Agnese membulatkan matanya sempurna, Menoleh ke arah Vincent yang semakin menundukkan kepalanya sehingga rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. apa itu pantas di dengar oleh orang sepertinya?.
"Ah, Vin-."
Berusaha ingin menghentikan apa yang ingin Vincent katakan, Tetapi tampaknya itu tidak berguna sama sekali karena Vincent lebih dahulu memotong ucapannya.
"Mereka berdua tampak senang, Seolah olah mereka benar benar di takdirkan bersama. Gue hanya diam melihat hal itu Sampai jarak pandang gue jadi gelap." ia melanjutkan apa yang ingin ia katakan, berhenti sejenak dengan menarik nafas panjang, lalu ia tersenyum.
"Bukan karena Gue kehilangan kesadaran, Atau sesuatu yang membuat Gue tidak sadarkan diri. melainkan, Mata gue di tutup oleh telapak tangan besar, dan tubuhnya mengapit tubuh kecil Gue dalam dekapannya. Saat itu, Gue masih belum mengerti apa yang terjadi sehingga apapun yang Pria itu lakukan, Gue hanya bisa menuruti."
" 'kakak bukan orang jahat, apa kamu bisa menutup matamu sejenak?. setelah kakak menyuruh kamu buka matamu, baru kamu boleh melakukannya. kamu faham?.' Ntah karena suara lembutnya yang berbisik di telinga gue, Yang untuk pertama kalinya membuat Gue tenang, tanpa mengatakan sepatah katapun, Gue hanya diam mengikuti apa yang dia suruh tanpa membantah. "
Mendengarkan apa yang di katakan Vincent dengan seksama, Agnese hanya menatap Vincent dengan ekspresi khawatir yang membuat Vincent yang menoleh ke arah Agnese pun terkekeh di buatnya. "jangan khawatir, Dia bukan Orang jahat. Dan lo lihat, gue baik baik saja sampai sekarang?."
"Tapi, Bukankah Itu aneh?."
Vincent tersenyum, seakan mengerti dengan apa yang di khawatirkan oleh Agnese, ia menganggukkan kepalanya. "lo memang orang baik ya, makanya gue nggak bisa bareng lo."
"Apa yang baru saja kamu katakan?. Mana ada yang seperti itu." Ujarnya nyolot yang membuat Vincent terkekeh, tanpa sadar tangannya terangkat lalu menepuk nepuk kepala Agnese pelan.
Agnese yang mendapatkan perlakukan itu terdiam. "Vin?." panggilnya yang membuat Vincent yang menepuk nepuk kepala Agnese tadi, seketika menghentikan apa yang ia lakukan dan menurunkan tangannya. "maaf." Ujarnya merasa bersalah.
"Bukan Itu maksudku, ta-."
"Tak apa, aku akan melanjutkan apa yang kita bicarakan tadi." potong Vincent yang membuat Agnese kembali mengatup bibirnya rapat.
"Ternyata Gue di bawa kesebuah Bar, tempat dimana banyak Pria di sana, Ntah kenapa Gue terdiam melihat pemandangan yang hangat di antara mereka, Hingga perasaan aneh ini mulai tumbuh, Berfikir bahwa 'ada ya yang begini,' 'hubungan sesama lelaki itu tulus ya' 'suatu saat,aku juga mau.' Fikiran anak anak Gue mengatakan itu." Vincent terkekeh di akhir kalimatnya. "Gue bodoh Bukan?. Tapi lo tahu Nes, trnyata kehangatan yang gue lihat saat itu bohong, sedikitpun Gue nggak bahagia."
"Gue ingin berubah, tapi sudah terlambat." Ujarnya dengan menghela nafas kecewa, lalu menoleh ke arah Agnese dengan senyum yang tercetak indah di bibirnya. "jadi, yang ingin Gue katakan adalah..." Vincent diam sejenak. "Terimakasih." lanjutnya.
Agnese yang mendengar hal itu, di tambah dengan apa yang di perlihatkan Vincent kepadanya, Senyum damai dan tulus yang pernah ia lihat di malam itu, senyum penuh kelembutan dan juga ini pertama kalinya ia mendapatkan ucapan itu. Apa sekarang keberadaannya di dunia ini sudah mulai berguna, Ahh bagaimana ini, dia sangat bahagia sekarang.
