"Aah,, mall benar benar membosankan." Gumam Agnese sendiri dengan jalan juntai. Di sampingnya ada Kaira yang sedang menoleh kesana kemari melihat pakaian sembari memegang lengan Agnese menahan Gadis itu untuk tidak kabur darinya.
"Diem Dulu, Gue belum nemuin apa apa ini." Ujarnya, masuk ke satu toko ke toko lainnya, Agnese menghla nafas. "Kapan Pulangnya sih?. Lo Cari diskon atau bagaimana?. Dari tadi nggak ada satupun yang menarik perhatian lo."
Kaira menggeleng. "Nggak ada yang menarik, Modelnya gue udah pada punya, gue pengen cari yang lain."
Agnese lagi lagi menghela nafas, Berdiri tegak di samping Kaira dengan sesekali melirik gadis itu yang sedang memilih milih baju yang di gantung di depannya.
Kaira masih memilih milih warna dan model baju di sampingnya dengan fokus, menarik satu baju lalu menghadap ke arah agnese, mensejajarkan Baju itu di tubuh Agnese, lalu kemudian gadis itu berfikir sejenak, kemudian menggeleng dan meletakkan lagi baju yang tadinya ia pegang.,
kembali memilih baju, ketika sudah dapat yang sedikit menarik perhatiannya, ia kembali mencoba mencocokkannya di tubuh agnese, Di rasa masih kurang maka gadis itu akan kembali menggantinnya.
"lo jadiin Gue manekin atau gimana sih ini Kai,"
Kaira diam, masih fokus memilih milih baju. "tenang aja, baju yang cocok di tubuh lo, maka Juga akan cocok di tubuh Gue."
"Ah gue capek. Gue ketoilet. lo lanjut dulu."
Kaira mangangguk tanpa menengok. "pergilah, jangan lama."
Agnese mengangguk malas, Lalu kemudian mulai melangkahkan kakinya menuju toilet yang tak jauh tempat Kaira, melangkahkan kakinya cuek, mengabaikan lirikan lirikan yang tertuju kepadanya, Agnese tetap melanjutkan langkahnya. Hingga di ujung matanya ia menangkap sosok manusia yang ia kenal.
Agnese terdiam, Mengerutkan keningnya lalu melangkah mundur beberapa langkah, lalu berhenti. Menoleh ke kiri, lalu tiba tiba ia tersenyum cerah, Di stand makanan. Ia melihat sosok Pria yang tentu saja membuat ia salah fokus tadi.
Dengan Ekspresi sumringah, Agnese berjalan mendekat, melewati pintu masuk, matanya tetap tertuju kepada meja yang di isi oleh dua orang Pria itu. Ntah siapa yang satu lagi, Agnese tidak peduli, Yang penting ada Vincent di sana.
Mungkin dia menyesali perkataannya tadi soal mall adalah tempat yang membosankan. Siapapun yang membuat mall ini, dia ucapkan terimakasih setulus hatinya.
"Selamat datang kak, ada yang bisa kami bantu?."
Agnese yang masih Curi Curi pandang ke arah tempat duduk Vincent, ia menatap pelayan yang saat ini melayaaninya. "Ahh,," Melihat kesana kemari dengan bingung, Sehingga tanpa sadar matanya menangkap sebuah poster yang tak jauh darinya. "Ayam rica rica satu ya, Saya duduk di kursi sana." Ujarnya dengan menunjuk kursi yang sudah di tempat oleh Dua orang pria.
Pelayan itu menegrutkan keningnya bingung. "Kursi sana sudah di isi kak, apakan mereka temen anda?."
Agnese menggaruuk tengkuknya, dengan tersenyum ia mengangguk. "Iya, Salah satu dari mereka temen saya."
Pelayan itu mengangguk. "Baiklah, Di tunggu ya mbak."
Tersenyum tipis, Agnese mengangguk. Lalu setelah itu ia mulai melangkahkan kakinya menuju meja Vincent. Dari arah ia melangkah, Vincent yang duduk membelakanginya, menopang dagu menatap pria yang duduk di depannya, dengan perlahan Agnese melangkahkan kakinya pelan. lalu kemudian, ia mulai menutup mata Vincent dengan tangannya.
Vincent terdiam, Merasakan tangan yang menutup matanya ia mulai mencoba melepaskannya, "lepaskan, Siapa ini?." Tanyanya, lalu kemudian mencoba menoleh, siapa pelaku yang melakukan itu.
"Baa.. Kaget?." Tanya Agnese dengan senyum sumringahnya menyambut Wajah Vincent yang menoleh ke arahnya.
Vincent membulatkan matanya sempurna, lalu kemudian kembali melihat ke arah pria yang sedang makan di depannya, pria itu menatapnya dengan intens, lalu kemudian menaikkan sebelah alisnya.
Melihat respon dari pria itu Vincent menjauhkan tangan dan tubuh Agnese yang berdiri di sampingnya. "Ngapain lo di sini?."
