04. CRUSH?.

45 4 0
                                    

"Anakmu?."

Vincent yang mendengar pertanyaan itu seketika menoleh, menatap Gadis itu sebentar lalu kemudian kembali melihat ke depan.

Agnese yang di abaikan seketika terkekeh. "sepertinya Godaan seperti itu juga tidak mempan dalam membuatmu berbicara denganku."

Vincent hanya diam dengan menghela nafas, sedikit membuka mulutunya untuk mengatakan sesuatu, lalu kemudian menutup rapat bibirnya lagi, Lagi lagi Ia mengabaikannya.

"Hei, Apa kamu pernah merasa.. memiliki waktu dimana kamu benar benar risau?." Tanya Agnese tiba tiba dengan menatap lurus kedepan, menerawang jauh tentang suatu hal yang ragu.

Mungkin Jika di lihat sekilas, Vincent benar benar mengabaikan apa yang di katakan Oleh Agnese, tetapi jika di perhatikan lagi, Ekspresinya sedikit berbeda, Tampaknya mendengar ungkapan kata dari Agnese menarik perhatiannya. Tanpa menoleh, Telinganya mendengarkan dengan baik.

"Tidak tahu kemana harus pergi, Tidak tahu dimana saja yang akan menerimaku, Aku hanyalah seseorang yang tinggal di ruangan yang sangat kosong." Lanjutnya.

Agnese menghela nafas, Dengan tatapan sendu nya, ia seperti berbicara omong kosong yang tidak tahu maksudnya, Semuanya seolah olah memaksanya untuk mengatakannya. Menoleh, menatap Vincent yang sama sekali tidak melihatnya, ia mengalihkan pandangannya malu.

"Kamu mendengarnya atau tidak, Anggap saja kamu tidak dengar, Oke?. Aku tidak tahu apa yang sedang aku fikirkan."

Vincent menghela nafas. "Aku tidak Tahu apa yang membuat Lo berbicara seperti itu. tetapi yang jelas Semua orang pasti pernah merasakan hal yang sama, termasuk Gue."

Vincent diam sebentar, Agnese tiba tiba terdiam menatap Vincent yang berbicara tanpa melihat  ke arahnya. 

"Ini tidak seperti Lo akan selalu sendirian. Maka carilah seseorang yang bisa nerima lo, Menjadikan Diri Lo berharga dan yang sanggup mengisi ruangan yang kosong itu, walaupun dengan perabotan yang murahan."

Agnese menatap Vincent intens. "Apa maksudnya?." Tanyanya.

"Bagaimanapun isinya, Ntah Itu perabotan yang Murah atau mahal, Rumah Akan tetap Di sebut Rumah. Baik Buruknya dia, Itu tergantung Penghuninya."

Setelah mengatakan Itu Vincent bangkit, lalu mulai melangkah. seakan tersadar dengan apa yang baru saja ia katakan, Ia mengacak rambutnya Frustasi, ini bukan waktu dimana dia menasehati orang lain dengan keadaannya yang juga berantakan. menghentikan langkahnya lalu kemudian menoleh ke belakang, menatap gadis itu lagi.

"Ah, sepertinya Gue mengatakan sesuatu, tolong di lupakan!. Ini bukan sesuatu yang seharusnya lo dengar."

Setelah mengatakan Itu, Vincent pun berlalu pergi meninggalkan Agnese yang masih diam memandangi punggung Vincent yang sudah lumayan jauh mendekati adiknya yang sedang bermain Skateboard.

Dengan ringannya Ekspresi pria itu kembali berubah dengan mengacak Rambut adiknya, dengan senyum di wajahnya.

Perasaan Agnese menghangat, Tidak Di ragukan lagi kalau Dia benar benar menginginkan Vincent, Membuat Vincent memperlihatkan kepeduliannya kepadanya,
Ntah kenapa, suasana dua orang bersaudara itu tampak damai. 


^~^

"Hoiiii..." Mengayun ayunkan tangnnya di depan wajah Agnese, Kaira melakukannya secara berulang ulang supaya Agnese harus cepat sadar. karena sekarang, dirinya benar benar kelaparan, tetapi gadis yang akan dia ajak pun tak henti hentinya memandangi Pria yang sekarang sudah menjadi Crushnya itu.

"Indahnya.." Ujarnya tiba tiba dengan menopang dagunya dengan tangan yang tak henti hentinya memandangi wajah Vincent dari jauh, Kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya, Wajah serius yang sedang belajar, Tampak Indah di Mata Agnese. dan sepertinya dia memiliki satu hal yang baru lagi, Mata Vincent Sepertinya Mengalami Rabun, Dan mungkin saja Itu Rabun jauh.

