21. PENYELAMAT

21 4 0
                                    

Langkah kaki yang masuk mengabaikan tata krama, Dengan Ekspresi tak bersahabat menunjukkan kebencian. melihat sekeliling dengan ekspresi marah hingga tatapan tajamnya langsung mengarah kepada seorang wanita yang pembicaraannya sampai terhenti.

"Apa maksud kamu?."

Seseorang yang datang seorang diri dengan melangkahkan kakinya tanpa takut. bertindak sebagai saksi penting akan kasus ini sekarang. "Sungguh, Saya tidak menyukainya ya."

Kata kata tak sopan dengan ekspresi kesal di wajahnya membuat manusia yang berada di dalam sana bertanya tanya tentang apa yang terjadi sekarang.

"Apa yang kamu lakukan di sini?. Kamu tidak berhak ikut campur. apa panggilan sampai ketelingamu!. Sungguh, apa yang kamu lakukan sekarang benar benar tidak sopan, Agnes!."

Agnese mendecih kecil, melihat ke Buk Tini dengan ekspresi yang sama sekali belum berubah. "Bukti bukti yang ibuk sebutkan tadi benar benar tidak berdasar!."

Aliya mengerutkan keningnya, sedangkan Orang tua dari Pytra menatap Agnese benci yang tentu saja di abaikan oleh agnese. 
"Saya menentang penuturan itu."lanjutnya

"Apa begitu cara kamu berbicara kepada gu-."

Protes yang di lontarkan oleh Buk Tini seketika terhenti ketika ia belum menyelesaikan perkataannya, hal itu terjadi tatkala tangan yang terangkat dari Kepala sekolah membuat Buk Tini kembali menutup bibirnya.

"Apa maksud kamu?."

Suara berat itu kembali mengeluarkan suaranya membuat Agnese menghela nafas. diam sebentar dengan melihat ke arah Vincent yang masih menatapnya dengan wajah tekejut miliknya. Tampak lucu dan menggemaskan, jika sekarang dia tidak berada di ruangan kepala sekolah mungkin saat ini lagi lagi dia akan menggoda Vincent seperti biasanya.

Berdehem singkat, mengalihkan tatapannya lagi kepada Guru yang ada di ruangan Itu, Agnese menunduk hormat. "maaf sebelumnya atas perlakuan tidak sopan saya. Mungkin ini terdengar lancang, awalnya saya tidak ingin ikut campur, tapi mendengar kata kata yang di lontarkan serta hukuman yang di layangkan. saya tidak bisa terima begitu saja."

"lalu dimana kamu sedari tadi?.

"maaf, sejak Pembicaraan ini di mulai, saya sudah menguping dari luar. dan itu benar benar suatu yang tidak sopan sekali lagi saya minta maaf."

Harto menganggukkan kepalanya singkat, melihat kesopanan yang tiba tiba terjadi pada Siswa nya ini. 
"Lanjutkan."

Agnese mengangguk. memejamkan matanya perlahan ia mulai mendongakkan kepalanya, melihat sekeliling dengan ekspresi serius. "Seperti yang saya katakan tadi, Saya adalah Kekasih dari Pelaku yang buk Tini tuduh sebagai Gay!." Kata kata terakhir yang menusuk dengan tatapan tajam yang di arahkan kepada Buk Tini, membuat Buk Tini meremas tangannya kuat.

"Apa maksud kamu?. Seperti yang di ucapkan oleh siswa lain. tidak ada yang mengatakan kalau Vincent memiliki seorang kekasih."

"Aahhh... Aku benci ini."Gumamnya pelan, lalu kemudian menoleh ke arah Vincent. "Vin, mari kita hentikan ini."

Buk Tini yang melihat wajah Pasrah yang di tunjukkan oleh Agnese membuatnya menyunggingkan senyum kecilnya, mungkin otak Agnese sedikit pintar karena ia tidak mungkin menang melawan kesaksian yang sudah ia kumpulkan. 

"Mari kita Akhiri Hubungan Backstreet ini." Lanjutnya, Vincent membulatkan matanya sempurna, lalu kemudian menggelengkan kepalanya tak percaya. Dengan eskpresi datar dan wajah seriusnya, Agnese mulai Melangkahkan kakinya mendekat ke arah Vincent.

Menundukkan, melihat Wajah Vincent dari dekat,  ia tersenyum tipis. "Maaf, Setelah ini jangan membenciku." Gumamnya sangat pelan yang tentu saja hanya bisa di dengar oleh mereka berdua. Dengan perlahan.. menutup matanya menikmati sensai yang akan ia rasakan, Dengan masih memperlihatkan wajah tekejutnya, Sebuah benda kenyal yang terasa asing, tiba tiba menempel pada bibir keringnya.

REWRITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang