Langkah kaki yang berat, tetapi Vincent tetap melanjutkan langkah berniat ingin masuk kekelas setelah tidur siang yang sedikit nyenyak yang mampu menggantikan tidur yang terganggu semalam. cuaca yang bagus dengan suasana yang membosankan, jika boleh memilih dia lebih baik tidur daripada kembali kekelas.
"Selamat Pagi Vin. Semalam udah baca pesanku kan?."
Vincent sedikit terkejut, suara cempreng yang mampu mengacaukan telinganya di tambah dengan kehadiran tiba tiba yang berdiri tepat di depannya dengan wajah yang tersenyum manis. Mencoba mengatur detak jantungnya yang terkejut, Vincent menatap gadis itu datar lalu menghela nafas, matahari sudah berada di atas kepala, di tambah dengan suara yang enggan untuk ia dengar tiba tiba saya datang tentu saja bisa menambah sakit kepala. apa tidak ada hari baik yang datang?. Baru kemarin ia mengatakan hal yang tentu saja menjadi pukulan telak bagi sebagian orang tetapi tampaknya tidak bagi Agnese, gadis itu masih berdiri di hadapannya seperti ia tidak pernah mengatakan apapun kemarin, seolah kebenaran yang baru saja ia ungkapkan tidak berarti apa apa.
Mencoba mengabaikan kehadiran Nya, Vincent mulai menyalip Agnese tanpa berniat untuk merespon Gadis itu. tetapi seakan tahu dengan apa yang ingin Vincent lakukan, Agnese kembali menghalangi langkah Vincent.
ketika Vincent kembali memulai usahanya dengan mencari jalan lain, Agnese lebih sigap darinya dan kembali menghalangi jalannya.
"Apa lo nggak punya hal lain selain merecoki kehidupan Gue?. Gue nggak baca pesan lo, Dan nggak penting juga. apa sekarang lo bisa pergi?. Lo menghalangi jalan Gue."
Agnese menggeleng."Balas pesanku dulu, Baru aku beri jalan."
"nggak penting."
"Ah, Nomorku sudah di simpan?. Kalau belum, simpan dulu. baru ku kasih jalan." Ujar Agnese mengabaikan respon cuek dan judes dari Vincent.
"Lo siapa?."
"Aku?. Masak kamu nggak tau, Sudah jelas dong kalau aku adalah Azkadina Agnese, Calon pacar Skyler Vincent 11 ipa 2, Yang lahir bulan 14 juni dengan zodiak Gemini." Ujar Agnese bangga dengan senyumnya, mata yang awalnya tertutup dengan ekspresi congkaknya mempertahankan posisi yang sama, tapi beberapa saat dengan perlahan membuka matanya, lalu kemuidian membulatkan matanya sempurna ketika kehadiran Vincent tidak lagi terlihat. Menoleh kesana kemari mencari keberadaan Vincent, membalikkan badan sehingga punggung Pria yang ia kenal langsung membuat Dia tersadar. Ternyata dia baru saja di abaikan dan di tinggal.
Dengan berlari kecil, ia mulai mengejar Vincent mengikuti pria itu di belakang dengan sesekali mendumel kesal
"Kenapa Aku di tinggal, malah Dingin banget lagi."Vincent lagi lagi mengabaikan Penuturan Dari Agnese, dan tidak berniat menjawab karena tidak mau membuang buang energinya. tetapi, Mata yang tidak sengaja menangkap sosok Pria yang berdiri menghalangi jalannya membuat Vincent berhenti menghentikan langkahnya Tiba tiba, "Vin, kamu denger A- duh.."
Dahi yang lumayan lebar dam mulus itu, tanpa sengaja menabrak punggung lebar seorang pria yang sedari tadi ia ikuti, menggosok pelan kening yang sakit, ia menatap Punggung itu tajam."Kamu apa apaan sih, kalau berhenti kabarin aku napa.. Kepentok ini.. kamu nggak tau ya, kalau punggungmu itu keras kek nabrak dinding tau nggak, Sakit ini. nah pasti merah, Ya kan?." Tanpa melihat situasi sekarang, Agnese tetap melanjutkan omelannya tanpa berniat untuk berhenti.
Vincent yang tadinya mendengar omelan dan perkataan Agnese tiba tiba fokusnya terbagi dengan kedatangan pria yang menghalanginya dengan menatapnya nyalang, Aura permusuhan dengan tatapan tajam itu membuat vincent menghela nafas, Padahals edikitpun dia sama sekali tidak ada niatan untuk bersaing, tapi kenapa hal yang merepotkan ini malah terjadi?.