Kaira melihat ke arah pandang Agnese lalu kemudian Perutnya tiba tiba berbunyi..

Krkkkrkk.

Suara yang nyaring membuat Kaira menghela nafas lalu menarik tangan Agnese kasar. "Iya iya indah, Lo bisa memandanginya lagi nanti, Tapi sekarang apa Kita bisa pergi makan dahulu?. Perut Gue laper ini.. nanti kalau lo Gue tinggal, gue dua kali lebih Repot lagi.."

"Tung-" Belum sempat Agnese menyelesaikan Perkataannya, Suara teriakan tiba tiba dari Arah pintu membuatnya menoleh.

"Vin, lo ngantin kan?." Vincent yang sedang duduk tenang di sembari mencatat materi yang ada di papan tulis segera menoleh, melihat ke arah Pintu dimana regan dan Daren sudah berada di sana untuk menjemputnya.

Melepaskan Kaca matanya, lalu mengucek ngucek matanya perlahan, Sepertinya lagi lagi ia berlebihan dalam belajar. Matanya sakit, Kepalanya sedikit pusing. Tetapi senantiasa dia mengangguk menjawab pertanyaan dari teman temannya itu.

Menutup Bukunya, lalu memasukkannnya di laci mejanya kemudian bangkit dari duduknya berjalan ke arah pintu.

"Ayo.." Ujarnya, tapi beberapa saat kemudian, Seorang gadis tiba tiba menabraknya dan berdiri di sampingnya dengan senyum cerahnya, Gadis itu sedikit pendek sehingga Vincent harus sedikit menunduk melihatnya.

"Aku ikut, ya.." Pintanya..

Selang beberapa saat kemudian, salah Satu temannya datang dan berjalan menghampiri mereka. Dengan tampang ogah ogahannya Gadis itu mengalihkan pandangannya. Tampaknya gadis itu tidak mau ikut. Tetapi apa yang membuat gadis ini juga di sini?.

"Eh, Boleh. tapi masak lo doang yang minta sih, teman lo yang di sana bagaimana?." Regan berujar dengan sesekali melirik Kaira yang menatap ke arah lain.

 Agnese langsung menatap Kaira, Gadis yang di lihat Pun Tiba Tiba menatap Teman Vincent itu dengan nyalang. Dia Tidak tahu nama Pria itu siapa, Ntah dia kenal dengan Kaira atau tidak, ini pertama kalinya ia melihat Kaira memandang Pria dengan tatapan kebencian seperti itu.

"Kalau Bukan temen Gue yang mau, Gue juga Ogah kali Makan Bareng lo. lagian temen Gue Hanya ingin makan bareng Vincent, Bukan Bareng Lo. Jadi stop kepedean."

"E eeh,, Judesnya si cantik.." Godanya lagi.

"Huek.. Mual Gue denger lo ngomong."

"Padahal belum gue apa apain, kok udah hamil duluan."

"Brengsek.." Kaira maju selangkah, ingin menampar mulut pria yang Tadinya berbicara kurang ajar kepadanya, tetapi dengan sigap Agnese melerai berdiri di tengah tengah mereka. "Dah dah stop!." Ujarnya.

Kaira menghela nafas. lalu kemudian melihat ke arah lain, Sedangkan Regan tersenyum puas melihatnya, Vincent yang melihat kepuasan pada wajah Regan mengerutkan keningnya bingung, ini pertama kalinya ia melihat Pria itu tersenyum seperti ini, Bahkan berani menggoda Gadis lain. padahal sebelum sebelumnya, berinteraksi dengan Wanita enggan dia lakukan.

"Wajah monyet." Ujar Daren tiba tiba sembari memandangi Senyum kepuasan yang di tampilkan oleh Regan. "Pfft.."Mendengar penuturan daren membuat Kaira Tergelak, lalu tiba tiba menoleh ke arah Daren."Kita temenan sekarang, Oke?." Ajak kaira tiba Tiba membuat Daren mengerutkan keningnya, lalu kemudian Menerima uluran tangan Kaira dengan wajah Bingung.

Sedangkan Regan menggerutu dengan wajah masam, Ntah kenapa Setiap kata dari Daren benar benar nyelekit, lalu kemudian menatap vincent Ingin mengadu. tetapi Vincent malah mengalihkan pandangannya, bahkan dari posisinya ia bisa melihat Senyum mengejek dari wajah Pria itu.

"Lo Nyakitin perasaan Gue Ren.." Ujarnya dengan wajah Dramatis, yang membuat Regan sepertinya menyesal berbicara seperti itu karena sekarang, Dia di tinggalkan sendiri dengan teman temannya yang lain sudah berjalan lebih dahulu dengan mengabaikannya.



TBC


REWRITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang