20. SAYA PACARNYA!.

33 5 0
                                    

Seperti Yang di duga, keputusan itulah yang di dengar Vincent. Vincent tidak membenarkan atau menyalahkan tentang apa yang ia alami. tetapi yang jelas, tentang keputusan ini Vincent sudah menebaknya dari awal, walaupun jauh dari lubuk hatinya dia ingin sesuatu yang lebih ringan yang akan ia terima.

Vincent dengan menundukkan kepalanya. menghela nafas kecewa dengan tersenyum singkat hanya diam tanpa membantah yang membuat Aliya yang berada di samping Putranya itu menangkap ekspresi Vincent menatapnya intens.

lalu kemudian mendongakkan  kepalanya, menatap Wajah tegas Pak Harto dengan ekspresi tak kalah tegasnya.

"Tunggu dulu pak."

Pak Harto yang sudah yakin bahwa persidangan ini sudah selesai pun langsung mendongak, melihat ke Arah wanita yang berada di samping Vincent dengan ekspresi menunggu.

Vincent menoleh, Melihat ke arah Mamanya dengan ekspresi tak percaya yang membuat Aliya  menyadari dari ujung matanya seketika menoleh, melihat ke arah Vincent lalu kemudian tersenyum lembut, Seperti yang di duga Melihat dirinya yang di tatap balik, Vincent langsung melihat ke arah lain yang membuat Aliya terkekeh.

Mau bagaimanapun, Vincent yang ia tahu adalah Putra yang sangat dekat dengannya, tentu saja Anaknya itu masih memiliki sikap pemalu pada dirinya, walaupun dirinya adalah mama kandung dari anak itu sendiri.

"Ada apa Bu?."

Suara ramah yang tiba tiba memecah keheningan yang ada di dalam ruangan itu membuat Aliya langsung menoleh. Menarik nafas dalam lalu kemudian mulai berbicara."Bukan maksud saja untuk menentang keputusan yang bapak sampaikan, tetapi seperti yang bapak tahu dengan apa yang di alami oleh putra saya. Dengan atas apa bapak mengklaim kalau dia beneran Gay?. bapak punya bukti?. Saya sudah menunggu pembicaraan itu sedari tadi, tetapi apa yang saya tunggu tidak ada yang anda ucapkan. melainkan di akhir kalimat anda, anda hanya mengatakan hukuman yang ia dapatkan. Apa hal itu pantas?." 

Kata yang menusuk dengan tatapan tajam melihat ke arah Pak Harto tanpa merasa takut sedikitpun., Di sini Aliya benar benar mempertanyakan keadilan yang di terima Putranya, bagaimanapun dia. gay atau tidak, bukankah ini tidak wajar?.

Harto yang mendengar hal itu terdiam, cukup terkejut mendengar ucapan cepat dengan kosa kata yang amat panjang itu. Dia butuh waktu untuk mencerna, ketika dirasa mengerti, Ia tersenyum singkat.

"Baiklah, Saya mengerti dengan apa yang ibu maksud."

Harto diam sebentar, bangkit dari duduknya lalu kemudian melangkah menuju meja kerjanya tanpa mengatakan apa apa. memegang lama Laptopnya lalu kemudian mengangkatnya dan membawanya ke arah mereka.

"Mari kita lihat ini."

Dengan mengobrak abrik Laptopnya mencari sesuatu yang menjadi bukti akan tuduhan yang ia lakukan, hingga sebuah foto dua laki laki lengkap dengan komentar respon dari pemilik akun yang bersangkutan, Harto menujukkannya ke arah Aliya.

Aliya menatap gambar itu lama, lalu kemudian menyunggingkan senyum kecilnya, mendongak melihat ke arah Pak Harto lalu kemudian berujar."Hanya ini?. Apa ini bisa di sebut dengan bukti yang kuat?."

Harto melihat Aliya sebentar lalu kemudian menganggukkan kepalanya singkat."Memang benar, ini saja tidak cukup." ia diam sebentar lalu kemudian menoleh ke arah Buk Tini, Wanita dewasa yang menjabat sebagai wali kelas di kelas Vincent dan Agnese.

Buk Tini menganggukkan kepalanya singkat melihat kode yang di berikan Kepala sekolah kepadanya, "Mau bagaimanapun, kami adalah tenaga pendidik yang bertugas mendidik generasi bangsa ini." Kata kata kiasan yang tiba tiba menyela membuat semua orang yang ada di ruangan itu langsung menoleh.