"vin, Kamu de-"
Agnese yang tadinya ingin menyembulkan kepalanya dari belakang punggung Vincent, menatap wajah Vincent dengan raut wajah kesal seketika berhenti, berniat ingin mengomeli Vincent lagi, tiba tiba saja matanya tak sengaja melihat Pria yang berdiri di depan Vincent dengan mengerutkan dahinya bingung. lagi lagi kenapa mantan ketua osis ini berada di sini lagi?.
"Aster?."
Aster yang tadinya menatap penuh kebencian kepada vincent tiba tiba ekspresi berubah lunak ketika Suara Agnese yang memanggil namanya mulai terdengar.
"hai manis." Sapanya ramah, sedikit membungkuk memiringkan kepalanya dengan wajah tersenyum yang membuat Vincent kembali menguap lebar, situasi yang membuatnya mengantuk.
"Ada apa?. kenapa Lo menghalangi jalan kita?." Tanya Agnese menatap Aster dengan penasaran.
Masih dengan senyumnya Aster mengangguk. "aku tidak menghalangi, hanya saja dia yang menghalangiku yang ingin menemuimu."
"menemuiku?. kenapa?."
"Papa mu di sini, Dan aku di suruh memanggilmu untuk menemuinya."
Mendengar penuturan itu wajah Agnese seketika pucat, papanya ada di sini?. ini adalah hal yang sangat jarang terjadi, kalau ini sudah terjadi sudah di pastikan kalau sesuatu yang tidak sesuai keinginanannya ada yang terjadi, tapi apa itu?.
Menarik nafas dalam, mencoba mengatur ekspresinya ia mengangguk. tidak semua orang bisa menerima keluarga yang hancur, kan?. oleh karena itu, dia juga tidak ingin ini menjadi alasan bagi Vincent untuk tidak menginginkannya.
Merubah posisinya, berdiri di samping Vincent lalu kemudian mengangguk ia tersenyum. "baiklah, Lo boleh pergi duluan, nanti Gue nyusul." Usir Agnese yang membuat Aster masih tidak berkutik, dia hanya diam menunggu dengan tersenyum yang membuat Agnese mencoba untuk meminta Aster pergi dengan ekspresinya. Tapi, dengan wajah polos dan tidak berniat untuk pergi Aster lagi lagi merespon dengan wajah tersenyum.
Agnese menghela nafas, menoleh menatap Vincent kemudian menyunggingkan senyum manisnya. "Vin, Aku pergi ya, jangan kangen tapi, oke?."
Vincent mengangguk malas."Nggak bakal."
Agnese menganggukkan kepalanya mengerti, berjalan lebih dahulu tapi beberapa langkah ia kembali menoleh menatap Vincent, lalu mengangkat jari telunjuknya dengan membuat ekspresi imut. "Ingat?."
Belum sempat Agnese melihat respon dari Ekspresi yang ia tunjukkan, Aster lebih dulu merangkul bahunya memaksanya untuk melihat kedepan. "is,, lo apa apaan sih."
Aster hanya terkekeh, dengan senyum merekah melihat wajah jengkel Agnese ketika melihatnya, dengan salah satu tangan di belakang punggungnya, ia mengeluarkan jari tengahnya yang membuat Vincent hanya menatapnya datar, lalu menggelengkan kepalanya tak habis fikir. "Kekanak kanakan." Ujarnya, lalu kemudian melangkahkan kakinya pergi hingga ketika berada di tikungan ia berbelok menuju kelas.
TOKTOKTOK
"masuk."
Suara yang terdengar dari dalam membuat Agnese sedikit merapikan seragamnya, lalu kemudian menoleh ke arah Aster, Aster yang melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh Agnese membuatnya mengangguk mencoba menenangkan kalau semua ini akan baik baik saja.
Agnese tersenyum simpul, memegang knop pintu lalu dengan perlahan ia memutarnya, "permisi"ujarnya sopan yang membuat Guru kepala sekolah, papanya dan satu orang wanita langsung menoleh ke arahnya.
"duduklah, dan bawa Aster Sekalian."
Agnese hanya diam tanpa mengatakan apa apa ia langsung duduk di sofa depan Papanya yang di ikuti oleh Aster di belakang. dengan duduk berdampingan, Agnese hanya bisa menunduk dengan meremas tangannya kuat. dia takut sekali untuk mendongak untuk melihat papanya, Karena sekarang di matanya, dia sama sekali tidak bisa melihat apa apa. dia takut, wajahnya menakutkan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE
Teen Fiction"Vin, daripada sama batang mending sama Lubang." "Gimana Vin? Berminat Jadi pacar Ese?." Vincent menoleh, Menatap Agnese Barang sejenak. "Apa Lo bisa diam?. Lo berisik tau, nggak.." "Vin.. Kita Cocok Tau kalau Jadi pasangan, Laki laki dan peremp...