Mengulurkan tangannya, mencoba untuk menggapai tangan Vincent, tetapi belum saja tangan itu tertaut Vincent sudah lebih dahulu menghindar yang membuat Agnese terdiam, lalu kemudian menatap Vincent penuh tanda tanya. "k-kenapa?."
"seperti yang gue katakan Sebelumnya, Lo orang baik. Dan orang baik juga harus bersama orang yang sama. Pria kek gue nggak pantas buat lo, Terimakasih atas Cinta tulus lo, Terimakasih banyak. Gue sangat menghargainya dan Gue bahagia, Tapi Gue nggak bisa jadi egois, Gue harap Lo mengerti, jangan ngejar Gue lagi, Temukan orang yang pantas."
Agnese masih diam terpaku dengan apa yang di barusan di katakan Oleh Vincent Hingga ia mendapatkan senyum lagi, dan Vincent yang melangkahkan kakinya pergi.
Agnese tidak kecewa sama sekali, malahan dia sangat sedih bercampur kesal sekarang, Vincent yang barusan melewatinya. Apa dia bisa mengabaikannya ketika Pria itu baru saja memperlihatkan ekspresi menyedihkan seperti itu?. membalikkan Tubuhnya, Menyusul Vincent lalu dengan paksa memegang pergelangan tangan pria itu.
"Ikut aku!." Ucapan Mutlak tanpa bantahan, Agnese menarik tangan Vincent kuat, menjauh dari ruangan kelas, dengan ekspresi kesal dengan tangan yang masih menarik tangan Vincent. Vincent yang diam mengikuti agnese di belakang dengan menatap Punggung kecil itu dengan ekspresi bingung, ada apa?. kenapa?.
Hingga beberapa saat kemudian, di taman belakang tempat biasanya vincent menghabiskan waktunya untuk tidur, Agnese membawanya kesana setelah itu melepaskan pergelangan tangannya, membalikkan tubuhnya lalu kemudian memeluk Vincent erat yang membuat Vincent terdiam.
"I love you, i love you, i love you, i really really love you." ungkapan Cinta yang keberapa kali?. Di setiap ungkapan Cintanya Agnese semakin mengeratkan pelukannya yang membuat Vincent benar benar terpaku tanpa membalas pelukan Agnese.
"Aku nggak sebaik itu yang membuat Mu nggak pantas bersama ku, Karena sedari awal kamu sudah pantas. jadi, mari kita lakukan bersama sama. kalau hatimu sudah mulai tergerak untuk berubah, Ayo lakukan bersama sama. aku akan membantumu."
Vincent terpaku,Ini cukup mengejutkannya tapi apa boleh seperti ini?.
"But, i don't love you.""it's okay, i know."
"i will only hurt you."
Di pelukan yang seakan mencurahkan segala itu, Agnese menganggukkan kepalanya. "it's okay, It's Okay. i'm Fine." Ujarnya, lalu kemudian mulai melepaskan pelukan Itu dengan pelan. menatap mata Vincent yang juga menatapnya. "Aku akan membantumu sampai kamu terbiasa dengan keberadaan wanita."
Vincent yang melihat tatapan agnese tak bisa mengalihkan pandangannya, kenapa dia sangat percaya diri?. "Jika aku benar bisa berubah, dan mulai mencintai wanita. Aku harap wanita itu kamu." ujarnya memandangi wajah Agnese lekat.
Agnese tersenyum lalu mengangguk. "Ya harus aku dong." Ujarnya setengah becanda membuat Vincent mengangguk dengan tatapan serius. "ya. harus kamu."
TBC
VOTE KOMEN SAYANGKUUU
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE
Teen Fiction"Vin, daripada sama batang mending sama Lubang." "Gimana Vin? Berminat Jadi pacar Ese?." Vincent menoleh, Menatap Agnese Barang sejenak. "Apa Lo bisa diam?. Lo berisik tau, nggak.." "Vin.. Kita Cocok Tau kalau Jadi pasangan, Laki laki dan peremp...