Melihat ketegangan yang tadinya tercapai membuat ketenangan mulai terjalin, Tini tersenyum singkat."Kalau soal benar atau tidaknya tentang hal yang di alami murid kamu yang bernama Vincent. Kami sudah memastikannya, mencari bukti dan tentu saja sudah menanyakan kepada beberapa siswa."

Tini melihat sekeliling, dimana para orang tua dan guru yang masih melihat ke arahnya."Di sekolah memang benar Kalau Vincent tidak pernah dekat dengan siapapun, dia hanya berteman dengan laki laki, bukankah itu bisa dijadikan pertimbangan?."

"Kalau begitu, persepsi anda salah!. Bagaimana mungkin itu anda jadikan sebagai bukti bahwa anak saya tidak menyukai wanita?."

Tini diam sebentar," Bisa ibu dengarkan dulu apa yang mau saya katakan?." melihat ke arah Aliya serius. 

Di rasa Aliya sudah diam, Tini mulai kembali kembali melanjutkan pembicaraannya. "Dan saya juga mendapat laporan dari beberapa siswa, kalau rata rata sebagian dari siswi yang ada di sekolah ini tertarik dengan Vincent. Dan hal tentu saja tidak mengherankan bukan?."

"Tapi apa ibu tau jawaban yang di terima oleh gadis itu?. Yap benar juga mereka semua di tolak oleh Vincent tanpa tahu alasannya. Hingga hal yang seperti ini terjadilah Bullyan dengan a;lasan kasus kelainan seksual yang terjadi oleh putra ibu."

"A-."

"Tidak hanya itu." Tini memotong perkataan Aliya dengan mengangkat jari telunjuknya. "Dari keterangan saksi atas bullyan yang di terima Vincent oleh Pytra, tampaknya tidak ada bantahan dari Vincent. Bukankah itu  juga bisa di jadikan tanda tanya besar?. kalau Kita berfikir bahwa Vincent takut atau gugup dengan bullyan yang ia terima hingga tidak sanggup membela dirinya sendiri maka, apakah Vincent terlihat seperti itu?."

Alya terdiam, lalu kemudian langsung menoleh ke arah Vincent. "Nak?." Tanyanya untuk memastikan tentang apa yang terjadi, sungguh itu tidak mungkin bukan.

Vincent masih menundukkan kepalanya tanpa menjawab dengan meremas tangannya kuat, yang membuat Tini yang menyadari hal itu memicingkan matanya curiga,

"Vin?. Jawab mama. itu semua bohongkan?."

"Nah. Untuk memastikannya kita akan bertanya langsung kepada Yang bersangkutan tentang gosip itu, ntah itu hanya sekedar gosip atau kenyataan."

Vincent dengan remasan kuat pada genggaman tangannya ia mendecih dengan menggigit bibirnya kuat, Inilah Akhirnya. Mungkin keputusan yang ia dapat tidak bisa di bantah lagi.

"Baiklah Vincent. Jika persepsi tentang seksual kamu itu bohong Maka kamu bisa membantahnya, dan tentu saja kami akan menyelidiki ini lebih lanjut. dan jika kamu berbohong soal itu, Dan ketahuan bahwa Itu benar terjadi. mungkin kamu tidak akan di terima lagi di sekolah manapun, bahkan Jika kamu melamar pekerjaan, nama kamu akan langsung di blacklist. tentu saja perusahaan perusahaan tidak akan menerima kamu, jangan itu bahkan perkuliahan kamu. tidak akan ada universitas yang akan menerima."

Vincent membulatkan matanya sempurna, Benar ini akhirnya tidak akan ada lagi jalan keluar kecuali mengakuinya. 

"Jika kamu mengaku sekarang, maka kamu hanya di keluarkan di sekolah ini. dan tentu saja kami akan menyembunyikan soal kasus ini sehingga kamu bisa di terima di sekolah lain."

Jalan keluar dengan sedikit pertimbangan, Vincent dilanda dilema. sepertinya hanya itu jalan keluar tanpa merepotkan orang lain. terdiam dengan fikiran yang berkecamuk memikirkan tentang semua nya Hingga akhirnya Vincent mendapatkan keputusannya.

Merubah ekspresinya, mendongakkan kepalanya melihat sekeliling ia mulai membuka mulutnya untuk memberikan penjelasannya.
"Saya-"

TOKTOKTOK

Atensi langsung menoleh ke arah pintu dengan ketukan yang terdengar, tanpa menunggu jawaban dari dalam Suara Pintu langsung berdecit memperlihatkan seseorang yang ia kenal masuk kedalam ruangan membuat Vincent membulatkan matanya sempurna.

"Saya Pacarnya."




TBC 



REWRITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang