Pemandangan yang indah di depan sana, kebahagiaan yang ada di depan mata. Vincent masih setia memandangi keindahan itu tanpa berkedip sedikit pun, duduk selonjoran di atas rumput hijau itu.
"A', Aa' senang?."
Vincent menoleh, melihat ke arah Agha yang tersenyum melihatnya. Dengan menatap mata tulus yang setia menatapnya, Vincent menganggukkan kepalanya. "Aa' senang, terimakasih sudah mengajak Aa' kesini."
Agha tersenyum simpul dengan menganggukkan kepalanya berulang ulang, kembali menghadap kedepan dengan memeluk erat tubuhnya sendiri.
"Kamu nggak ingin bertanya tentang apa yang ingin aku katakan tadi?." Vincent menatap Agha intens, Agha yang mendengar hal itu langsung menoleh ke arah Vincent. "Apa kamu mau mengatakannya?."
Vincent diam, tak menjawab yang membuat Agha tersenyum simpul. "Katakan jika Aa' sudah memutuskannya karena mungkin kurang lebih Agha sudah tahu apa yang mau Aa' katakan." Agha menghela nafas sejenak, bangkit dari duduknya melihat lurus kedepan sejenak. lalu kemudian menoleh ke arah Vincent, "Yuk pulang." Ajaknya.
Vincent yang mendengar hal itu langsung menoleh ke arah Agha. "Maaf kan Aa'. Maaf karena sudah membuat kamu mencintai Aa' yang jahat ini."
Agha diam. "Apaan?." Tanyanya dengan kekehan. "Dari awal kan aku yang memaksa dan mencintai Aa'. bukan Aa' yang jahat. tapi aku yang mengambil kesempatan dari kelinglungan Aa' saat itu." Ujarnya yang membuat Vincent tidak tahu mau mengatakan apa.
karena apa yang di katakan Agha itu tidak sepenuhnya benar, Tapi dia tidak tahu mau menyangkal dengan kata kata yang bagaimana sehingga pilihan terakhirnya hanya bisa diam. sungguh dia benar benar pengecut.
"Aa' anter pulang ya." Tawar Vincent yang membuat Agha menganggukkan kepalanya. "dan besok, biar Aa' anter Agha juga kesekolahnya, tapi setelah itu Motornya Aa' tinggal biar Agha bisa pakai buat pulang."
Agha diam. "Aa' nggak bisa jemput Agha pulang sekolah juga?."
Vincent menatap Agha. "Maaf." ujarnya merasa bersalah.
Agha mengerti, mau bagaimanapun hubungan ini, Vincent tidak akan tergerak untuk Go publik hubungan mereka, Vincent tetaplah Vincent. Dan Agha tidak akan memaksa, dia kan tetap sabar dan menunggu sampai sejauh mana hubungan ini berlanjut.
"Yaudah nggak papa. Yuk pulang." Ajaknya yang membuat Vincent menganggukkan kepalanya, bangkit dari duduk lesehannya ia mengangkat tangannya dan mengcak rambut Agha. "Ayo." Ujarnya.
Setelah mengacaknya dengan gemas, Vincent kembali menurunkan tangannya lalu kemudian menyambar tangan Pria itu dan menautkannya di sela sela jarinya. berpegangan tangan, lalu kemudian mulai menuruni bukit dengan pangutan tangan yang tak lepas.
Di sepanjang jalan sangat sepi, di Sapuan angin dingin yang menyapa kulit mereka, karena jari jari yang terasa hangat membuat mereka sedikit merasakan kehangatan. Agha yang berjalan di belakang, tersenyum melihat pagutan tangan dan kehangatan yang di rasakan, sedang di sisi lain, Tanpa menunjukkan wajahnya, Vincent pun ikut tersenyum tanpa di ketahui oleh Agha.
^~^
Memarkirkan motor di garasinya, Vincent membuka pintu rumah. melepaskan sepatu yang sedikit kotor, merasakan kehadiran seseorang, ia pun mendongak, melihat kesamping dimana seorang wanita yang berdiri dengan bersandar di dinding dengan melihatnya.
"oh, mama di rumah." Ujarnya Cuek dengan sapaan sekedarnya.
Setelah melepaskan sepatunya, tanpa menoleh ke arah Aliya, Vincent melangkahkan kakinya.
"Jadi begitu respon kamu?."
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE
Ficção Adolescente"Vin, daripada sama batang mending sama Lubang." "Gimana Vin? Berminat Jadi pacar Ese?." Vincent menoleh, Menatap Agnese Barang sejenak. "Apa Lo bisa diam?. Lo berisik tau, nggak.." "Vin.. Kita Cocok Tau kalau Jadi pasangan, Laki laki dan peremp...