mencoba menggengam kepopolerannya dengan wajah ramahnya, Walaupun Sebenarnya Vincent Tahu, Apa di Balik Topengnya Itu.
Yang tanpa sengaja Dia ketahui, Hingga sampai Sekarang. Pria itu tidak henti hentinya untuk mewaspadainya sampai mencari tahu semua tentangnya .walaupun Dia juga tidak peduli soal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE
Teen Fiction"Vin, daripada sama batang mending sama Lubang." "Gimana Vin? Berminat Jadi pacar Ese?." Vincent menoleh, Menatap Agnese Barang sejenak. "Apa Lo bisa diam?. Lo berisik tau, nggak.." "Vin.. Kita Cocok Tau kalau Jadi pasangan, Laki laki dan peremp...