↷✦; w e l c o m e ❞Dua hari kemudian, hari terasa biasa saja, begini aja terus. jangan lupakan Taufan yang sekarang sedang tiduran diruang tamu. Dengan televisi yang menyala, sedangkan dirinya malah main game.
Biasalah, nyalain televisi cuman buat usir setan. Yakali gada suara sama sekali, cuman kedengaran suara dari handphone-nya. Apalagi ni rumah— Ralat. Mansion segede gaban begini, serem banget. Walaupun banyak lampu yang menyala sih, sengaja tidak ia matikan.
Ahhh, tentang anak-anak? Mereka sedang tidur dari Sore. Bayangkan saja, habis makan mereka langsung tidur dan sekarang belum bangun sama sekali. Bahkan sekarang sudah mau pukul sepuluh malam, kan males kalau anak-anak bangun.
Ia hanya bisa berharap mereka tidak terbangun dari tidur lelapnya.
Taufan menghela nafas lelah, ia mulai mengangkat kontak yang menelfonnya secara tiba-tiba disaat ia bermain game. Untung tu game gada waktu atau bisa di-skip.
"Paan? Ganggu, gua lagi main game." Ujar Taufan ketus.
"Ya maap, ini, lokasi misinya gua kasih ya. Besok kita harus kerjain," Ujar Maripos dari arah sebrang. Yang menelfon Taufan.
"Lah?? Besokk?? Kok mendadak?"
"Lu itu pikun atau b•go? Kan gua dah kasih tau sebelumnya, kita bakal mengambil flashdisk yang terakhir setelah dua hari. Lupa?"
"Oh. Oke."
".. Only that??"
"Gua harus ber-ekspresi apa lagi? Gua harus ngomong 'Wowww!! I'am so excited!' Begitu?" Ujar Taufan kesal.
"Anj•rr, krij banget hahaha!!"
"Jangan ketawa deh. Kata gua sih, mendingan begitu dari pada 'Omg!! Why we have to do massion?? I did't wash my body, my face, my pretty hand, my beautiful hair, i don't want to do massion. Tha'ts make me ugly!' Anj•ng, gua geli sama suara sendiri Cok!"
"ANJ•RRR, HAHAAHAHHA!! Lebayyy!!"
Taufan segera menjauhkan ponselnya. "Sakit kuping gua janc•k! Ketawa lu kayak kuntilanak, serem. Pantesan gak ada yang mau." Sindirnya.
"Yeee, sialan lu! Tapi, sejak kapan elu jadi pelawak begini?"
"Lu aja kali yang kagak ngerasa. Gua dari lama dah jadi pelawak, buktinya topi gua setiap hari penuh sama duit," Balas Taufan dan langsung tertawa diikuti dengan suara tawa renyah yang berasal dari handphone-nya.
"Sekalian Open BO."
"G•blok! Sesat anj•ng!" Taufan mendengus. "Tapi kalau modelannya duda langsung gua gas sih," Tambahnya terkikik kecil.
"Kalau begitu—"
Sret!
"—Kau mengganggapku apa dong? Bukan duda gitu?"
Taufan melotot terkejut, ketika kedua pipinya di tangkup dengan Halilintar menggunakan satu tangannya. L-lah?! Ni gledek kapan Sampenya?! Kok dirinya tidak sadar?! Padahal kepekaan dan instingnya begitu tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makannya Jangan Menduda! - [Halitau]
Любовные романы[μ] - Halilintar x Taufan Taufan, yang selalu boros atau bisa di bilang menghamburkan uangnya. Sehingga uangnya kini bisa dibilang tidak cukup untuk kehidupan kesehariannya membuatnya bingung harus melakukan apa. Jika ia bekerja di tempat itu terus...