Melihat respon Cuek Vincent, Agnese dengan wajah mikirnya ia mulai memutari kursi Vincent dan duduk di samping Pria itu. dengan mengangkat sebelah kakinya, menopang pipinya ia menatap vincent menggoda. "Anggap saja Ini takdir kita untuk bertemu. kebetulan, Aku juga merindukanmu." Ujar Agnese Jujur.
Vincent membulatkan matanya sempurna, ia tersentak mendengarnya. "jangan mengada ngada. Lo bukan tamu yang gue inginkan di sini.pergi!. Kehadiran lo mengganggu."
Agnese dengan wajah cueknya, mengabaikan lontaran judes dari mulut Vincent, melihat ke arah makanan yang ada di meja, lalu kemudian mendongak, Dimana Seorang pria sedang menatapnya intens, dengan ekspresi tidak suka di wajahnya.
Apa Pria ini memiliki kebencian yang mendalam kepadanya?. Kenapa ekspresinya sangat tidak enak di pandang?.kesalahan apa yang ia perbuat?. Bukankah dia sama sekali tidak kenal dengan pria ini?.
Agnese tersenyum, lalu mulai mengulurkan tangannya kedepan Pria itu. "hai, lo temennya Vincent ya?. Kenalin Gue Agnese, Calon Pacarnya. Jadi Lo nggak boleh suka sama gue ya, Gue udah suka Vincent soalnya." Ujarnya pede memperkenalkan dirinya.
Pria itu mengerutkan keningnya bingung, Sedikit terganggu dengan ucapan perkenalan yang di ucapkan oleh gadis ini. menerima uluran tangannya ia mengangguk. "Gue Aryan, Pria yang lo panggil calon pacar itu adalah pa-"
"Hei!." Perkataan yang hampir mengungkapkan semua rahasia itu tiba tiba di potong paksa oleh vincent yang membuat Agnese dan Aryan yang masih berjabat tangan seketika menoleh.
Agnese yang menatap Vincent bingung, Sedangkan Aryan menatap Vincent dengan mata nyalang. Lagi lagi, ia di hentikan oleh vincent. Mau sampai kapan Hubungan ini akan di kenal sebagai pertemanan? bukan sebagai sepasang kekasih?.
Vincent menggelengkan kepalanya meng-kode Aryan yang membuat pria itu menghela nafas,lalu kemudian mulai melepaskan jabat tangannya. "Ada Apa Vin?."Tanya Agnese menatap Vincent yang hanya di balas Vincent dengan tatapan, tidak ada perkataan sama sekali.
Merasakan jabatan tangan yang hampir terlepas, Lagi lagi Agnese menoleh menatap Pria itu. "Lo belum selesai ngomongkan?. Apa tadi?. Gue nggak terlalu denger." Tanyanya Ulang menatap Aryan
Aryan menggeleng, "Bukan apa apa." jawabnya singkat.
Agnese yang merasakan suasana yang tak enak mengerutkan keningnya bingung. apa yang terjadi?. bukankah tadi suasananya sangat bagus?. apa dia sini mengganggu?.
"Hei?. apa yang terjadi?."
Vincent hanya diam, dia tidak menjawab begitupun dengan Aryan, pria itu memilih diam dengan memainkan ponselnya.
"permisi Kak, kami mengantar pesanan kakak." Seorang pelayan datang, membawa pesanan yang sebelumm ini di pesan Agnese secara tiba tiba, mendongakkan kepalanya, menatap Pelayan itu, ia mengangguk dengan tersenyum. "terimakasih ya kak." Ujarnya.
pelayan itu mengangguk, dengan sedikit membungkukkan badannnya, ia mulai berpamitan pergi. setelah pelayan itu pergi, suasana canggung mulai di rasakan lagi. "Hei Vin."panggil Agnese mencoba mencairkan suasana memanggil Vincent untuk memulai obrolan.
Dan tentu saja tidak ada jawab dari pria itu, pria itu hanya diam tanpa menoleh.
"vincentt..." Panggilnya lagi.
Vincent yang merasa terganggu berdecak kesal, ,menoleh menatap Agnese yang tersenyum menatapnya. "gitu dong, kalau di panggil tuh di jawab.." Ujarnya.
"mau Lo sebenarnya apa sih?. Lo mengganggu, Tau nggak?."
"Ngak tau, tapi kalau di tanya mau Aku apa. Tentu saja jadi pacarku, Vincent mau kan?." Ujarnya penuh harap membuat Aryan yang mendengarnya membulatkan matanya sempurna.
"H-Ha?!."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE
Teen Fiction"Vin, daripada sama batang mending sama Lubang." "Gimana Vin? Berminat Jadi pacar Ese?." Vincent menoleh, Menatap Agnese Barang sejenak. "Apa Lo bisa diam?. Lo berisik tau, nggak.." "Vin.. Kita Cocok Tau kalau Jadi pasangan, Laki laki dan peremp...